Part XVIII

260 15 7
                                    

Rahma duduk di depan Bagas yang terlihat kikuk. Rahma hanya tersenyum melihat tingkah laku pria yang masih berstatus suaminya itu.

" Apa kabar kamu?" Tanya Rahma memecah keheningan diantara mereka.

" Baik, kamu sendiri?" Rahma menghela napas,

" Seperti yang kamu lihat, aku juga baik baik saja," Bagas mengangguk anggukan kepalanya. Entah harus bicara apalagi karena dia sendiri bingung kenapa mengajak Rahma bertemu.

" Jadi apa yang ingin kamu omongin?" Tanya Rahma penasaran. Bagas masih terdiam, pikirannya kalut. Dia bingung harus bagaimana menghadapi hubungannya dengan Rahma yang masih sah sebagai suami istri.

" Aku_" Bagas tak meneruskan kata katanya.

" Bingung?" Tanya Rahma seakan tahu apa yang ada didalam benak Bagas. Bagas mengangguk perlahan.

" Meskipun ingin, aku tidak bisa meminta cerai sama kamu," Bagas kembali terpekur dengan kata kata Rahma. Yah mereka berdua masih terikat hubungan suami istri yang sah. Bagas ingin menebus kesalahannya pada Rahma, tapi juga tidak mau kembali menyakiti Rina. Mengingat perempuan itu sangat lemah. Bagas takut kembali terjadi sesuatu pada Rina.

" Aku ingin menebus semua kesalahan aku sama kamu, aku sudah berusaha mencarimu kemana mana waktu itu,"

" Aku mengerti, kamu juga nggak sepenuhnya salah, aku yang memutuskan untuk pergi waktu itu," Ucap Rahma dengan tenang. Jujur meskipun pria di depannya itu masih menimbulkan getar tersendiri dalam hatinya saat mereka bersama, tapi Rahma tetap bisa menyembunyikan itu semua.

" Aku sangat ingin mengulang semua dari awal," Ucap Bagas dengan risau. Rahma menggeleng perlahan.

" Aku merasa semua ini harusnya berakhir 20 tahun yang lalu,"

" Tapi Rahma, kita masih suami istri yang sah, aku belum menjatuhkan talak sama kamu," Bagas memberanikan diri menggenggam tangan Rahma. Ada getaran aneh yang menjalari tubuhnya. Getaran yang sama yang dia rasakan 20 tahun yang lalu. Rahma tersenyum tipis.

" Kamu sanggup kehilangan Rina?" Pertanyaam Rahma membuat Bagas kembali diam.

" Kamu sanggup melihat dia kembali terbaring di rumah sakit? bagaimana dengan Nala, apa dia bisa menerima keputusan kita kalau kita kembali bersama?" Rahma tersenyum miring. Dalam hati miris dengan nasibnya yang tidak jauh berbeda dengan 20 tahun yang lalu.

" Rina tidak akan mungkin sanggup menerima keadaan kita kalo kita kembali memaksa bersama lagi, apalagi Nala," Rahma membalas genggaman tangan suaminya tak kalah erat.

" Lebih baik kita berpisah mas," Ucapnya dengan berat hati. Bagas masih belum bicara, pikirannya masih kalut untuk memutuskan apakah akah menceraikan Rahma atau tidak. Sungguh antara Rahma dan Rina mempunyai tempat tersendiri dalam hatinya.

" Semua ini demi Nura, aku nggak mau dia dapat kesulitan lagi karena keegoisan kita," Bagas mengangguk perlahan.

" Baiklah kalau memang ini yang terbaik, tapi sebelum berpisah, ayo kita jalan jalan," Rahma mengernyitkan keningnya. Bagas tersenyum miris.

" Anggap sebagai permintaan maaf dari aku, aku ingin membelikan kamu sesuatu," Ucap Bagas lagi.

" Baiklah, ayo pergi," Senyum Bagas mengembang, karena Rahma menyetujui usulnya.

***

Bagas dan Rahma berdiri di depan sebuah toko perhiasan.

" Kok kesini?" Bagas tersenyum lembut. Buru buru Rahma mengalihkan pandangannya, dia takut pesona lelaki yang masih berstatus suaminya itu akan meruntuhkan benteng yang selama ini dibangunnya.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang