Part XV

247 19 6
                                    

Waktu sudah mendekati sore hari saat Nura keluar kampus dan menuju halte bus yang jaraknya tidak seberapa jauh dari kampusnya. Nura duduk di kursi tunggu halte sembari melepas penatnya setelah hampir seharian harus berada di laboratorium analitik. Tiba tiba ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari nomer yang tidak dikenalnya. Nura menatap layar ponselnya. Biasanya dia akan enggan mengangkat telepon dari nomer yang tidak dikenal. Tapi entah kenapa ada sesuatu yang mendorongnya untuk mengangkat panggilan telpon itu.

" Halo," Sapa Nura dengan rasa was was.

" Assalamualaikum," Sapa suara yang disebrang. Suara lelaki yang terdengar lembut.

" Waalaikum salam," Jawab Nura.

" Nura yah?" Tanya lelaki itu.

" Siapa yah?" Nura menjawab pertanyaan lelaki itu dengan sebuah pertanyaan.

" Saya Hannan mbak, saya teman sekerjaan bu Rahma," Deg tiba tiba jantung Nura berdegup dengan kencang.

" Ada apa yah mas Hannan telpon aku?" Tanyanya penasaran, tapi dia juga tetap waspada karena banyaknya telpon penipuan, dia jadi bergidik membayangkan dia sendiri jadi korbannya.

" Mbak Nura bisa ke RS nusa dua kah?" Nura mengerutkan keningnya. Sungguh sangat mirip motif motif penipuan yang sekarang sedang marak.

" Kenapa?" Tanya Nura lagi. Hannan terdiam cukup lama, sebenarnya dia sedang menyusun kalimat supaya berita yang dia sampaikan tidak sampai membuat Nura panik.

" Mbak Nura, ibu mbak pingsan tadi, dan sekarang ada di rumah sakit,"

" Apa?" Pekik Nura, perasaan panik dan kuatir mulai menjalari tubuhnya.

" Jangan panik dulu, ibu sudah ditangani oleh dokter sekarang sudah di ruang rawat, makanya mbak Nura bisa kan kesini?" Tanya Hannan memastikan.

" Iyah, iyah saya kesana sekarang, tolong jaga ibu saya dulu yah,"

" Iyah mbk, hati hati yah jangan keburu buru," Nura tidak sempat menjawab ucapan terakhit Hannan karena dia buru buru masuk kedalam bus yang berhenti tepat di depannya.

***

Dengan sedikit berlari Nura memasuki rumah sakit Nusa Dua. Tergesa gesa bertanya pada satpam ruangan dimana ibunya dirawat. Beruntung dia tidak mengalami kesulitan dengan petunjuk yang diberikan oleh bapak Satpam yang berjaga di pintu depan. Saat memasuki ruangan matanya dengan teliti mencari cari sosok ibunya ditiap bilik yang disekat oleh kelambu berwarna hijau.

" Ibu," Panggilnya saat melihat ibunya terbaring diranjang rumah sakit, sementara disampingnya duduk seorang pemuda. Rahma memandang Nura kemudian tersenyum.

" Nur," Panggil Rahma, Nura mendekati ibunya, dan secara perlahan pemuda itu bergeser memberi ruang pada Nura agar bisa lebih dekat pada ibunya.

" Kok ibu bisa pingsan? Ibu baik baik aja kan?" Rahma mengangguk perlahan.

" Untung ada Hannan yang bawa ibu kesini," Rahma memandang pemuda yang tengah berdiri di belakang Nura. Nura menoleh ke belakang dan mengucapkan terima kasih disambut senyuman manis Hannan.

" Bu Rahma, kalo begitu saya pamit dulu yah," Hannan mendekati ranjang Rahma.

" Iyah mas Hannan, terima kasih yah sudah banyak membantu saya," Hannan kembali tersenyum. Hannan mengatupkan kedua tangannya didepan dada.

" Nur, anterin mas Hannan ke depan," Titah Rahma pada Nura. Nura menuruti petintah ibunya berjalan mengikuti Hannan keluar ruangan.

" Oh yah Nur, semua biaya selama disini akan ditanggung kantor, kamu jangan kuatir, jaga saja ibu kamu baik baik," Nura mengangguk pelan.

" Kalau ada apa apa kamu telpon saya yah, kalo boleh saya save nomer kamu yah, dan kamu save nomer saya," Nura menganggukan kepalanya lagi. Hannan menatap gadis itu kemudian tersenyum tipis.

" Kamu penurut sekali yah dari tadi ngangguk mulu," Ujar Hannan sembari terkekeh pelan. Entah kenapa saat pertama kali melihat Nura ada sesuatu yang lain di hatinya. Beruntung dia punya alasan untuk menyimpan nomer telepon gadis itu.

" Mas Hannan ih," Tukas Nura sembari memajukan bibirnya.

" Ya udah aku pamit dulu, jaga bu Rahma baik baik ya, Assalamualaikum,"

" Waalaikum salam, hati hati yah mas," Hannan mengangguk perlahan sembari kembali mengulas senyumnya kamudian berlalu dari hadapan Nura.

***

Nura menatap Rahma yang tengah tertidur pulas. Dia lega karena besok pagi Rahma sudah boleh pulang, jadi malam ini malam terakhir mereka menginap di rumah sakit. Dokter bilang Rahma hanya kecapekan saja, tidak ada yang serius sehingga hanya butuh istirahat saja. Nura hendak memejamkan matanya saat sebuah pesan masuk ke ponselnya.

" Assalamualaikum, Nur " Bunyi pesan singkat itu, Nura menatap nama pengirimnya kemudian tersenyum tipis.

" Waalaikum salam mas Hannan " Balasnya cepat.

" Gimana keadaan bu Rahma ?

" Udah baik mas, besok kami sudah boleh pulang "

" Alkhamdulillah, kalo gitu aku jemput yah besok "

" Nggak usah mas, kami naik taksi online aja, jangan ngerepotin mas Hannan lagi "

" Nggak pa pa Nur, sekalian ngurus administrasi rumah sakit "

" Ohhh gitu yah mas, yah deh pokok nggak ngerepotin mas Hannan "

" Nggak kok Nur, ya udah kamu istirahat yah, Assalamualaikum "

" Waalaikum salam " Tutup Nura, kemudian merebahkan badannya di lantai rumah sakit yang sudah dia alasi tikar. Sementara di tempat lain Hannan tersenyum senang, sembari mencoba memejamkan matanya.

***

Hannan menghampiri Nura dan ibunya yang sudah siap untuk pulang.

" Maaf yah bu Rahma lama nunggunya," Rahma tersenyum sembari menggeleng pelan.

" Nggak pa pa mas Hannan, kami yang udah ngerepotin mas,"

" Nggak bu, sudah kewajiban saya, lagipula ini juga sekalian ngerjain amanah dari kantor, ya udah mari bu," Hannan membantu membawakan tas besar yang dibawa Nura. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran mobil.

Kurang dari 30 menit kemudian mereka sudah sampai di rumah Rahma. Rahma memutuskan untuk langsung beristirahat di kamarnya. Sementara Hannan dan Nura mengobrol di ruang tamu.

" Jadi kamu kuliah di Unesa? Nura mengangguk perlahan.

" Jurusan apa Nur?"

" Kimia mas,"

" Wah keren Nur, btw aku minum yah Nur, haus," Nura tersenyum geli mendengar ucapan Hannan.

" Iyah silakan mas, kan udah dibuatin dari tadi,"

" Ya Nur, saking senengnya ngobrol sama kamu sampai lupa kalo tadi haus," Nura mencibir mendengar ucapan Hannan.

" Jangan manyun yah Nur, becanda," Ucap Hannan kemudian menyesap teh dalam cangkirnya.

" Nur, kapan kapan kalo aku lagi senggang boleh nggak main kesini lagi," Nura mengernyitkan keningnya.

" Ngapain mas?" Tanya Nura dengan polosnya. Hannan menggaruk kepalanya yang gak gatal.

" Iyah, ngapain yah Nur?" Ucap Hannan ikutan bingung.

" Ih, mas Hannan lucu deh, kalo mau main main aja mas, kalo ibu ada dirumah,"

" Yah Nur masak aku main kesini mau ketemu bu Rahma sih, dikantor juga ketemu kali tiap hari," Nura tergelak melihat muka Hannan yang tiba tiba manyun.

" Lha terus?"

" Yah ketemu kamu Nur," Ucap Hannan sembari tersenyum penuh arti.

Assalamualaikum.
uhuk Hannan mau main pasti ada maunya kaaaannn?

Makasih yah yang udah tetep.setia baca, jangan lupa vote n komen.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang