part X

259 17 12
                                    

Rina yang mendengar kabar baik dari Nala tentu saja sangat gembira. Dia tentu saja tidak mengsia-siakan kesempatan ini.

" Na, kamu coba telpon tante Erike Dapoer Dchibi, ini list kue kue yang mau mama pesan buat sabtu depan, jangan ada yang kurang," Nala menerima daftar beberapa macam kue yang ditulis oleh Rina sendiri.

" Mama ada pesen baju di Kens Cloth, kamu ajak Nura kesana buat pas baju," Nala mengangguk mendengar titah mamanya.

" Oh yah Na, kita pesan undangan dimana yah?" Tanya Rina sembari mengerutkan dahi.

" Undangan ma?" Rina mengangguk pelan.

" Undangan apa?" Tanya Nala bingung.

" Undangan pernikahan lah, emang undangan rapat," Nala menepuk dahinya sendiri.

" Ma, ngapain coba mikirin undangan nikah, masih lama," Ucap Nala gemas.

" Ya, sekalian kan Na," Rina tersenyum tanpa dosa.

" Udah ah ma, kapan kapan aja dipikirin,"

" Rafilah Studio bisa nggak?" Tiba tiba Rina teringat pada seseorang.

" Yah nanti ku tanyainlah ma sama om amek, mama nih keburu buru banget sih," Rina tersenyum kembali melihat Nala mulai bete.

" Jadi nanti sekalian kamu tanya yah ke Rafilah studio bisa nggak itu photoshot sama desain undangan, mama pengen undangannya yang spesial lain daripada yang lain," Nala menggaruk kepalanya yang gak gatal.

" Mama ih, dikasih ati minta jantung," Ucap Nala pura pura bete.

" Yah kan mama memang lebih suka jantung daripada ati ye," Nala tergelak mendengar ucapan mamamya.

" Ada berita apa nih kok seru banget, aku jadi ketinggalan," Tiba tiba Bagas sudah ada diantara mereka sambil sibuk memakai dasinya. Rina yang paham kalau suaminya paling nggak bisa memasang dasi segera berdiri dan memasangkan dasi di leher suaminya. Nala menatap pemandangan indah di depannya itu dengan senyum mengembang.

Sudah bukan hal yang aneh melihat keromantisan mama dan papanya, bahkan mereka kemudian menjadi panutan bagi Nala jika suatu saat dia menikah. Bagas sosok pria sabar, ramah dan humoris ditambah kadang sedikit romantis. Rina sosok perempuan yang manja, baik hati, dan penurut pada suami. Nala sangat jarang melihat mereka bertengkar. Yah setidaknya didepan Nala mereka selalu menunjukan kekompakan mereka sebagai suami istri.

" Papa ketinggalan berita, besok sabtu kita mau ke rumah besan," Bagas membulatkan matanya dengan senyum memgembang.

" Oh yah, good news lah, trus gimana persiapannya?" Tanya Bagas sembari duduk bersama mereka dan menyesap kopi dicangkirnya.

" Beres dong, mama," Ucap Rina sembari menepuk dadanya bangga.

" Percaya deh, daripada ngambek," Nala tergelak sementara Rina memukul lengan suaminya.

" Ya udah Na, kamu ke butik langganan mama hari ini yah jangan lupa," Nala mengacungkan jempolnya.

***

Nala duduk di samping Tara sembari menyeruput kopi didalam gelasnya.

" Kamu ngapain ngajak aku kesini?" Tanya Tara heran. Nala tampak kusut dan nggak bersemangat.

" Kamu tahu kan besok aku lamaran?" Tara mengangguk pelan, sembari menggigit roti di tangannya.

" Aku galau," Nala menekuk mukanya.

" Na, kamu jangan main main sama anak orang yah," Tara berkata dengan nada kuatir.

" Ra, entah kenapa makin kesini aku makin ragu sama hubunganku dengan Nura," Nala menatap hamparan rumput di depannya.

RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang