18

68 10 0
                                    

Camelion tengah duduk bersama Sebastian dengan piring berisikan roti isi, kopi hangat, dan segelas teh. Camelion mulai mengelap air matanya yang mengalir. Keduanya masih melakukan sesi terapi, Camelion sudah mulai merasa nyaman dengan keberadaan Sebastian.

"Kabar Chris gimana?" Tanya Camelion tiba-tiba seusai sesi terapi berakhir.

"Gue gak tau, lo mau gue tanyain Richard? Lo udah gak kontakan sama Pak Broto?"Tanya Sebastian balik, Camelion menggeleng pelan.

"Gak enakan."

Sebastian mengangguk mengerti."Gue denger dari Richard sih, sekarang Scarlett yang gantiin posisi gue. Chris jarang ke kantor, entah dia kemana."

Camelion menelan ludahnya. Ada sedikit perasaan berharap bila Chris sedang terpuruk sekarang. Ia ingin Camelion kembali.

"Semalem gue mimpiin Chris, Seb,"Ucap Camelion."Dua hari yang lalu Zac juga ngajak gue nikah. Gue gak tau harus kayak gimana."

Sebastian membelalakan kedua matanya. Zac sedeng apa tolol?! Camelion aja baru cerai, njiir. Main ajak nikah aja.

"Lo seriusan?"Tanya Sebastian. Camelion mengangguk. "Kalo lo emang kangen sama Chris dan belum siap nanyain langsung kabar dia, lo tenang aja. Nanti gue tanyain ke Richard."

****

Chris mengelus rambut Scarlett perlahan. Kamar Chris yang biasanya ditempatinya bersama Camelion tengah dijajaki oleh Scarlett. Chris agak merasa risih di awal, karena ada banyak kenangan di ruangan tersebut. Namun apa boleh buat, nafsunya sudah menjadi, sehingga Scarlett pun akhirnya tidur di sisi ranjang yang biasanya Camelion tempati.

Ia mulai berpikir keras terkait ajakan Scarlett. Apa kata orang kalau ia yang baru cerai dari Camelion tiba-tiba menikah dengan Scarlett? Cerai dari Camelion saja sudah membuat anjlok saham perusahaan Chris 2,5%. Chris kadang berpikir, mungkin investor yang memutuskan hubungan dengan perusahaan Chris sebenarnya tidak tertarik dengan perusahaannya, melainkan sang istri. Hm, mksdnya 'mantan'.

Punggung tangan Chris mengenai kening Scarlett , keningnya panas. Chris menelan ludahnya, Scarlett demam?

"Kamu demam?"Tanya Chris panik. Scarlett tidak bergeming, Chris langsung berlari menuju toilet untuk mengambil handuk basah. Ia bergegas menaruh handuk itu di kening Scarlett.

"Aku bawa kamu ke dokter ya,"Tambah Chris.

Chris pun membopong tubuh kekasihnya menuju mobil. Scarlett sengaja ia taruh di jok sebelah pengemudi. Ia pun bergegas membawa sang kekasih menuju Rumah Sakit terdekat. Ia jadi ingat tiga tahun yang lalu ketika Camelion demam karena hujan-hujanan, ia pikir Camelion demam karena hamil, ternyata bukan. Saat itu Camelion membuatnya pucat pasi, ia takut harus kehilangan Camelion saat itu. Nyatanya, ia sudah kehilangan sang mantan istri.

Sesampainya di rumah sakit, Chris membopong tubuh Scarlett kedalam. Ia menaruh tubuh sang kekasih ke ruang UGD. Scarlett bukan tidur, ia tidak sadarkan diri.

Chris mulai berdoa dengan menyebut nama Tuhannya. Ia berharap sang kekasih tidak mengalami hal buruk. Hal yang Chris ingat semalam hanyalah ajakan Scarlett untuk menikah diikuti senyuman nakal dari sang kekasih. Selebihnya hanya erangan milik Scarlett yang ia akui jauh lebih seksi dibanding milik Camelion. Walau Camelion memiliki suara yang lembut dan polos.

Chris pun menunduk di bangku rumah sakit yang kosong. Ia tidak tau harus berbuat apa sekarang. Apa ia mulai menyukai Scarlett? Atau ini hanya pelariannya dari Camelion?

Pintu UGD terbuka, menampilkan seorang wanita yang Chris harap tidak akan pernah ia temui lagi seumur hidupnya, siapa lagi kalau bukan Raven Kensington.

"Long time no see, manipulative man."

Raven menyuruh Chris untuk pergi jauh dari ruang UGD, ia mengajaknya menuju Taman Rumah Sakit yang berada di ujung jalan. Hal ini bukanlah tanpa alasan, ia ingin menonjok wajah Chris.

BROK..

Chris dikejutkan dengan satu hantaman tinju dari jemari Raven, bukannya ingin membalas, Chris malah menyeka darah segar yang mengalir dari bibirnya.

"Ini buat Camelion,"Ujar Raven."Ada perasaan lega karena gue gak jadi nikah sama cowok pembohong kayak lo!"

"Lo nyuruh gue kesini cuman buat ninju gue karena gue gak jadi suami yang bertanggung jawab buat Camelion?!"Tanya Chris dengan nada tidak percaya.

Raven berkacak pinggang dengan jemari yang ia kepalkan."Lo tolol apa idiot, lo pikir kembaran gue gak berharga? Dia cuman mainan buat lo? Gila lo!"

Chris menghela nafas pendek."Yaa gue juga cinta kali sama kembaran lo."

"Pacar lo, si Scarlett jalang itu--"

"Jaga ucapan lo, Kensington!"

Raven memutar bola matanya sebal."Buat apa? Kembaran gue harus menahan jadi janda karena lo dan dia! Kurang pantes apa coba dia untuk dapet sebutan jalang dari semua orang di New York!"

"Scarlett kenapa? Kita bisa bahas soal Camelion lain kali,"Balas Chris.

Raven menghela nafas kasar."Gue gak nyangka kembaran gue seenggak penting itu lagi buat lo, cuman karena dia trauma gak berani punya anak! Lo tau kan kalau bapak kita tuh bukan bapak yang baik? Beliau adalah orang terjahat yang ada, kenapa sih lo gak bisa jadi cinta pertama dan terakhir buat kembaran gue? Otot doang digedein, otak nol."

Chris menatap Raven benci. Ia menghela nafas pendek tanpa memperdulikan ucapan kembaran mantan istrinya."Yaudah kalo lo gak mau kasih tau tentang Scarlett, gue bisa tanya dokter yang la-"

"Umur pacar lo bentar lagi, dia gak pernah bilang kalo dia punya penyakit kelamin dan udah merambah sampai kondisi memprihatikan?" Potong Raven, Chris melotot."Gue saranin buat lo untuk cek kondisi kelamin lo. Buat Camelion, gue bakalan hubungin dia habis ini untuk cek kelaminnya dia di Rumah Sakit terdekat. Selamat ya bro kalo lo sampe keiinfeksi."

Raven pun meninggalkan Chris sendirian yang mematung. Chris menelan ludahnya.

Hah?

To be continue..

Mrs. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang