XXIII

197 12 0
                                    


Setelah hampir 3 minggu menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya Nura bisa kembali pulang kerumah. Nura merebahkan badannya perlahan keatas tempat tidur. Bau wangi menyeruak menyapa penciumannya. Nura memejamkan matanya, dia sangat bersyukur akhirnya bisa merasakan kembali tidur dikasurnya. Nyaman sekali.

" Nur," Tiba tiba sebuah suara memanggilnya. Dengan sedikit menyeret langkahnya malas Nura melangkah kearah pintu.

" Mbak Tara," Sapa Nura saat melihat Tara berada didepan pintu kamarnya.

" Bisa ngobrol sebentar Nur?" Tanya Tara yang disambut anggukan kepala Nura.

Tara mengikuti langkah Nura masuk kedalam kamar kemudian duduk disisi ranjang.

" Nur, kamu tahu nggak sih aku tuh pengen banget kamu hadir saat aku nikah nanti," Tara terdiam, terlihat ragu untuk bicara lebih lanjut.

" Mbak Tara aku nggak mau nyari masalah lagi," Tara menatap Nura sedikit iba. Bukan rahasian lagi kalau keluarga besar Bagas menolak mengakui Nura sebagai anak Bagas.

" Aku dan Ibu ingin hidup tenang lagi kayak dulu mbak, pertemuan ibu dan papa, permasalah aku dan mas Nala, cukup menguras tenaga dan fikiran kami," Nura terdiam sejenak.

" Aku bahkan tidak berani berharap mas Nala mau mengakui aku sebagai adiknya, aku udah cukup seneng mas Nala jagain aku selama aku di rumah sakit, aku nggak pengen minta yang lebih," Tara memeluk Nura dengan perasaan iba.

" Nur, kamu adiknya Nala atau bukan aku tuh sayang sama kamu," Ucap Tara sembari menepuk nepuk punggung Nura perlahan.

" Makasih mbak Tara, Aku lega akhirnya mbak Tara dan Mas Nala bisa nikah," Tara melepas pelukannya kemudian menggenggam tangan Nura.

" Aku harus pamit karena aku ada janji fitting baju di butik langganan aku," Nura mengangguk perlahan, kemudian ikut berdiri dan mengantar Tara sampai didepan pintu kamarnya.

" Kamu istirahat aja Nur, biar cepet pulih kondisi kamu, bentar lagi ujian kan?" Nura mengangguk perlahan.

" Ya udah aku pamit yah," Sekali lagi Tara memeluk Nura, kemudian menghilang dibalik pintu kamar.

***

Nala menghela napasnya panjang, merasa sedikit kecewa dengan sikap Rina yang menolak kehadiran Nura dipernikahannya nanti.

" Mama setuju ataupun nggak, aku tetap mau Nura datang," Rina menatap Nala sedikit terkejut. Dia tak menyangka anak semata wayangnya itu akan menolak keinginannya. Dan ini untuk pertama kalinya Nala melakukan hal itu.

" Na, ini semua demi kebaikan kamu dan juga Nura, papa juga nggak mau ada omongan miring yang nantinya akan menyakiti hati Nura, kasian Na,"

" Tapi pa,"

" Papa juga nggak setuju, ini semua papa lakukan demi menjaga anak gadis papa, papa nggak mau Nura terluka, sudah cukup apa yang kita lakukan, yang papa lakukan selama ini pada mereka," Bagas berkata dengan tegas.

Dan itu membuat Nala tidak bisa lagi membantahnya. Nala kecewa yah cukup kecewa dengan sikap kedua orang tuanya. Nala berdiri perlahan kemudian dengan langkah gontai masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak ingin ada perdebatan lain lagi.

***
Hannan menatap Nura dengan takjub. Phasmina abu yang membungkus kepalanya membuat Nura semakin terlihat manis.

" MasyaAllah Nur," Puji Hannan yang membuat Nura sedikit salah tingkah.

" Jelek yah mas?" Tanya Nura ragu, Hannan menggeleng cepat.

" Justru sebaliknya, makin cantik," Hannan menggaruk kepalanya yang gak gatal, dia merasa kikuk karena sudah mengatakan hal barusan. Nura tergelak melihat Hannan tampak tersipu malu.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang