Part XII

250 15 5
                                    

Flashback

Bagas menggenggam tanga Rahma erat. Gadis di depannya itu tampak tersipu dengan perlakuan Bagas.

" Rahma, maukah kamu menikah denganku," Pinta Bagas kemudian. Rahma menatap pria itu kebingungan.

" Bagaimana mungkin mas, kamu udah punya istri," Ucap Rahma pelan.

" Yah, aku tahu tapi aku bisa minta ijin sama Rina, apalagi setelah 6 tahun ini kami belum juga punya anak," Rahma menatap Bagas ragu ragu. Setelah sekian lama dekat dengan lelaki itu dia memang merasakan sesuatu yang lain di hatinya.

" Apa nggak sebaiknya kamu minta ijin terlebih dahulu sebelum kita memutuskan untuk menikah mas," Rahma berucap penuh ragu.

" Kamu jangan kuatir, kita bisa minta ijin sama Rina sambil jalan dulu, aku yakin Rina gak akan menolak,"

" Baiklah mas, kalau kamu yakin istrimu akan menyetujui pernikahan kita, aku terima pinanganmu," Bagas tersenyum lebar, hatinya berbunga bunga karena Rahma menyambut pinangannya.

***

" Saya terima nikah dan kawinnya Rahma Nur Aini binti Soejatmiko dengan mas kawin sebuah cincin emas sebesar 5 gram dibayar tunai,"

" Bagaimana para saksi, sah?"

" Sah?" Jawab beberapa lelaki yang menjadi saksi pernikahan antara Rahma dan Bagas.

" Alkhamdulillah," Ucap pak Penghulu disambung dengan ucapan doa untuk pengantin baru.

***
6 Bulan kemudian

Rina menatap 2 garis merah itu dengan mata berbinar. Hatinya diliputi rasa haru sampai sampai air matanya meleleh membasahi pipinya.

" Ma, kok kamu lama banget di kamar mandi, kenapa?" Tanya Bagas sembari mengetuk pintu kamar mandi karena khawatir pada istrinya. Rina membuka pintu kamar mandi perlahan.

" Ma, kok kamu nangis, ada apa?" Tanya Bagas dengan panik melihat kedua mata Rina mengeluarkan air mata. Rina tak segera menjawab tapi malah semakin keras menangis.

" Ma, ada apa? Jawab ma," Ucap Bagas semakin panik. Rina menyerahkan alat tes kehamilan itu pada Bagas. Bagas menatap benda itu sedikit bingung. Dia tahu kalau ada 2 garis merah itu berarti istrinya sedang hamil. Tapi dia masih belum bisa mempercayai hal itu.

" Ma, ini artinya_," Bagas tidak bisa berkata kata lagi saat Rina menganggukan kepalanya.

" MasyaAllah, Alkhamdulillah ya Allah," Pekik Bagas saking gembiranya, dia langsung memgambil sujud syukur, kemudian memeluk istrinya erat.

" Ma, aku bakal jadi ayah, kita bakal jadi orang tua," Bagas mencium lembut kening istrinya.

***

Rahma terlihat jengah saat Bagas dengan antusias menceritakan tentang kehamilan Rina.

" Jadi mas batal bilang sama Rina tentang pernikahan kita?" Tanya Rahma dengan nada kecewa. Bagas menatap Rina dengan sedikit panik. Melihat Rahma mulai menagih janjinya untuk memberitahu Rina tentang pernikahan mereka.

" Sekarang bukan saat yang tepat sayang, kamu sabar yah, sementara ini aku nggak mau ada apa apa sama Rina dan calon anakku," Rahma menghela napas pelan, kemudian berlalu dari hadapan Bagas.

" Rahma, kamu jangan marah dong, aku pasti akan menceritakan semua sama Rina kalau sudah waktunya," Bagas buru buru mengikuti langkah Rahma.

" Aku nggak marah mas, aku hanya kecewa, dan berharap janjimu bukan janji palsu," Bagas tersenyum lembut.

" InsyaAllah, aku pasti akan mengatakan hal ini pada Rina," Ucap Bagas dengan yakin.

***
3 tahun kemudian

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang