55

990 144 84
                                    

"Mulai lelah dan ingin menyerah, alarm mulai terhitung mundur detailnya terdengar jelas"

_Raka Derana Kanagara_














Happy Reading

***








Raka nama yang terdengar indah namun tidak dengan kisah hidupnya, ia menyimpan sejuta luka dalam tiap langkah kakinya.

Langkah santai dengan senyum ceria itu, sebenarnya adalah rintihan yang ia sembunyikan pada dunia.

Ia ingin sekali menangis ingin berteriak dihadapan mereka yang senang sekali menoreh luka, mengobrak-abrik hatinya yang telah lama hancur.

Malam itu, tepat di usia ke tuju belas tahun ia menerima luka baru sampai pada akhirnya ia memutuskan pergi. Pergi menjaga jarak dari sumbernya luka.

Mengingat malam itu ingin sekali Raka tertawa, menertawai dirinya sendiri. Ia terlalu bodoh untuk mengerti keinginan mereka selama ini.

Pengusiran dari Ayahnya itu membuktikan setidak berarti apa dirinya ditambah ketika langkahnya membawa keluar dari rumah yang telah ia tempati selama bertahun-tahun dengan suka dan duka.

Mereka bahkan dengan tidak punya perasaan, berpesta merayakan pertambahan usia kedua kembarannya, miris.

Jikalau ditanya, seandainya diberi kesempatan untuk kembali ke rumah itu maka Raka akan menolak. Setiap langkah yang dibawanya menjauh berisi keteguhan untuk tidak lagi berbalik arah.

"Hay friend!" sapa cowok jangkung beralis tebal itu seperti biasanya.

Ia mendudukkan diri di salah satu bangku yang masih kosong, meletakkan semangkuk mie ayam di hadapannya.

Tak ada sahutan yang diterimanya, hufftt mereka masih marah rupanya.








Krettt







Decitan kaki kursi dan lantai terdengar bersamaan, Raka menghentikan garpu berisi mie yang hampir masuk ke dalam mulutnya.

Melirik sahabat -sahabatnya yang ingin pergi padahal makanan mereka belum habis.

"Tunggu!" ucapnya menginterupsi.

"Kalian duduk aja lagi habisin makanan nya, biar gue yang pindah" Raka berucap dengan senyum tipis.

Cowok itu berdiri lalu melenggang pergi dengan membawa makanan nya.

"Sadar diri juga dia" sindir Ayara terdengar.

"Lagian sosoan mau ikut gabung sama kita setelah apa yang dia lakuin, mimpi kali ya" timpal Karel.

"Orang kayak si Raka itu gak pantes dijadiin teman" sambung Ari.

"Bener tuh dia kan cuma bisa bikin masalah" Keyra menyahuti.

"Udah gak usah dibahas lagi" lerai Diki malas. 

"Eh Dik orang kayak dia itu keliatannya aja baik tapi sebenarnya bejat, suka main cewek lagi. Iyuh gak sudi gue jadi sahabatnya!" seru Karel sengaja.

Raka menebalkan telinga berusaha menghiraukan sindiran pedas sahabatnya sendiri.

Sejujurnya Raka memiliki harapan besar pada semua sahabatnya, namun apa daya sejak beberapa hari belakangan mereka memilih menjauh, lebih mempercayai hal yang lagi-lagi belum jelas kebenarannya.

Raka pun tak akan memaksa mereka untuk menetap, mereka berhak memilih bukan?.

Masalah siapa orang yang berada dibalik masalah yang menimpa nya Raka tidak ingin mencari tau.

I'm Just Hurt Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang