Nura masih sibuk menata beberapa alat praktikum saat Nala datang.
" Tara mana?" Tanya Nala begitu sampai dan tak mendapati Tara didalam lab.
" Mbak Tara pulang duluan, katanya mau jemput mamanya di bandara," Nala mengangguk pelan kemudian memakai jas labnya dan seperti biasa melanjutkan tugasnya memasukan zat zat kimia ke dalam botol simpan.
" Nur, kamu dah punya pacar?" Tanya Nala tanpa menoleh kearah Nura. Nura menghentikan pekerjaannya kemudian menatap Nala heran.
" Kenapa mas?" Nura menjawab pertanyaan Nala dengan mengajukan sebuah pertanyaan.
" Nggak," Ucap Nala lagi kemudian diam.
Jujur ucapan Tara malam itu membuat dirinya jadi sedikit terusik, tapi untuk berterus terang dengan Nura, gadis yang baru dikenalnya, ah rasanya nggak mungkin.
" Auwh," Pekik Nala saat larutan Asam Sulfat yang tengah dipindahkannya tumpah dan mengenai tangannya. Nura yang melihat kejadian itu langsung panik apalagi melihat cairan itu berasap diatas meja.
" Jangan di Lap, biar aku aja," Ujar Nala, melihat Nura panik dan mengambil sebuah lap, Nala nggak ingin Nura ikutan celaka karena larutan Asam itu cukup pekat bahkan bisa membakar kulitnya.
" Ambilkan kotak p3k, aku nggak pa-pa," Perintah Nala sembari mengguyur tangan kanannya dengan air yang mengalir sampai semua larutan asam itu larut terbawa air.
Nura hanya diam mematung menyaksikan Nala dengan sigap mengobati dirinya sendiri. Setelah dirasa cairan Asam itu sudah hilang Nala bergegas membersihkan cairan yang sedikit tumpah diatas meja.
" Mas Nala gak pa-pa?" Tanya Nura sedikit kuatir melihat tangan Nala seperti luka terbakar.
" Nggak pa-pa, nggak parah juga kok," Ujar Nala sembari memperhatikan tangannya. Untung Tara nggak ada, bisa bisa dia histeris kalo melihat Nala terluka.
" Kamu harus baca panduan keselamatan di lab yah, aku lupa juga kasih tahu, kalau kalau ada kecelakaan kayak gini," Nura mengangguk paham.
" Mas Nala lagi ada masalah sama mbak Tara yah?" Nura memberanikan diri bertanya pada Nala. Nala mengernyitkan keningnya.
" Nggak, kok kamu mikir kayak gitu?" Nala balik bertanya.
" Abisnya mas Nala dari tadi ngelamun terus," Nala terhenyak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Nura. Iyah dari tadi dia memang melamun, perdebatan semalam dengan papanya membuat dia gusar sepanjang hari. Haruskah dia mendengarkan kata kata Tara.
***
Malam sebelumnya.
Nala duduk di depan Bagas yang sedang sibuk dengan ponselnya. Dia berasa jadi terdakwa yang sedang diinterogasi oleh petugas kepolisian. Bagas menghentikan aktifitasnya, kemudian beralih memandang Nala yang tampak gusar.
" Jadi kapan kamu mau kenalin papa sama pacar kamu itu? kalo kamu punya," Ucap Bagas setengah menyindir anaknya. Dia tahu kalau Nala tidak mungkin mempunyai seorang pacar. Kalau Nala sudah punya pacar, istrinya pasti sudah tahu sejak lama, mengingat Nala sangat dekat dengan mamanya.
" Aku dah bilang nunggu waktu yang tepat pa," Balas Nala sedikit jengah.
" Nunggu waktu atau nunggu kamu punya cewek dulu," Bagas kembali menyindir Nala.
" Kamu pikir papa nggak tahu kalo kalian berbohong," Tambah Bagas, membuat Nala semakin jengah.
" Kenapa papa ngejar aku terus bukannya Tara yang menolak perjodohan ini, kenapa bukan Tara yang papa suruh kenalin cowoknya," Ucap Nala mencoba menghindar.
" Jadi kamu setuju sama perjodohan ini?" Tanya Bagas seperti mendapat angin. Nala mendengus kesal, rupanya strateginya malah menjerumuskan dia sendiri.
" Aku juga gak bilang kalau aku setuju," Ucap Nala kemudian.
" Lagian kenapa sih papa ngebet banget jodohin aku sama Tara? buat ngebesarin kerajaan bisnis papa?" Bagas menatap Nala tajam.
" Papa nggak mau tahu, kalo kamu gak bisa membuktikan kebenaran ucapan Tara, perjodohan itu akan tetap berlanjut,"
" Kenapa bukan papa saja yang menikah kalau tujuan utama papa cuman bisnis," Ucap Nala sedikit ketus.
" Nala," Bentak Bagas sembari menggebrak meja.
Dia tak menyangka Nala akan menentangnya. Dia pikir akan mudah menjodohkan Nala dengan Tara mengingat kedekatan keduanya. Ditambah lagi Tara bukan gadis biasa saja, banyak yang mengakui keistimewaan wajah dan perilakunya.
" Papa kasih kamu kesempatan sampai minggu depan, kalau kamu gak berhasil membuktikan ucapan Tara tempo hari, papa akan lanjutkan perjodohan kalian," Ucap Bagas dengan tegas.
" Apa ini semacam papa sedang menjual aset papa sama orang tua Tara?" Nala berkata dengan sinis.
" Harusnya papa punya anak lain supaya bisa papa jual lagi sama orang lain,"
" Nala," Bagas bangun dari duduknya dengan rahang mengeras menahan amarah yang sudah memuncak di kepalanya.
" Keluar kamu dari ruangan papa sebelum papa hilang kesabaran," Nala berdiri dari duduknya dan segera meninggalkan Bagas sendirian.
Bagas kembali terduduk diam dalam gelap, seandainya Nala tahu bahwa Bagas juga mempunyai seorang anak lain yang entah dimana keberadaannya sekarang.
***
" Mas Nala, ngelamun lagi," Nala tersentak mendengar ucapan Nura. Nala tersenyum kemudian menggeleng perlahan.
" Kita pulang aja deh Nur," Ucap Nala kemudian.
" Kok pulang mas, kan belum waktunya tutup?"
" Iyah gak pa-pa hari ini kan gak ada jadwal kuliah kimia fisika, kita bisa tutup lebih awal, lagian aku mau ke rumah sakit bentar priksain tanganku," Nala mengangkat tangannya yang terbalut perban.
" Mau kuantar mas?" Tanya Nura sedikit kuatir.
" Emang kamu bisa nyetir mobil?" Nura menatap Nala bingung.
" Katanya mau anter, jadi kamu yang setirin mobilnya yah," Nura tersenyum malu.
" Garing yah," Ucap Nala kemudian disambut dengan gelak tawa Nura.
" Ya udah, kamu temenin aku yah," Pinta Nala, yang kemudian disambut anggukan kepala Nura.
***
Nala keluar dari ruangan rawat dengan tangan terbungkus perban baru.
" Gimana mas?" Tanya Nura ingin tahu.
" Nggak pa-pa udah diobatin juga,"
" Syukurlah," Ucap Nura lega.
" Ayo aku anter pulang," Nura menatap Nala ragu ragu.
" Aku naik angkot aja mas, nggak usah repot repot," Nala menghela napas.
" Kenapa kamu takut sama aku?" Buru buru Nura menggelengkan kepalanya.
" Aku nggak enak sama mbak Tara, nanti mbk Tara mikir macem macem, nanti mas Nala bertengkar sama mbak Tara gara gara aku," Nala tergelak mendengar ucapan Nura yang jujur banget.
" Udah jangan mikir macen macem, mana mungkin Tara bisa cemburu sama kamu," Nura terdiam mendengar ucapan Nala, benar juga mana mungkin Tara cemburu sama dia. Kalau dibuat perbandingan juga dia sama Tara jauh banget. Ibarat langit sama bumi, kejauhan kalau dia mikir Tara bakal cemburu.
" Udah ayo kelamaan mikir keburu malam," Nala menarik tangan Nura menuju tempat parkir.
Didalam ruangan tadi Nala sudah memikirkan masak masak perkataan Tara dan dia memutuskan untuk mengikuti saran Tara. Tapi bagaimana caranya meminta Nura untuk berpura pura menjadi pacarnya. Akankah Nura setuju membantunya dalam sandiwara yang akan dia mainkan?
Assalamualaikum,
Jangan lupa vote dan komen yah
makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA
Romance"Sepandai apapun manusia menyimpan sebuah rahasia, Tuhan tidak pernah tidur" Nura tidak menduga pertemuannya dengan Nala justru membuka sebuah rahasia besar yang selama ini disembunyikan rapat rapat oleh ibunya. " Kalian tidak bisa menikah," Ujar pa...