Part VIII

223 13 10
                                    

Rina tersenyum senang saat anting yang dia belikan sangat cantik menghiasi telinga Nura

" Aduh ternyata mama pinter yah milih antingnya," Pujinya pada diri sendiri.

" Tapi tante, apa ini nggak berlebihan," Ucap Nura tak enak hati. Ternyata hadiah yang dimaksud Rina adalah sepasang anting.

" Berlebihan kenapa, ini kan hadiah buat calon mantu kesayangan aku, oh yah Nur, kamu jangan panggil om dan tante lagi, mulai saat ini kamu harus panggil mama sama papa, inget yah,"

" Terima kasih tante," Ucap Nura.

" Kok tante lagi sih," Protes Rina. Nura tersenyum malu.

" Makasih ma," Ucapnya kemudian, dan Rina tersenyum senang. Nala menatap dua orang perempuan di depannya itu. Dia tak menyangka bahwa Tuhan kemudian mempertemukan dia dan Nura dengan cara yang unik.

 Dia tak menyangka bahwa Tuhan kemudian mempertemukan dia dan Nura dengan cara yang unik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tara menatap wajah Nura yang menunduk menghindari tatapannya.

" Kenapa Nur?" Tanya Tara heran.

" Maaf mbak Tara, aku_" Nura menghentikan ucapannya. Perasaannya mulai campur aduk nggak karuan.

" Aku tahu kok kalo kamu jadian sama Nala, and its ok Nur aku nggak pa-pa," Ucap Tara dengan santainya.

" Mungkin sudah saatnya aku pergi dari kehidupan Nala," Tara berkata sembari menarik napas panjang. Matanya menerawang menatap hamparan rumput di depannya. Tak ayal Nura terguguh pelan, air mata tanpa bisa dibendung keluar dari kedua pelupuk matanya.

" Lho kok nangis sih Nur," Ucap Tara panik melihat Nura sesenggukan.

" Ini semua gara gara aku kan mbak, harusnya mbak Tara sama mas Nala gak perlu berpisah, kalian pasangan yang serasi." Ucap Nura terbata bata ditengah tangisannya.

" Ya ampun Nur, gak ada kamu juga aku sama Nala memang harusnya pisah, dia gak pernah menyukai aku sejak dulu," Tara membelai kepala Nura.

" Kamu nggak perlu ngerasa salah Nur, bener bener bukan salah kamu, aku sedih tapi juga senang sih," Tara mengalihkan pandangannya kearah langit yang mulai senja.

" Aku sedih karena harus pergi dari kehidupan Nala, tapi aku juga senang karena aku yakin Nala nggak salah pilih," Nura menatap Tara dengan takjub. Gadis di sampingnya itu tetap tersenyum seramah saat mereka baru bertemu.

" Oh yah, mulai besok kamu bantu Nala di lab yah," Nura kembali menatap Tara penuh tanda tanya.

" Aku mutusin buat fokus keskripsi aku, jadi aku pikir aku udah gak bisa bantu Nala lagi, aku mundur jadi Ko-as, aku udah bilang sama pak Suyono kamu yang bakal gantikan,"

" Tapi mbak Tara,"

" Ayolah Nur, aku gak mau lama lama juga jadi mahasiswa, kamu kan masih semester semester awal belum seberapa sibuk, aku udah harus ujian skripsi semester depan," Tara menghapus air mata dipipi Nura.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang