"Memaksakan tawa menyimpan luka, di atas lara berselimut duka."
_Raka Derana Kanagara_
HAPPY READING
***
Pandangan seorang anak yang baru menginjak kelas tujuh di salah satu sekolah menengah yang cukup populer di daerahnya, kini terpaku pada orang-orang yang berlalu-lalang di hadapannya.Bibirnya seakan terkunci tak mampu lagi mengutarakan kata, saat potongan-potongan kain itu mulai dilipat rapi dimasukkan ke dalam sebuah tas berukuran besar.
Wanita tiga puluh dua tahun yang biasanya menghiraukan hadirnya, sekarang sibuk memasukkan kain-kain yang digunakan untuk melapisi tubuh ke dalam koper berwarna hitam.
Bukan hanya wanita itu melainkan pria dewasa dengan rahang tegas turut melakukan hal yang sama.
Satu persatu pakaian mulai di keluarkan dari tempat seharusnya, dilipat rapi kemudian dimasukkan ke dalam benda yang menjadi wadah barunya, untuk beberapa lama.
Anak laki-laki itu mendekati dua saudara kembarnya yang tengah sibuk memilih beberapa barang yang mungkin akan mereka bawa 'pergi'.
"Bang Iki" panggil anak laki-laki itu hati-hati.
Seorang anak laki-laki yang ia panggil Bang Iki itu menghentikan kegiatannya melilih-milih buku yang menjadi favoritnya.
"Kenapa dek?" tanya anak laki-laki itu masih fokus pada buku di genggamannya.
Anak laki-laki tadi hanya menggeleng kemudian menjauh dari orang yang memegangi buku.
Enggan mengambil pusing melihat seorang yang memanggil namanya tadi kini menjauh, Riki kembali melanjutkan aktivitas nya.
Meninggalkan saudara kembarnya yang sibuk dengan buku-buku, anak 12 tahun itu lalu mendekati saudara laki-lakinya yang lain, dengan hati-hati anak itu menepuk pelan bahu anak yang hanya berjarak beberapa menit dari dirinya.
"Kak iko" panggil nya dengan sedikit tersenyum.
Anak laki-laki yang tengah memilih milih mainan itu menatap sang kembaran dengan tersenyum lebar, lalu mengajak anak itu untuk ikut memilih beberapa mainan yang akan ia bawa nanti.
"Kalau kak Iko pergi, nanti Raka main sama siapa?" ucap anak yang menyebut dirinya adalah Raka itu.
Riko ia adalah anak yang tengah menimang-nimang mainan mana yang akan jadi pilihannya itu kini menatap sendu pada adik kembarnya.
"Raka jangan khawatir kak Iko pasti sering-sering ke sini, kita nanti main lagi ya, pokoknya nanti kalau kakak libur sekolah pasti akan ke sini" ucapnya sungguh-sungguh.
"Tapi, gimana kalau kakak lupain aku?" kata anak laki-laki itu cemas.
"Kita gak mungkin lupain kamu Raka, kita bertiga kan kembar itu artinya ikatan batin kita sangat kuat, bahkan kalau salah satu dari kita sakit pasti yang lain ngerasain sakit juga. Jadi mana mungkin kita bisa saling melupakan walaupun harus tinggal di tempat berbeda" ucap anak laki-laki dengan buku yang lumayan tebal di tangan kanannya.
Raka melihat kedua saudara nya bergantian kemudian ia melebarkan senyum yang selalu ia perlihatkan pada dunia, bahwa ia sedang bahagia.
Raka ia adalah anak berusia duabelas tahun, masih menginjak bangku SMP pembawaannya ceria dan selalu tersenyum terkadang ia akan menjadi sosok yang sangat usil dan tidak bisa diam, cerewet namun 'sedikit' manja, tak pernah sekalipun ia bermimpi jika hari ini akan terjadi dalam kisah hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Just Hurt
Random[Belum direvisi secara merata] Ini tentang 'dia' seorang anak yang dipaksa kuat oleh keadaan, diikat dewasa meski usia masih terbilang belia. Memiliki dua orang ayah serta ibu bukankah hal yang indah? tapi tidak untuk 'dia' justru itu menjadi awal d...