EPILOG

413 46 11
                                    











Cuaca hari ini sangat cerah tetapi tidak terasa panas, bahkan terasa sejuk. Matahari bersinar menembus kaca bening dan cahayanya masuk kedalam kamar yang ditempati oleh seorang gadis ? ahhh bukan gadis karena ia sudah menikah, lebih tepatnya oleh seseorang yang sedang tidur di siang hari.

"Sayang, bangun yu makan dulu." salah satu tangan mendarat tepat dikepala Chika, diusap lembut mengenai surai hitam yang terlihat berantakan.

"Ibun come on wake up, im hungry." keluh anak kecil yang sedang berdiri di atas kasur memperhatikan sang bunda yang lelap tertidur.

"Ayo bangun." orang yang tadi mengusap kepala Chika kini menutup hidung Chika membuat Chika sulit bernafas.

Kepala Chika bergerak kekanan dan kekiri lalu memukul tangan yang menjepit hidungnya. "Kak Vivi ah!" kesalnya sambil menggeliat namun matanya hanya setengah terbuka.

Orang itu terkekeh. "Bangun Bro, Zyan mau makan tuh." ia sengaja mengunyel wajah Chika agar Chika terbangun.

"Kak ya tuhan! diem ah sebentar lima menit lagi. Bentar ya Sean, minta sama bunda kamu tuh ibun masih ngantuk." ucap Chika menyuruh Sean.

Zyandru hanya bisa menggeleng melihat Chika yang seperti itu. "I'm hungry, dad."

"Wait outside for a second, okay?" Zyandu mengangguk lalu keluar dari kamar dengan lesu. Lalu orang itu memperhatikan wajah istrinya yang masih terlelap dan sibuk dengan mimpinya. Ia membiarkan Chika terlelap selama 5 menit terlebih dulu.

5 menit pun telah berlalu.

"Chikuy, wake up." orang itu kembali membangunkan Chika sambil mengusap kepala Chika.

Akhirnya Chika membuka matanya lalu mengangkat kedua tangan mengisyaratkan agar orang itu masuk kedalam pelukannya. Melihat sang istri yang sangat gemas orang itu langsung masuk kedalam pelukan Chika yang masih berbaring.

Chika memeluknya dan mengusap kepala orang yang bersandar di dada nya. Di kecupnya puncak kepala orang itu, lalu Chika berkata "Ih rambut kak Vivi bau, udah dibilang harus rajin keramas ga denger."

Orang itu tidak menjawabnya, "Denger ngga kamu Badrun?" tanya Chika.

Orang itu akhirnya bangun dari tidurnya lalu menatap Chika. "Masih Vivi ya ternyata?" pertanyaan itu membuat Chika tersadar. "I'm Magen not Vivi."

Chika bangun dari tidurnya lalu duduk menghadap Magen. "Maaf kak maaf." ucap Chika merasa bersalah.

"Hey it's okay, jangan minta maaf." ucap Magen mengelus pipi Chika. "Aku keluar ya, itu Zyan mau makan, kasian nungguin." di kecupnya kening Chika lalu Magen keluar dari kamar.

Chika menghembuskan nafas kasar. Vivi, nama yang sudah 10 tahun lamanya masih bertengger di hatinya. Bahkan disaat dirinya sudah berkeluarga pun, nama Vivi masih melekat di hati dan otaknya. Ya seperti tadi, Chika mengira bahwa yang membangunkannya adalah Vivi padahal jelas-jelas itu adalah Magen, suaminya.

Terlalu banyak kesamaan antara Magen dan Vivi membuat dirinya terus saja teringat Vivi. Tapi jujur, alasan ia menikah dengan Magen bukan karena Magen yang mirip dengan Vivi tapi karena sikap, sifat dan perilaku Magen yang sangat amat baik dan memenuhi kriteria nya.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang