"Berusaha tetap terlihat baik-baik saja tapi kenapa kenyataan selalu berhasil mematahkan segalanya."
_Raka Derana Kanagara_
Happy Reading
***
Kicau burung menyambut hari, mentari perlahan menampakkan senyum malu-malu terbit di ufuk timur.
Menyambut awal pagi yang sangat cerah, udara yang masih segar terhirup mahluk hidup memulai aktivitas keseharian mereka penuh suka cita.
Akan tetapi cerahnya hari tidak berlaku bagi ia yang merasa mendung, cowok berseragam coklat itu mematut diri di depan cermin, helaan napas sesekali berhembus kasar.
Pikirannya berkelana kapankah tinta emas akan tertulis dalam catatan kosong dalam hidupnya.
Dulu ia sangat ingin cepat tumbuh besar, tapi kini ia merutuki keinginan itu jujur saja dirinya sangat ingin kembali menjadi anak-anak sebelum usianya menginjak angka 12 tahun.
Dimana kebahagiaan masih menghiasi harinya tidak seperti sekarang, saat itu rumahnya masih sempurna dengan keanggotaan yang sepadan.
Ketika ia lapar ada seseorang yang selalu menyiapkannya, menyuapi bahkan menawarkan menu favorit nya setiap hari. Ketika ia merasa sulit dalam mengerjakan pr ada seseorang dengan perawakan berwibawa dengan suka rela mengajarinya.
Dan ketika sedih saat dimarahi orang tua masih ada dua orang sebayanya selalu menghibur dengan hal-hal sederhana.
Tidak ingin munafik bahwa ia merindukan masa-masa itu.
Sampai tiba-tiba tanpa permisi angin menghempaskan lengkung indah di bibirnya, wajah yang dahulunya berseri terganti akan sarat luka yang selalu terpancar dalam tatapannya.
Dia memang tertawa tapi tidak bisa menutupi luka.Dia si pemeran utama dalam kisah ini hanya mampu berjalan perlahan melewati krikil yang tidak tau ujungnya.
"Ini demi Alin gue udah janji gak akan biarin kakaknya terpuruk di rumah ini dan gue gak mau bikin dia kecewa lagi"
Bagi Raka Alin sudah seperti adiknya sendiri, gadis itu sangat menyayangi Rain meskipun tanpa adanya ikatan darah diantara kedua.
Raka melirik gelas air yang kosong di atas nakas, bukan airnya habis diminum melainkan terbuang percuma membasahi wajahnya.
Tadi wanita itu masuk dengan tidak soapan dan langsung menyiram dirinya yang sedang terlelap. Tampak penyayang, lemah lembut, bertutur kata manis namun sayangnya itu hanya sebuah tipu daya.
Di pagi ini ia di perlihatkan sifat asli wanita yang katanya ingin memperbaiki segalanya.
"Kamu cuma anak pembawa sial dan jangan lupa kamu cuma sampah pembawa mala buruk bagi rumah ini jadi jangan bertingkah seperti raja yang patut disegani!" damprat wanita yang entah dirasuki setan penghuni pohon mana.
"Cepat turun dan sarapan walaupun saya jijik duduk bersama manusia iblis seperti kamu!" kata wanita itu entah memiliki masalah pribadi apa.
Sebelum pergi orang itu memukul kepala Raka dengan gelas meski tidak terlalu keras tapi berhasil membuat laki-laki penyuka bela diri karate itu meringis.
Raka menuntup pintu kamarnya, dengan tas punggung tersampir di bahu kirinya ia menuruni anak tangga.
"Raka kemari kita sarapan bersama!" panggil wanita yang menjadi ibu kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Just Hurt
Random[Belum direvisi secara merata] Ini tentang 'dia' seorang anak yang dipaksa kuat oleh keadaan, diikat dewasa meski usia masih terbilang belia. Memiliki dua orang ayah serta ibu bukankah hal yang indah? tapi tidak untuk 'dia' justru itu menjadi awal d...