Nala datang lebih awal ke lab, pekerjaannya menata kembali lab kimia fisika yang dipindahkan ke gedung baru sudah hampir selesai. Ini semua berkat bantuan Nura, kalo nggak ada Nura mungkin gak akan selesai secepat ini. Gadis itu sangat giat, entah karena dia memang rajin atau karena dia tidak ingin berlama lama membantu Nala.
Hari ini Nala berniat memberitahu Nura rencana apa yang ingin dia lakukan. Dan meminta Nura untuk membantunya. Dia juga sengaja meliburkan Tara agar dia lebih bebas ngobrol dengan Nura.
" Siang Mas Nala," Nala melirik jam di pergelangan tangannya. Seperti yang dia duga Nura tidak pernah terlambat sedetikpun dari waktu yang dijanjikannya.
" Siang Nur," Balas Nala.
Seperti biasa Nura langsung memakai jas lab nya dan langsung menuju gudang untuk menata beberapa alat praktikum di tempatnya masing masing.
" Mbak Tara mana mas?" Tanya Nura penasaran karena tidak melihat Tara didalam Lab.
" Ijin dia," Bohong Nala, padahal dia sendiri yang menyuruh Tara untuk pulang.
" Nur, aku boleh ngomong sama kamu nggak?" Tanya Nala ragi ragu. Nura mengangguk perlahan tanpa menghentikan kegiatannya.
Beberapa hari ini Nala lebih sering mengajaknya ngobrol. Bahkan Nala menjadi lebih hangat dan akrab saat bersamanya. Tidak seperti saat awal awal mereka bekerja bersama.
" Yang ini serius Nur, kamu sini dulu deh," Nura menghentikan aktifitasnya kemudian memandang Nala penuh tanda tanya.
" Duduk sini deh," Nala menunjuk kursi di depannya. Nura dengan patuh duduk di hadapan Nala.
" Ada apa sih mas, keliatannya penting banget, aku udah bikin salah yah?" Tanya Nura sedikit takut. Nala menggeleng cepat karena tidak ingin Nura salah paham.
" Nur, kamu mau nggak jadi pacarku?" Tanya Nala hati hati.
" Apa?" Pekik Nura sangat terkejut dengan ucapan Nala.
" Sssttthhh Nur, jangan keras keras dunk," Nura menatap Nala heran.
" Mas Nala sakit yah?" Tanya Nura dengan raut khawatir.
" Aku masih waras Nur," Jawab Nala bete.
" Syukur deh, karena becandanya gak lucu, aku terusin kerjaan aku yah mas," Nura berdiri dari duduknya hendak melangkah pergi.
" Wait Nur, aku serius," Nala buru buru mencegah Nura dengan memegangi tangan kirinya.
" Kamu denger aku ngomong dulu deh," Nura membatalkan niatnya meninggalkan Nala, kemudian kembali duduk.
" Jadi aku butuh kamu buat pura pura jadi pacar aku Nur," Lanjut Nala, dan itu membuat Nura makin bingung. Nala menghela napas pelan.
" Cuman pura pura Nur, aku butuh kamu ketemu mama sama papa abis itu selesai," Nura mengerutkan dahinya.
" Kenapa bukan mbak Tara aja mas?" Nala tersenyum miris.
" Masalahnya adalah aku itu mau dijodohin sama Tara_"
" Wah selamat yah mas, kalian emang pasangan yang serasi," Nura tersenyum ceria sembari bertepu tangan.
" Nur," Memberi isyarat agar Nura diam.
" Aku nggak mau dijodohin sama Tara, karena itu aku butuh bantuan kamu buat membatalkan acara perjodohan itu," Panjang lebar Nala memberikan Nura penjelasan.
" Kenapa mas? Mbak Tara kan cantik?" Tanya Nura heran.
" Yah aku nggak suka sama Tara," Nura mengernyitkan keningnya. Dia heran kenapa Nala nggak menyukai Tara. Bukankah mereka berdua begitu akrab. Bahkan sampai Tara dikenal sebagai kekasih Nala.
" Mas Nala masih normal kan?" Nala menatap Nura tajam, sementara Nura yang keceplosan omong hanya bisa menutup mulut dengan kedua tangannya.
" Kamu mau buktinya sekarang?" Bentak Nala, tersinggung dengan ucapan Nura.
" Nggak nggak, maaf mas, ampun aku gak sengaja ngomong kayak gitu, maaf maaaffff banget," Ucap Nura sembari mengatupkan kedua tangannya didepan dada.
" Udahlah, jadi gimana kamu mau nggak?" Tanya Nala lagi meminta kepastian Nura.
" Kenapa mas Nala gak minta tolong sama cew lain, yang lebih cantik gitu, kalau sama aku gak bisa dibandingin sama mbak Tara, mas," Nala menghela napas pelan.
" Masalahnya cew yang deket sama aku cuman kamu dan Tara, yah aku anggep kamu deket sih karena sekarang aku ceritain masalah pribadi aku ke kamu, hal yang gak mungkin aku lakukan ke orang yang nggak kupercaya," Mata Nura membulat mendengar ucapan Nala. Dia nggak percaya kalau Nala menganggapnya istimewa sehingga layak dipercaya. Tapi jadi pacar bohongannya Nala, big no.
" Maaf mas Nala, aku gak bisa bantu, aku takut kualat kalo ngebohongin orang tua," Nala menepuk dahinya. Benar saja seharusnya dia tidak menuruti omongan Tara. Mengingat Nura gadis yang cukup polos.
" Pleaselah Nur," Ujar Nala sedikit merajuk.
" Memang kenapa sih mas Nala gak suka sama mbak Tara?" Nura menatap Nala dengan serius. Tapi tak urung pertanyaan Nura membuat dia berpikir. Iyah kenapa dia tidak suka dengan Tara. Sementara diluar sana banyak cowok cowok mengejarnya. Selain itu kenapa juga Tara tidak pernah sekalipun dekat dengan cowok lain, apa Tara. Nala menggelengkan kepalanya.
" Mas Nala bingung kan?" Nala menggaruk garuk kepalanya.
" Mungkin sebenarnya mas Nala suka sama mbak Tara, cuman belum sadar aja," Nala terdiam, dia memang terbiasa dengan kehadiran Tara, bahkan kalau sehari saja nggak bertemu Tara rasanya memang ada yang kurang. Tapi entah kenapa perasaan dia pada Tara tidak pernah berkembang melebihi hal itu, atau memang benar kata Nura, dia tidak menyadari kalo sebenarnya dia menyukai Tara. Ah apapun itu dia tetap tidak mau menuruti ego papanya.
***
Nura bergegas datang ke dalam lab kimia fisik begitu mendapat sebuah pesan dari Nala.
" Beneran rusak mas?" Tanya Nura panik sesampai di gudang lab. Tampak Nala sedang meneliti sebuah centrifuge 12 tabung.
" Jatuh?" Tanya Nala sembari memandang Nura penuh selidik. Nura menggeleng perlahan. Seingat dia, dia hanya memindahkan alat itu dari rak bawah ke rak atas. yah mungkin kemarin sedikit terbentur tapi dia gak menyangka kalau bisa berakibat fatal.
" Ya udah deh, gak pa-pa kamu balik aja, biar aku yang tanggung jawab," Ucap Nala pelan sembari kembali menyalakan alat itu, tapi alat itu tetap diam.
" Tapi mas," Ucap Nura merasa bersalah.
" Kalo gak bisa dibenerin gimana?" Tanya Nura dengan rasa takut.
" Gak bisa dibenerin yah diganti Nur," Jawab Nala enteng.
" Biar Nura ganti mas," Nala tersenyum lembut.
" Gak pa-pa Nur, bukan salah kamu juga, harusnya aku yang pindahin alat alat ini karena lumayan berat," Nala menepuk puncak kepala Nura.
" Udah sana balik kuliah, ntar telat," Ucap Nala kemudian.
" Tapi mas," Nura masih tak enak hati.
" Oh yah besok kamu gak perlu dateng lagi deh, kerjaan ini udah bisa ku handle sama Tara, makasih yah dah bantuin kami selama ini," Nura mengangguk perlahan.
" Aku balik dulu yah mas," Pamit Nura, Nala mengangguk pelan kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Nura melangkah keluar lab, selang beberapa langkah Nura kembali menengok kebelakang melihat Nala yang masih sibuk mengutak atik centrifuge 12 tabung yang tadi. Nura yang kembali diliputi rasa bersalah berjalan dengan gontai meninggalkan Nala sendiri. Sementara Nala tersenyum dalam hati karena dia merasa berhasil menjerat Nura. Dia tahu Nura akan merasa bersalah dengan apa yang terjadi dan itu akan memuluskan niatnya untuk membuat Nura setuju membantu rencananya.
Assalamualaikum
Jangan lupa vote n komen yah
Makasih akak akak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA
Romance"Sepandai apapun manusia menyimpan sebuah rahasia, Tuhan tidak pernah tidur" Nura tidak menduga pertemuannya dengan Nala justru membuka sebuah rahasia besar yang selama ini disembunyikan rapat rapat oleh ibunya. " Kalian tidak bisa menikah," Ujar pa...