47

978 119 16
                                    

"Apa yang sebenarnya ingin digali dan apa yang harus dibenahi saat segalanya sudah benar-benar berakhir"

_Raka Derana Kanagara_










Happy Reading

***







Tidak semua hal dapat dikendalikan ada masanya dimana saat sudah berusaha keras justru berakhir dengan yang namanya kegagalan bahkan lebih parahnya adalah kekecewaan.

Tetapi bukan berarti harus menyerah kan, menganggap dunia tidak adil.

Mengapa mereka bisa hidup menyenangkan tanpa merasakan luka yang sama, kenapa diri ini tidak?.

Seakan-akan penderitaan adalah bayangan abadi yang tak pernah bisa melepaskan diri barang beberapa waktu saja.

Pikir akan dunia yang hanya berpihak pada mereka yang berhak sementara diri ini di pantas'kan berdampingan dengan kevanaan semata.

Oh ayolah, semesta memang rumit tidak sesederhana yang dibayangkan, seandainya hidup hanya tentang kebahagiaan semata justru itu akan terasa hambar.

Semesta telah diatur sedemikian rupa oleh sang pencipta beserta dengan jalan hidup seseorang yang berbeda.

Begitu pula dengan laki-laki jangkung denga earphone yang selalu ia bawa kemana-mana, kisahnya memang tak semanis kawan-kawan sebaya tetapi dibalik itu semua ia tumbuh menjadi sosok tangguh. ya, meskipun tidak bisa dipungkiri ia juga adalah sosok yang sangat rapuh.

Saat dirinya terpuruk masih ada sahabat yang mau mendorongnya untuk bangkit.

Dan dikala sayapnya telah patah oleh sebuah ikatan yang katanya tidak pernah putus, ada mereka yang tanpa ikatan darah merakit sayap itu kembali.

"Ya ampun Raka kenapa kamu makannya dikit banget sih, nih makan lagi habiskan!" titah wanita paruh baya menambahkan lauk ke atas piring calon menantunya.

"Ini kebanyakan mi yang ada perut Raka bisa meledak makan makanan sebanyak ini" balas Raka melas.

Lihat saja bahkan makanan di piringnya belum habis setengah tapi ibu dari kekasihnya itu kembali menambahkan beberapa hidangan dengan kejam.

"Gak akan meledak juga, emang kamu pikir di dalam perut ada bom atom apa" Ririn wanita yang biasa ia panggil Mami itu menggeleng.

"Udah yang, habisin aja sih bila mana perlu yang ada di meja semuanya kamu makan. Aku ikhlas" ucap Aruna terkekeh senang melihat ekspresi memelas pacarnya.

Seketika lengkungan di bibirnya berubah menjadi raut datar tatkala nasi di piringnya bertambah dengan tidak wajar.

"Mamiiii Aruna udah makan banyak loh masa ditambah lagi" rengek gadis itu.

"Apanya yang banyak orang makan sejumput aja kamu bilang banyak, galiat tubuh kamu kurus kerempeng kayak lidi begitu" pedas Ririn dengan raut sinis.

Aruna mengelus dada sabar, sepertinya ibunya tengah berada dalam mode emak-emak yang tidak boleh disalahkan.

Aruna tau betul ini pasti ulah Papi tersayang nya itu, kebiasaan pria itu pergi keluar kota secara mendadak tanpa mengajak bahkan memberitahu istrinya itu.

Raka tekikik geli dengan makanan di mulutnya, Aruna memicingkan mata pada cowok di sampingnya.

"Kurang ajar" desisnya menatap tajam sang kekasih.

Setelah acara makan-makan bersama calon ibu mertua yang sedang dalam mode sensi, Raka memutuskan pamit pulang mengistirahatkan raga.

Bisa saja ia menginap tapi entah mengapa hati berkata agar ia pulang.




I'm Just Hurt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang