15. Jepang
Semenjak Chelsea pergi meninggalkan Kezia kini Kezia hanya hidup seorang diri. Jika kalian bertanya dimana keluarga Kezia? jujur Kezia tidak tahu. Apakah mereka datang saat pemakaman? jawabannya adalah tidak. Karena ia tidak mempunyai siapa-siapa, ibunya dan juga Chelsea sudah istirahat dengan tenang. Dan ayahnya, entah berada dimana. Keluarga dekatnya pun ia tidak mengetahui keberadaannya dimana.
Vivi, atau teman-teman yang lainnya sempat menanyakan hal ini saat masih di rumah sakit tapi Kezia tidak menjawabnya. Jadi, mungkin Vivi akan mencoba untuk bertanya kembali disaat kondisi Kezia sudah membaik dan stabil.
"Teja! ayo sarapan!" suara teriakan Vivi dari luar kamar membuat lamunannya buyar. Ia menatap dirinya di pantulan cermin terlebih dahulu sebelum membuka pintu kamarnya.
Semalam ia sempat pergi ke apartemen untuk membawa baju seragam dan juga beberapa baju main.
"Lah mau sekolah lu?" tanya Vivi saat pintu terbuka dan memunculkan Kezia dengan memakai seragam sekolah.
Kezia menganguk kecil. "Kalau diem di rumah terus, aku bakal terus kepikiran Chelsea nantinya."
"Yaudah, ayo sarapan dulu."
"Malu Vi."
"Dih, malu sama siape? dah ayo keburu telat." Vivi langsung menarik Kezia untuk keluar kamar dan sarapan.
Setiap pagi keluarga Vivi selalu berkumpul untuk sarapan seperti ini. Meja makan hari ini terlihat ramai, dua kursi yang biasanya kosong kini terisi oleh Kezia dan juga Gladwin.
Semuanya sedang menikmati hidangan sarapan dengan nikmat dan juga khidmat.
"Ndaa." panggil Azka.
"Apa sayang?" tanya Azkia sambil menoleh.
"Tuu sapa?" tanya Azka sambil menunjuk Kezia.
Azkia nampak berpura-pura berfikir. "Aduh siapa yaa? bunda ngga tau. Coba Azka tanya sama kakak nya, kak namanya siapa? gitu."
Azka langsung menggeleng dan bersembunyi di punggung Azkia. "Dih malu-malu najis." ucap Vivi.
"Ajis? nda Ajis apa nda?" mendengar ucapan kakaknya ia langsung bertanya pada Azkia.
Kini Vivi sudah di tatap tajam oleh Gladwin. "Adik kamu tuh lagi masa-masa nya ngikutin omongan orang, ngomong yang bener." tegur Gladwin.
"Iya maap elah."
"Piii tu sapaa?" kini Azka bertanya Vivi. Karena Vivi sudah selesai makan, ia membawa Azka untuk duduk di pangkuannya.
"Ini?" Vivi menunjuk Kezia yang duduk disebelahnya dan Azka mengangguk. "Itu kak Kezia."
"Taa keja?"
"Kak Kezia."
"Taa Keja."
"Bukan Keja, kak ikutin kak Vivi ngomong ya. Kak."
"Taaa."
"Kezia."
"Keja."
"Keziaaaaaa." greget Vivi
"Kejaaaaaaa." Azka mengikuti nada bicara Vivi.
"Kak Kezia."
"Taa Keja."
"Kak Kezia!"
"Taa Keja!"
"Serah dah mau Keja mau keju serah lu Azka." pasrah Vivi lalu mengembalikan Azka ketempat duduknya. Sedangkan Kezia tersenyum melihat interaksi Vivi dan Azka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Teen FictionKebahagiaan selalu menyelimuti sepasang kekasih yang kali ini sudah resmi. Betapa bahagianya Chika yang akhirnya bisa mendapatkan Vivi. Dan betapa beruntungnya Vivi bisa mendapatkan kekasih se sempurna Chika. Dalam menjalin hubungan sudah pasti terd...