9. LDR
-----Satu minggu telah berlalu tidak ada perubahan dengan hubungan Zee dan juga Ashel. Semenjak pertengkaran malam itu, mereka seperti dua orang asing yang tidak mengenali satu sama lain.
Jujur saja jika ditanya apakah Zee masih mencintai Ashel ya sudah jelas jawabannya masih, ia juga masih sangat amat menyayangi Ashel, hanya saja dirinya masih kecewa dengan Ashel yang tidak berfikir panjang sebelum berbicara.
Hatinya terasa nyeri saat melihat bagaimana interaksi Ashel dengan Adel belakanagan ini. Mungkin ini juga yang dirasakan oleh Ashel saat melihat dirinya yang dekat dengan Chelsea. Sebenarnya ia tidak ingin seperti ini apalagi membuat Ashel sakit dan cemburu. Namun, ada satu hal yang mengharuskan dirinya selalu berada di samping Chelsea.
"Tidur." suara lembut terdengar membuat lamunannya buyar. Ia menoleh kesamping melihat wajah yang sangat amat cantik meski tanpa make-up. Wajah yang selalu ia lihat pertama kali saat ia membuka matanya.
"Nanti malem aku mau keluar dulu. Kalo kamu kebangun dan butuh apa-apa, langsung bangunin ci Teja ya?" ujar Zee mengusap kepala Chelsea. "Kamu tidur duluan."
Chelsea mengangguk lalu membalikan badannya memunggungi Zee. Tangan Zee melingkar sempurna di perut Chelsea. Butiran bening tiba-tiba membasahi pipinya mengingat bahwa----ah tidak, ia sedang tidak mau memikirkan hal ini.
–––
Pukul dua pagi, parkiran sekolah tampak ramai. Banyak orang tua yang mengantar anaknya yang akan pergi study tour.
Vivi sedang galau brutal karena ia akan LDR dengan kekasihnya. Meski hanya empat hari tetap saja itu sangat lama baginya.
Ya emang dasarnya bucin juga sih.
"Gaboleh ah ayo pulang aja." Vivi menarik lengan Chika untuk kembali masuk kedalam mobilnya.
"Ish liat nih mami masa aku disuruh pulang lagi." Chika mengadu pada Aya yang kebetulan ikut mengantar juga.
"Orang mami juga ngga ngasih kamu izin, ya kan mi?" tanya Vivi pada Aya.
"Ngizinin wlekk suratnya kan udah di kumpulin." Aya hanya bisa menyimak dua orang yang ada di hadapannya sambil memijat pelipisnya.
"Jaga diri baik-baik kamu kak, inget di sana ngga ada Vivi jangan sampe nanti di culik om-om." ujar Aya.
"Gapapa dong nanti om-om nya buat mami, kan mami janda."
"Wahh parah mii coret aja nih dari kartu keluarga, buang yang jauh."
"Emang nih kak Chika ya mulutnya minta di sumpel." baru kali ini ia bisa bercanda lagi dengan anaknya, setelah sekian lama.
Karena kebetulan Christy tidak dibawa dan sendiri di rumah, jadi Aya pamit untuk pulang lebih awal setelah memeriksa semua kelengkapan Chika. Dan kini hanya tinggal Vivi yang menemani Chika.
Ashel berjalan menghampiri Chika yang tengah asik mengobrol dengan Vivi. "Ehh Ashelole jos." sapa Vivi melihat kedatangan Ashel. "Lah dianterin sama lu?" Vivi bertanya pada orang yang ada di belakang Ashel.
"Iya." jawabnya sambil menyibakan rambut kebelakang dan sedikit menaikan kaca mata nya yang melorot.
"Pacar lu mana Shel?" bingung Vivi. Yang ditanya mengedikan bahunya pelan. "Padahal semalem die nanyain ke gue kelas 10 sama 11 berangkat jam berapa. Gue kira mau ngaterin lu." lanjut Vivi.
"Serius nanyain?"
"Iye noh tanya Chika, die yang bales chat nya."
Chika mengangguk. "Iya dia nanyain. Emang ngga ngechat ke lu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
Teen FictionKebahagiaan selalu menyelimuti sepasang kekasih yang kali ini sudah resmi. Betapa bahagianya Chika yang akhirnya bisa mendapatkan Vivi. Dan betapa beruntungnya Vivi bisa mendapatkan kekasih se sempurna Chika. Dalam menjalin hubungan sudah pasti terd...