Nala baru saja sampai saat melihat mobil Bagas terparkir tepat di depan rumah. Nala bergegas masuk ke dalam rumah dan berniat langsung menuju kamarnya. Tapi saat melewati ruang tengah Rina memanggilnya. Nala menoleh tanpa ada niat mendekat.
" Na, kamu nggak mau kasih salam sama papa?" Tanya Rina sembari menunjuk ke arah Bagas. Nala menatap Bagas dengan pandangan tidak suka.
" Nala capek ma, mau langsung istirahat," Ucap Nala sembari melangkahkan kakinya menuju kamar.
" Na_," Rina terdiam saat Bagas memegang tangannya. Memberi isyarat agar dia tidak lagi memaksa Nala.
" Biarkan saja ma, dia butuh waktu,"
" Tapi pa,"
" Nggak pa pa ma, papa bakal sabar menunggu sampai Nala mau memaafkan papa," Rina menghela napas pelan.
" Ma, papa kapan itu ngasih Nura kartu ATM, maaf kalau papa nggak ijin mama dulu, waktu itu mama masih belum mau ketemu papa," Rina menatap Bagas wajah datar.
" Ya udah mau gimana lagi kan udah papa kasih," Bagas menggenggam tangan istrinya itu kemudian menciumnya dengan lembut.
" Papa pastikan uang yang papa kasih semua buat kebutuhan Nura, bukan yang lain, papa ingin menebus kesalahan papa pada kalian semua," Rina mencibir.
" Papa yakin sudah gak ada rasa sama Rahma?" Tanya Rina sedikit ketus. Bagas tergelak melihat tingkah istrinya itu.
" InsyaAllah ma, mama jangan cemburu lagi, papa ngasih uang ke Nura hanya sebagai bentuk tanggung jawab papa sebagai orang tua Nura," Rina mengangguk perlahan. Sebenarnya sebelum tahu Nura adalah anak dari Bagas, Rina sangat sayang pada gadis itu. Rinapun sebenarnya kangen dan ingin bertemu dengan dia, tapi dengan kondisi Nala sekarang, rasanya itu tidak mungkin.
***
Untuk kesekian kalinya Nala memergoki Nura dijemput oleh orang yang sama. Nala sudah tidak tahan lagi. Rasa penasaran membuat dia menghampiri keduanya." Nur," Panggil Nala yang akhirnya membatalkan niat Nura untuk masuk ke dalam mobil Hannan.
" Mas Nala," Ucap Nura sedikit terkejut karena Nala menghampirinya.
" Mau pulang?" Tanya Nala sembari melirik kearah Hannan yang sedang berada dibalik kemudi mobil.
" Iyah mas," Jawab Nura.
" Ayo kuantar pulang," Ucap Nala sembari mencekal lengan kanan Nura. Hannan yang melihat interaksi keduanya akhirnya memutuskan untuk turun dari mobilnya.
" Nur, kamu nggak pa pa?" Tanya Hannan yang sudah berpindah ke samping Nura. Nura hanya terdiam sedikit bingung dan gugup menghadapi dua lelaki tersebut.
" Udah kelamaan ayo buruan," Nala menarik tangan Nura, tapi dengan cepat Hannan mencegahnya.
" Maaf kamu siapa?" Tanya Hannan penasaran. Nura tidak pernah menceritakan sesuatu tentang pemuda di depannya itu. Apakah dia pacar Nura, apakah Nura menyembunyikan sesuatu dari dia.
" Sepertinya Nura nggak mau ikut kamu," Cegah Hannan lagi.
" Jangan ikut campur, lagian siapa kamu mau ngatur ngatur Nura," Nada suara Nala sedikit meninggi.
" Mas Nala sudah jangan bikin ribut," Ucap Nura mencoba meredakan emosi Nala.
" Kalo kamu nurut nggak akan ada ribut," Ucap Nala dengan tegas.
" Tapi mas_" Nala menatap Nura tajam dan itu membuat Nura kembali terdiam. Hannan melihat Nura dengan pandangan iba.
" Nur, kalo kamu nggak mau ikut dia jangan dipaksa," Ucap Hannan mencoba melindungi Nura.
" Jangan banyak bicara yah, Nura bakal pulang sama aku," Hannan sedikit emosi melihat kelakuan Nala.
" Cepet masuk mobil," Bentak Nala yang membuat Nura sedikit terkejut.
" Jangan kasar, Nura_"
" Aku kakaknya, ada masalah?" Potong Nala cepat. Hannan melihat Nala sedikit tidak percaya. Setahu dia Nura tidak punya kakak, apalagi kakak laki laki.
" Nur," Panggil Hannan mencoba mencari penjelasan.
" Dia benar mas Hannan," Ucap Nura lirih, jujur dia masih bingung harus bagaimana menyikapi pernyataan Nala. Tapi yang dikatakan Nala memang benar. Nala adalah kakaknya.
Hannan mundur sedikit, mendengar ucapan Nura dia merasa tidak seharusnya ikut campur urusan adik dan kakak.
" Kalo gitu aku pamit yah Nur, nanti aku hubungi kamu lagi, Assalamualaikum," Pamit Hannan kemudian berlalu dari hadapan Nala dan Nura.
" Mas Nala kenapa sih?" Tanya Nura sembari menekuk mukanya perlahan.
" Salah?" Nala balik bertanya.
" Kamu cepet banget move on yah, udah dapet cowok lain," Nura menatap Nala dengan resah.
" Mas Nala cemburu?" Tanya Nura hati hati, dan itu sedikit menyadarkan Nala atas kelakuannya yang kekanak kanakan.
" Nggak," Jawab Nala cepat.
" Mas Nala sadar nggak sih kita udah nggak mungkin kayak dulu suka nggak suka sekarang mas Nala itu kakak Nura, harusnya mas Nala juga cepetan move on," Nura mendengus kesal.
" Oke sebagai kakak aku berhak tahu siapa laki laki itu?"
" Yakin keingintahuan mas Nala itu hanya sebatas sebagai kakak? bukan yang lain?" Nura sedikit sinis, Nala menatap Nura sedikit kesal, gadis di depannya itu mulai pintar bicara.
" Oh sekarang udah pinter ngomong yh? udah punya pacar baru berasa ada yang ngelindungi? mulai berani," Bentak Nala yang membuat Nura semakin jengkel. Dia tak mengerti mengapa Nala belum juga paham akan hubungan mereka sekarang seperti apa.
" Mas Nala, kenapa mas Nala nggak coba ngurusi diri sendiri daripada ngurusin Nura, mas Nala belum paham jugakah kita ini saudara," Nala memamerkan senyum sinisnya.
" Kamu pikir aku mau punya adik kayak kamu, sok polos, sok imut, sok baik lagi," Nura menatap Nala makin sebal.
" Aku juga nggak mau punya kakak kayak mas Nala, sok cakep, sok terkenal, judes lagi," Nura sedikit meninggikan volume suaranya. Kemudian ngeloyor pergi dari hadapan Nala. Dia malas meladeni omongan omongan Nala yang makin lama makin nyebelin.
" Nura," Nala mengejar Nura yang semakin cepat berjalan meninggalkannya.
" Aku belum selesai ngomong," Nala mencekal lengan Nura untuk menghentikan langkahnya.
" Siapa cowok itu tadi?" Tanya Nala menuntut jawaban. Nura mendengus kesal.
" Namanya mas Hannan dia teman kerja ibu, dia yang nolong ibu waktu ibu pingsan di tempat kerja, udah jelas?" Nala melemahkan cekalan tangannya.
" Kamu suka sama dia?" Tanya Nala pelan, bahkan hampir berbisik.
" Mas Nala sadar nggak sih kalau mas Nala itu sudah menyia nyiakan seseorang?" Nala mengernyitkan keningnya.
" Maksud kamu?"
" Mas Nala udah menyia nyiakan mbak Tara, seseorang yang seharusnya mas Nala jaga sejak dulu, jangan menunggu mbak Tara pergi baru mas Nala sadar kalo dia begitu berarti buat mas Nala," Nala terdiam, memikirkan ucapan Nura.
" Berapa banyak pengorbanan yang udah mbak Tara lakukan buat mas Nala, apa itu belum cukup untuk membuat mas Nala sadar kalau mbk Tara itu mencintai mas Nala,"
" Pinter ngomong," Ucap Nala sembari berdecak. Nura kembali mendengus kesal.
" Udah deh percuma ngomong sama kepala batu kayak mas Nala," Nura kembali ngeloyor pergi dari hadapan Nala. Tapi kali ini Nala hanya menatapnya pergi menjauh.
Assalamualaikum.
Semoga mas Nala bisa segera move on yah.
jangan lupa vote n komen biar makin semangat aku nulisnya. Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA
Romance"Sepandai apapun manusia menyimpan sebuah rahasia, Tuhan tidak pernah tidur" Nura tidak menduga pertemuannya dengan Nala justru membuka sebuah rahasia besar yang selama ini disembunyikan rapat rapat oleh ibunya. " Kalian tidak bisa menikah," Ujar pa...