Part IX

184 9 2
                                    

Bagas dan Rina sedang sarapan saat Nala turun dari kamarnya dan menyapa mereka.

" Eh, Na ayo sarapan sekalian mumpung papa bisa sarapan di rumah," Seru Bagas sembari menunjuk masakan Rina yang terhidang di atas meja. Nala menatap masakan mamanya dengan berselera seraya mengusap perutnya.

" Wah, enak enak nih kalau papa sarapan di rumah," Rina melotot ke arah Nala yang tengah tersenyum menggoda.

" Jangan ngegodain mama terus, ntar kualat kamu jadi batu," Nala tersenyum geli mendengar kata kata Bagas.

" Na, kapan dunk kamu bawa mama sama papa silaturahim kemamanya Nura," Nala menatap mamanya yang juga tengah menatapnya penuh harap.

" Mama kenapa sih, ngebet banget pengen ke rumah Nura," Bagas tersenyum melihat tingkah istrinya.

" Mamamu udah nggak sabar pengen punya mantu biar bisa ikutan temen temen arisan mama, nge-ghibahin mantu mantu mereka," Rina kembali melotot ke arah Bagas yang tengah menggodanya.

" Astagfirullah ma, jangan ghibah dosa," Nala ikutan ngegodain mamanya yang terlihat mulai bete dengan tingkah anak dan suaminya itu.

" Pokoknya mama pengen cepet cepet ngelamar Nura, biar gak keduluan orang Na, ingat siapa cepat dia dapat," Balas Rina dengan nada tanpa salah.

" Mama ih, dipikir Nura barang diskonan apa," Bagas kembali tergelak mendengar percakapan anak dan istrinya itu.

" Tapi mamamu bener Na, yah setidaknya kalian tunangan dululah,"

" Nah kan papa aja setuju," Rina merasa senang karena suaminya mendukung keinginannya.

" Ya ma, pa ntar aku omongin sama Nura dan ibunya,"

" Eh sekalian aja kalo Nura mau kalian langsung nikah," Nala yang tengah minum air di gelasnya langsung tersedak mendengar ucapan Rina.

" Mama nih," Ucapnya sembari meletakan kembali gelasnya ke atas meja.

" Yah biar gak jadi dosa Na, inget yah mama gak mau kamu tuh pacaran kayak orang orang diluaran sana, Naudzubillah, jangan sampai yah Na," Rina bergidik memikirkan bayangan bayangan di kepalanya.

" Astagfirullah ma, gini gini Nala tuh alim kan, sholat juga cuman kadang kadang aja bolongnya, mana mungkin Nala macem macem,"

" Sholat bolong kok bangga Na," Sahut Bagas dengan setengah mengejek. Nala tersenyum malu malu.

" pokoknya mama sama papa jangan kuatir Nala ini anaknya lurus lurus aja gak pernah macem macem, paling pegangan tangan doang," Ucap Nala sembari kembali menyendokan nasi ke dalam mulutnya.

" Cium?" Tanya Rina mulai menginterogasi. Nala mendengus,

" Nggak pernah maaa, sumpah demi Allah," Nala mengangkat 2 jarinya keudara. Rina tertawa kecil melihat kelakuan anaknya.

" Ya udah cepetan bilang sama Nura kalau mama udah gak sabar pengen silaturahim ke rumah Nura, lagian kamu nggak capek apa tiap hari ditanyain mulu sama mamamu, papa aja bosen dengernya," Nala dan Bagas kompak tergelak bersama, sementara Rina menatap anak dan suaminya dengan wajah bete.

***

Hari pertama tanpa Tara di laboratorium. Nala menatap nanar sekeliling lab. Biasanya ada Tara yang akan mendengarkan cerita ceritanya. Atau dia yang akan mendengarkan cerita Tara. Nala menoleh kearah pintu saat terdengar suara pintu dibuka. Entah kenapa dia berharap yang datang adalah Tara. Tapi,

" Nur," Sapanya ketika melihat Nura muncul dari balik pintu.

" Kata pak Yono mulai hari ini aku bantu mas Nala jadi Ko-as menggantikan mbak Tara," Nala tersenyum senang.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang