"Jangan menyalahkan sesuatu yang gak seharusnya lo persalahkan"
_Raka Derana Kanagara_
Happy Reading
***
Gelak tawa umat manusia terdengar bahagia, rumah yang sunyi kini terlihat lebih ceria dari biasanya, setelah bertahun-tahun lamanya. Di sudut ruangan tempatnya mereka bersenda gurau menikmati hidangan pagi yang tak terlalu berat.
"Kalian ini ada-ada saja" Aldi menggeleng mendengar celotehan tiga anak muda itu.
"Abisnya aku kesel pa sama bang Iki makanya aku buang kaus kakinya, eh malah punya Kak Riko yang aku buang bukan punya bang Iki" tutur gadis muda bernama Shasa, putri satu-satunya di keluarga mereka.
"Dan karena ulah lo gue harus pakek kaus kaki barbie warna pink lagi, lo tau betapa malunya gue di ledekin satu sekolah" geram Riko mengingat kejadian memalukan ketika ia kelas 10.
Mereka semua terbahak mengingat bagaimana Riko menangis sesenggukan mengatakan ia membenci Barbie, sungguh memalukan.
"Sudah sudah lanjutkan sarapan kalian" lerai Dela menyudahi acara lawak pagi.
"Oh iya, Ri gimana sama rencana yang kita bicarakan kemarin?" Aldi bertanya.
"Keputusan saya udah gak bisa di ganggu gugat" tegas Fahri yang diangguki mereka semua.
Demi satu orang mengambil keputusan besar, entah akan merubah ke hal lebih baik atau memperburuk keadaan.
Apa salahnya mencoba toh usaha tidak akan mengkhianati hasil.
"Raka kemana dia belum bangun?" Fahri melihat sekeliling namun tak menemukan yang ia cari.
Riki, Riko juga Shasa menggeleng pertanda belum melihat satu saudaranya itu bahkan mereka ragu apakah Raka ada di rumah.
"Bik Sari, Bik!" panggil Mila sedikit kencang.
"Ya nyah" jawab Bik Sari.
Wanita paruh baya itu tergopoh-gopoh mendatangi meja makan dima para majikannya berada.
"Bik tolong bangunin Raka ya, suruh dia turun buat sarapan" pinta Mila pada wanita yang telah lama bekerja di kediamannya.
"Maaf nyah tapi den Raka udah pergi pagi-pagi sekali" beritahu wanita itu pada Mila.
"Kemana bik, ini kan hari Minggu gak mungkin sekolah kan?" Riki ikut bertanya.
Kemanakah kembarannya itu pergi di Minggu pagi seperti ini, joging kah?.
"Saya kurang tau den, soalnya den Raka gak bilang mau kemana. Biasanya setiap hari minggu pagi-pagi den Raka udah gak ada di rumah pulangnya mungkin sore" tutur wanita itu memberi penjelasan.
Jadi selama ini anak itu jarang ada di rumah, pulang malam, pergi pagi seperti tidak punya rumah.
"Saya semakin yakin keputusan yang saya buat adalah yang terbaik, saya tidak ingin anak itu jadi berandalan" kata Fahri yakin akan apa yang ia anggap benar.
Di lain tempat remaja laki-laki beralis tebal sedang mondar-mandir dari meja satu kemeja lainnya berteman note kecil beserta pena ia mencatat menu pesanan pelanggan.
Dengan Ramah ia menyambut pala pelanggan di sebuah cafe yang tengah ramai di hari libur seperti sekarang.
"Jo ini pesana meja 12 tolong segera ya" ucap cowok itu menyerahkan catatan kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Just Hurt
Random[Belum direvisi secara merata] Ini tentang 'dia' seorang anak yang dipaksa kuat oleh keadaan, diikat dewasa meski usia masih terbilang belia. Memiliki dua orang ayah serta ibu bukankah hal yang indah? tapi tidak untuk 'dia' justru itu menjadi awal d...