Part XIX

262 12 1
                                    

Nala merebahkan tubuhnya keatas kasur. Menatap langit kamarnya dengan nanar. Tadi siang saat bubaran kampus dia melihat Tara dijemput seorang lelaki. Dia pikir dia akan biasa saja dengan pemandangan itu, tapi ternyata dia salah. Dia masih sangat gelisah sampai saat ini. Apalagi Tara belum juga membalas pesan darinya. Nala mengambil ponselnya kemudian melemparnya lagi saat belum juga ada pesan balasan dari Tara. Nala sampai tak habis pikir kenapa dia jadi segelisah ini.

" Mas Nala sudah menyia nyiakan orang seperti mbak Tara," Kata kata Nura kembali terngiang di telinganya. Nala mengacak acak rambutnya sedikit frustasi.

" Kamu kemana sih Ra," Batinnya, kemudian sekali lagi mengecek ponselnya. Tapi tetap sama, belum ada pesan dari Tara.

***
Nala tampak tidak konsentrasi dengan kerjaan di depannya. Semalam dia mencoba menghubungi Tara tapi hasilnya nihil. Ponsel Tara tidak aktif, pesan yang dikirimnyapun tetap tidak terjawab.

" Mas Nala," Panggil Nura perlahan, seperti biasa Nala diam saja.

" Mas Nala," Panggil Nura sedikit meninggikan volume suaranya, tapi Nala tetap diam seolah dia berada di tempat lain.

" Mas Nala," Panggil Nura lagi lebih keras. Nala berjingkat karena kaget. Tidak menyadari kehadiran Nura sedari tadi.

" Ck, ngagetin aja sih kamu," Nala berdecak sembari memasang wajah bete.

" Aku mau balikin alat alat yang dibon sama kelompokku kemarin buat praktikum," Nura menyodorkan sebuah kotak berisi satu set alat praktikum. Nala beranjak dari laptop didepannya kearah kotak alat. Dengan sedikit ogah ditelitinya satu persatu perlengkapan laboratorium itu. Tapi entah kenapa pikirannya masih saja berkeliaran kemana mana.

" Mas Nala sakit?" Tanya Nura penasaran, melihat wajah Nala yang sedikit kusut.

" Maksudmu?"

" Mas Nala kelihatannya gak seperti biasanya mungkin sedang sakit," Jawab Nura dengan nada khawatir. Nala memggeleng cepat. Satu satunya alasan yang membuat dia seperti ini adalah Tara.

***

Nala memarkirkan mobilnya tepat didepan rumah Tara. Sudah hampir seminggu ini Tara sulit ditemui juga sulit dihubungi. Jadi Nala memutuskan untuk langsung mencarinya ke rumah, berharap gadis itu ada disana. Nala mengetuk pintu didepannya itu. Pada ketukan ketiga bik Mariyam, asisten rumah tangga Tara muncul dari balik pintu.

" Tara ada bik?" Tanya Nala dengan sopan. Bik Maryam mengangguk pelan membuat Nala bernapas lega.

" Masuk mas Nala," Ucap bik Maryam sembari membuka pintu lebih lebar. Nala masuk dan mengikuti bik Maryam sampai keruang tamu.

" Mas Nala mau langsung masuk atau dipanggilin mbak Taranya kesini?" Tawar bik Maryam.

" Tolong dipanggilin aja yah bi," Bik Maryam memgangguk kemudian berlalu dari depan Nala. Biasanya Nala akan langsung masuk keruang tengah mencari Tara, tapi sejak batalnya perjodohan mereka Nala mulai merubah kebiasaan. Tak seberapa lama kemudian Tara muncul dari dalam rumah, memakai piyama tidurnya dengan wajah yang kusut.

" Ra, kamu sakit?" Tanya Nala dengan nada kuatir melihat keadaan Tara. Tara mengangguk lemah kemudian menghempaskan badannya di atas sofa. Nala menyusul duduk di sebelahnya.

" Badanmu demam, ayo aku anter ke dokter," Ucap Nala saat menyentuh dahi Tara yang terasa panas.

" Udah ke dokter Na," Jawab Tara lemah.

" Sama?" Tanya Nala menyelidik. Tara menghela napas pelan.

" Pramuda," Jawab Tara yang kemudian membuat dada Nala tiba tiba sesak mendengar nama seorang pemuda.

" Pramuda?" Tanya Nala memastikan bahwa nama yang didengarnya salah. Tara mengangguk perlahan. Rahang Nala sedikit mengeras saat Tara memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

Pramuda adalah putra pemilik butik ken's cloth langganan mereka, dan pemuda itu salah satu penggemar Tara. lebih tepatnya salah satu pemuda yang naksir Tara.

" Kok kamu nggak ngomong sama aku kalo kamu sakit, aku sudah coba hubungi kamu berulang kali tapi gak ada jawaban," Ucap Nala dengan nada kecewa.

" Cemburu?" Tanya Tara dengan suara serak. Nala mengalihkan pandangannya kearah lain.

" Kok diem?" Tanya Tara lagi.

" Ingat gak beberapa minggu lalu aku cerita sama kamu kalo tante Asih, mamanya Pramuda cari model buat baju pengantin, kebetulan model cowoknya Pramuda dan saat mencari model cewek Pramuda hubungi aku," Tara diam sejenak, mengatur napasnya yang turun naik.

" Tapi kamu nggak peduli, kamu lebih sibuk nyari tahu siapa cowok yang bersama Nura, jadi aku putuskan buat diam," Nala menatap Tara dengan rasa bersalah.

" Ra, maafin aku, aku terlalu bodoh waktu itu,"

" Waktu aku sakit, aku sempet pengen hubungi kamu, tapi aku pikir kamu nggak akan ada waktu buat aku, kamu terlalu sibuk membenci Nura, jadi aku putuskan buat minta tolong sama pramuda,"

" Ra, aku minta maaf, aku sangat sangat nyesel Ra," Nala berjongkok di depan Tara, menggenggam tangan gadis itu erat.

" Beri aku kesempatan buat memperbaiki semuanya, jangan sama Pramuda, jangan tinggalin aku Ra, aku sadar sekarang aku nggak bisa tanpa kamu," Tara menatap Nala kebingungan.

" Kamu ngomong apa sih Na, emang siapa yang mau sama Pramuda? waktu itu aku cuman minta tolong buat anter ke dokter, thats all," Mata Nala sedikit berbinar mendengar ucapan Tara.

" Beneran? Kamu nggak jadian sama Pramuda?" Tara menggeleng perlahan.

" Jadi kita masih punya kesempatan kan Ra?" Tara mengernyitkan keningnya.

" Kesempatan apa?" Tanya Tara bingung.

" Kesempatan buat bersama, beri aku kesempatan buat ngejagain kamu seterusnya,"

" Duh kamu ngomong apa sih Na, bikin kepalaku tambah pening," Tara memijit mijit kepalanya yang mulai berdenyut pelan.

" Ra, maaf kalo aku terlambat menyadari semua ini, tapi sekarang aku sadar aku nggak bisa jauh dari kamu, aku cinta kamu," Tara menatap Nala dengan raut tak percaya, kemudian tertawa geli.

" Na, udah deh jangan aneh aneh, duh aku nih lagi sakit malah di becandain melulu," Nala mendengus kesal melihat Tara tertawa sampai mengeluarkan air mata.

" Yah udah ketawa terus sampai puas," Ucap Nala sembari kembali duduk di samping Tara.

" Eh jangan marah Na, nggak kasian apa orang sakit di marahin," Tara meletakan kepalanya dibahu Nala sementara tangannya mengamit lengan Nala.

" Aku serius Ra, kamu mau kan kasih aku kesempatan, kesempatan buat nunjukin cinta aku sama kamu," Nala mengelus kepala Tara perlahan dengan lembut.

" Kamu beneran Na, kamu nggak sedang nyari pelarian kan?" Tanya Tara masih tidak yakin dengan ucapan Nala.

" Ya ampun Ra, tega banget ngomong kayak gitu, mana mungkin aku jadikan kamu pelarian, kamu tahu sendiri gimana aku sejak dulu, not my style kan pakai acara cari pelarian pelarian gitu," Tara kembali tertawa geli melihat Nala menjadi sewot karena pertanyaannya.

" Nura benar, aku terlalu bodoh sudah menyia nyiakan kamu, seharusnya ini aku katakan sejak dulu,"

" Jadi kamu mau kan Ra, terima aku," Nala kembali menatap Tara dengan padangan penuh harap. Tara kembali tertawa geli, tapi sedetik kemudian dia mengangguk mengiyakan.

Assalamualaikum

yeaayyy akhirnya ada yang jadian, semoga langgeng sampai ke pelaminan.

Jangan lupa vote n komen yah biar makin semangat nulisnya. makasih.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang