XXV

442 15 1
                                    

Nura menatap Hannan sedikit tidak percaya, antara malu, takut, ragu dan bahagia bercampur jadi satu.

" Mas Hannan serius?" Tanya Nura memastikan bahwa apa yang didengarnya dari Hannan tidak main main.

" Serius Nur, aku udah ngomong duluan sama ibu tadi minta ijin kalo ayah dan ibuku mau kesini," Nura menatap Hannan sedikit ragu.

" Tapi mas Hannan, aku_" Nura terdiam dia tidak berani meneruskan ucapannya.

" Kamu kenapa Nur?" Tanya Hannan mendesak.

" Aku merasa gak pantas buat mas Hannan, kondisi kami yang sekarang, masa lalu ibu, nggak sebanding dengan keluarga mas Hannan," Ucap Nura pelan.

" Aku udah diceritain semua sama bu Rahma, dan aku sudah menyampaikan hal itu sama ayah dan ibu, mereka nggak ada masalah, sekalipun bu Rahma tidak bercerai dengan pak Bagaspun mereka tidak masalah," Panjang lebar Hannan menjelaskan.

" Aku akan bilang pada papa tentang masalah ini mas," Hannan mengangguk pelan.

" Harus, suka atau nggak pak Bagas tetep orang tua kandungmu,"

***

Hannan duduk dengan sedikit gelisah. Beberapa kali dilihatnya pintu didepannya yang masih tertutup. Sumpah dia merasakan ketegangan diseluruh urat tubuhnya. Bahkan dinginnya AC tidak bisa menahan keringat yang keluar dari pori pori kulitnya.

" Mas Hannan," Seorang wanita yang usianya sekitar 10 tahun diatasnya tiba tiba memanggil namanya.

Hannan sedikit terkesiap, debaran jantungnya meningkat dengan cepat. Wanita itu tersenyum penuh arti melihat kegugupan Hannan.

" Bapak sudah selesai rapatnya, ayo saya antar keruangannya," Hannan mengangguk perlahan kemudian mengikuti langkah wanita itu.

" Pak, ini mas Hannan sudah datang," Ucap wanita itu sesampainya mereka disebuah ruangan dengan desain minimalis, tapi berkesan modern

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


" Pak, ini mas Hannan sudah datang," Ucap wanita itu sesampainya mereka disebuah ruangan dengan desain minimalis, tapi berkesan modern.

Seorang pria paruh baya dengan setelan kemeja berwarna abu abu mengangguk perlahan dan memberi kode pada wanita itu agar meninggalkan mereka berdua.

Pria itu menghampiri Hannan yang tengah berdiri dengan wajah tegang. Pria itu tersenyum geli melihat raut wajah Hannan.

" Kita belum berkenalan secara resmi kan? nama saya Bagas," Ucap Bagas sembari mengulurkan tangannya kearah Hannan. Dengan gugup Hannan membalas uluran tangan Bagas.

" Saya Hannan pak," Balas Hannan, meskipun sedang gugup dia tetap bisa mengendalikan nada bicaranya.

" Kamu kedinginan? perlu saya matikan Acnya?" Goda Bagas saat merasakan tangan Hannan terasa sedingin es.

" Tidak pak, saya nggak pa-pa," Tukas Hannan sedikit malu, karena Bagas tahu kegugupannya.

" Duduk, Nan, kita santai saja jangan terlalu tegang gitu," Bagas mempersilahkan Hannan duduk di sofa sementara dia sendiri mengambil posisi didepan Hannan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang