"Berjuang karena aku yakin kelak apa yang aku perjuangkan saat ini, pasti akan membuahkan hasil meskipun harus gagal berulang kali. Tetapi aku yakin!"
_Raka Derana Kanagara_
Happy Reading.
***
Anak laki-laki 12 tahun terduduk di atas ayunan berwarna putih, termenung seorang diri ditemani pijar sang rembulan.
Enam bulan telah berlalu sejak kejadian itu, namun tak kunjung mampu menghadirkan sesuatu yang dirinya rindu.
Haruskah ia berteriak pada dunia jika ia sangat merindukan empat sosok berharga dalam hidup, bolehkah ia berharap semua kembali seperti semula saat mereka masih bersama bernaung di tempat yang sama pula.
Raka ia sosok anak yang tengah meratapi diri, sosoknya yang energik kini tengah meredup sebentar.
Sekian lama Raka menanti akhirnya kedua orangtuanya menghubungi lewat panggilan Video, ah lebih tepatnya Raka yang menelpon dan beruntung kali ini di jawab oleh kedua orang dewasa dengan status mantan itu.
Raka bahagia tentu saja, siapa yang tidak senang disaat berbulan-bulan tidak ada kabar dan akhirnya mereka mau diajak berkomunikasi.
Rindu itu terobati, terobati meski hanya lewat virtual tanpa bisa direngkuh secara nyata.
Akan tetapi bolehkah Raka juga bersedih, ketika rasa rindu ingin berlari ke tempat kedua orangtuanya berada meski terpisah tempat.
Dan bolehkah Raka tertawa disaat dunianya telah hampa.
Ingatannya kembali terlempar ke beberapa jam lalu, saat benda pipih persegi yang menjadi penghubung anak dan orang tua yang telah lama tak berjumpa, lewat bantuan jaringan internet mereka bisa berkomunikasi.
"Hayy, Bunda Ayah!" seru Raka melambaikan tangan bersemangat yang dibalas senyum oleh orang di seberang sana.
"Iya Raka, ada apa?" tanya seorang wanita yang terlihat sibuk dengan adonan kue di hadapannya.
"Raka udah makan belum?" kini seorang Pria dewasa dengan jas di tubuhnya bertanya.
Raka anak itu tersenyum bahagia mendengar suara Mila dan Fahri yang telah lama tak ia dengar.
"Raka udah makan kok, Raka cuma kangen sama kalian aja, kapan Ayah sama Bunda mau ke sini ketemu Raka" ucap Raka lagi menampakkan wajahnya pada kamera.
Mila menghentikan kegiatannya kini ia beralih fokus pada benda persegi multifungsi yang ia sandarkan pada benda di sekitarnya agar bisa berdiri dengan tegak.
"Maafin Bunda ya, Bunda lagi sibuk banget makanya gak bisa ketemu kamu. Apalagi Riko ada turnamen basket" ungkap wanita itu tampak sedikit menyesal, ingat sedikit.
"Ayah juga minta maaf Ayah bener-bener lagi sibuk banget sama kerjaan."
Raka tampak murung ia merasa sangat sedih, saat orang tua yang biasanya selalu ada untuknya kini telah sibuk dengan urusan masing-masing.
Sesibuk itukah mereka hingga tak pernah menanyai kabar atau sekedar mengirim pesan singkat selama enam bulan lamanya, wah Raka sangat tersanjung.
"Oh iya, kenapa kalian gak pernah angkat telepon dari Raka, pesan Raka juga cuma di read aja" ungkap Raka penasaran.
"Urusan ayah di sini banyak, ayah sibuk apalagi Riki juga perlu pengawasan ayah" ujar Fahri menatap layar di hadapannya.
"Kenapa harus bang Iki? ayah lupa kalau Raka juga perlu perhatian kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Just Hurt
Random[Belum direvisi secara merata] Ini tentang 'dia' seorang anak yang dipaksa kuat oleh keadaan, diikat dewasa meski usia masih terbilang belia. Memiliki dua orang ayah serta ibu bukankah hal yang indah? tapi tidak untuk 'dia' justru itu menjadi awal d...