Part VI

213 14 9
                                    

Dalam beberapa hari saja kedekatan Nura dan Nala kemudian menjadi buah bibir para mahasiswi mahasisiwi penggemar Nala. Banyak yang mencibir dan tentu saja tidak suka dengan kedekatan mereka. Dan berita itu sampai juga ke telinga Tara.

" Kamu kenapa Nur?" Tanya Tara heran dengan sikap Nura yang salah tingkah di depannya.

" Aku sama Mas Nala gak ada hubungan apa apa mbak," Jelas Nura tanpa diminta. Tara tertawa geli melihat penjelasan Nura.

" Aku sama Nala juga gak ada hubungan apa apa Nur, santai ajalah," Balas Tara sembari menyuapkan makanan ke mulutnya.

" Ayo makan Nur, apa kamu jadi gak selera makan karena ada aku? kalo gitu aku pindah aja yah?" Tara bersiap siap pergi sembari membawa piringnya.

" Jangan mbak Tara, aku nggak pa-pa," Cegah Nura sembari mencekal lengan kiri Tara.

" Hai," Tiba tiba Nala datang diantara mereka dan mencomot kerupuk udang di piring Tara. Nura menatap mereka dengan rasa bersalah. Merasa kalau keputusannya untuk mengikuti sandiwara Nala adalah sebuah kesalahan. Tapi bukankah Tara juga pasti tau kalau dia dan Nala hanya pura pura saja.

" Nur besok aku jemput kamu abis ashar yah," Nura dengan sedikit gugup menganggukan kepalanya.

" Janjian jam berapa sama om dan tante?" Tara bertanya dengan santainya. Bahkan menurut Nura terlalu santai tapi hal itu justru membuat Nura merasa makin tak enak hati.

" Jam 7an lah, sepulang papa dari kantor," Tara mengangguk pelan kemudian meneruskan makannya. Nala meneguk minuman dari gelas Tara kemudian berdiri dari duduknya.

" Mau kemana?" Tanya Tara penasaran.

" Mau ke bakery, aku mau pesan kue buat dibawa besok, ayo Nur, kamu dah selesai kan?" Nura yang sedari tadi sudah menyelesaikan makannya mengangguk pelan dan dengan perasaan sedikit tidak enak berpamitan pada Tara.

Tara memandang kedua anak manusia itu, kemudian menghela napas panjang. Mungkin sudah saatnya dia menjauh dari kehidupan Nala.

***

Sekali lagi Nura mengecek penampilannya.

" Mas Nala gimana penampilan Nura?" Tanya Nura dengan tidak percaya diri.

" Gimana? biasa aja," Jawab Nala datar. Bibir Nura membulat maju tanda kalau dia lagi sebal. Nala terkekeh melihat raut wajah Nura.

" Cakep Nur, Cakep, lagian ngapain kamu bingung sama penampilanmu, kalau mama sama papa gak suka kan malah lebih bagus," Nura terhenyak mendengat ucapan Nala. Benar juga kedatangannya sekarang ini bukan untuk membuat keluarga Nala terpikat. Mereka hanya memainkan sandiwara supaya Nala lepas dari jeratan perjodohan.

Nala menggandeng tangan Nura memasuki rumahnya yang cukup mewah. Jujur ada rasa lain dalam hati Nura saat tangannya berada dalam genggamam Nala. Tapi secepatnya ditepis perasaan aneh itu, agar dia tidak lupa apa tujuan dia ada disini.

Rumah Nala cukup megah meskipun desainnya minimalis tapi sangat cantik. Mirip dengan desain rumah yang sering Nura lihat di televisi atau diinternet.

" Assalamualaikum, ma," Sapa Nala saat mereka melihat seorang wanita berusia awal 50an. Wanita berjilbab panjang berwarna maroon dengan gamis warna senada itu menoleh kearah mereka saat mendengar sapaan Nala.

" Waalaikumsalam, eh Na, kamu udah datang," Nura sedikit merapatkan tubuhnya dibelakang Nala, rasa tidak percaya diri kembali menerpa pikirannya. Nala maju mendekati Rina mamanya, kemudian mencium punggung tangan wanita itu.

" Ma kenalin ini Nura," Mata Rina beralih dari Nala kearah Nura.

" MasyaAllah, cantik banget mantu mama," Puji Rina begitu melihat Nura. Entah kenapa melihat Nura berasa ada aura yang berbeda. Rina begitu menyukai Nura sejak pertama kali dia melihat gadis itu.

" Malam tante," Sapa Nura kemudian mengikuti Nala mencium punggung tangan Rina.

" Ini buat tante," Rina menatap sebuah kotak bertuliskan Dapoer D'Chibi kemudian senyumnya merekah.

" Lho kok tau sih mama suka banget bolen pisangnya Dapoer D'Chibi," Ucap Rina sembari menerima kotak itu dari tangan Nura.

" Ayo duduk sini, deket mama," Rina menepuk tempat kosong disebelahnya.

" Jadi Nura sudah berapa lama kenal sama Nala?" Tanya Rina memulai interogasinya. Nala sedikit deg deg an karena takut sandiwaranya ketahuan.

" Kenalnya udah lumayan lama tante," Jawab Nura sewajar mungkin. Padahal saat ini dia seperti berasa sedang ujian skripsi, atau yah mirip mirip ginilah sensasi ujian skripsi itu pikir Nura.

Rina tersenyum sembari membelai puncak kepala Nura. Kemudian percakapan antara Nura dan Rinapun berlanjut kian akrab. Nala yang melihat keakraban antara Nura dan mamanya tentu saja sedikit kuatir, meskipun dia sangat menyukai momen ini.

***

Makan malam hari ini berjalan lancar, papa dan mama Nala sangat menyukai Nura yang polos dan terkadang bertingkah konyol. Tapi tidak begitu bagi Nala, dia berharap bahwa mama dan papanya tidak menyukai Nura, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

" Jadi kapan kamu mau kenalin kita ke mama kamu Nur," Nura sedikit terkejut dengan pertanyaan Bagas.

" Kalian udah pacaran selama 3 bulan tanpa sepengetahuan kami, udah saatnya kalian mikir lebih serius lagi," Timpal Rina.

" Pa, papa coba deh atur jadwal libur gitu biar kita bisa silaturahim ke mamanya Nura," Tambah Rina lagi, disambut dengan anggukan kepala yang tampak antusias dari Bagas.

" Ibu, kayaknya masih belum siap kedatangan tamu om," Jawab Nura akhirnya. Dia ragu dengan jawabannya apakah bisa diterima oleh Bagas dan Rina atau tidak.

" Oh yah Nur, ibu kamu bekerja?" Tanya Rina penasaran. Nurapun mengangguk mengiyakan.

" Kalau Ayah kamu?" Bagas menimpali. Nura tertunduk perlahan. Dia bingung harus menjawab apa karena Nala tidak memberinya arahan. Akhirnya dia memutuskan untuk jujur.

" Ayah meninggal sejak saya masih kecil Om," Ucap Nura lirih.

" Innalillahi wa inna ilahi rojiun," Rina memeluk bahu Nura dengan iba. Bagas dan Nala juga tampak terhenyak dengan pengakuan Nura. Terutama Nala yang sepertinya kemudian merasa bersalah karena iba.

" Papa mama jangan paksa paksa Nura dulu, lagian kita juga baru jalan 3 bulan Pa, biar Nura bisa lebih siap dulu," Nala akhirnya buka suara.

" Yah, papa pikir ngapain sih lama lama kalian pacaran, kalo udah saling cocok," Ucap Bagas masih belum menyerah. Entah kenapa saat melihat Nura ada perasaan yang aneh menyelimutinya. Sama halnya seperti Rina, dia sangat menyukai Nura saat pertama kali melihat gadis itu.

" Setidaknya keluarga kita saling kenal dulu Na, kalo bisa sekalian ngelamar Nura lebih bagus lagi," Rina menimpali ucapan Bagas.

Nala bingung harus menjawab apalagi. Sungguh hal ini diluar ekspektasinya. Dia berpikir kalau Bagas dan Rina tidak akan setertarik ini pada Nura. Apalagi langsung menyukai Nura saat pertama kali mereka melihat gadis itu.

" Nala akan bicarakan lagi sama Nura nanti Ma, tolong beri kami waktu," Jawab Nala akhirnya.

" Ya udah gak pa-pa pokoknya kamu harus sering sering ajak Nura kesini buat nemenin mama," Ucap Rina sembari kembali memeluk bahu Nura.

" Maukan Nura sering sering kesini temenin mama?" Tanya Rina yang kemudian membuat perasaan Nura menjadi gusar.

Assalamualaikum.

gimana dunk Nala, sandiwaranya malah diluar ekspektasi dia xixixi.

Jangan lupa vote dan komen yah

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang