27

81 10 2
                                    

"It's not Zac's?"

"What?"

"Bapak anak ini antara Sebastian atau Chris."

____

Wajah paranoid dan mata yang sayu menghiasi Camelion pagi ini. Tubuhnya terasa letih dengan keringat yang membasahi sekujur tubuhnya. Zac telah pergi kantor, Camelion memutuskan untuk mengambil cuti hari ini karena kondisinya sedang tidak baik.

Tangannya mengetikan beberapa kata untuk Raven, kembarannya, datang sekedar mengontrol. Usia kehamilan Camelion sudah 9 bulan, tidak mungkin ia pergi ke Rumah sakit sendirian.

drdtt...

CHRIS?

"Halo Mr.Evans,"Sapa Camelion datar."A-ada apa?"

Camelion sengaja mengangkatnya karena ia tidak mau membenci siapapun di masa hamil tuanya.

"A-anu, saya mau kirim.. " panggilan terputus, menampilkan Lisa Evans di layar ponselnya, mantan ibu mertuanya. Ia tertegun beberapa saat sebelum akhirnya mengangkatnya.

"Halo Camelion."

Suara Lisa terdengar, Camelion menelan ludahnya. Ia tak kuasa menahan isak tangis. Ia merindukan Lisa, ibu mertuanya.

"Halo ma."

"Camelion, coba lihat kebawah. Ada siapa?"

Camelion pun berjalan cepat menuju jendela kamarnya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat Lisa tengah melambaikan tangan ke kamarnya.

"Mama dibawah? Yaampun ma, aku langsung turun ya."

Camelion pun berjalan perlahan menuju lantai 1 untuk menemui Lisa. Sesampainya di pintu  depan, Camelion langsung memeluk sang mantan ibu mertua.

"Mama kok kesini gak ngabarin Camelion dulu?" Tanya Camelion, kedua suster yang merawat Camelion hanya bungkam karena melihat majikanya bahagia bukan main pagi itu.

"Mama sengaja mau surprise," Lisa tersenyum.

Keduanya pun duduk di meja tengah untuk sekedar berbincang dengan dua cangkir teh hangat.

"Namanya siapa, sayang? Jenis kelaminnya apa?" Tanya Lisa sambil mengelus perut Camelion yang sudah membesar.

"Belum tau ma. Zac pengen namanya Troy, aku mau nama lain, " Jawab Camelion. "Cowok ma."

Lisa mengangguk mengerti. Terjadi suasana hening dalam beberapa saat, sampai akhirnya Camelion memeluk Lisa hangat.

"Ma, maafin Camelion,"Ujar Camelion. "Harusnya aku sembuhin trauma aku untuk bisa punya anak sama Chris dulu, aku yang selalu menolak ma. Aku minta maaf."

Lisa mengelus rambut Camelion perlahan, penuh sayang."Cam, yang berlalu biarlah berlalu. Chris juga salah, ia harusnya memahami kamu sebagai bukti dari janji pernikahan kalian. Mama senang dengan apapun yang sudah kalian putuskan, mama hanya ingin melihat Camelion senang, kamu itu sudah mama anggap anak, sayang. Kamu jangan pernah lupa itu."

Tiba-tiba, perut Camelion terasa seperti terkocok. Sakit bukan main. "Aduh.. maa.. sakit.."

"Astaga kamu kenapa, sayang? Suster, suster, tolong bawa Camelion ke mobil anak sayang. Ayoo!"

Camelion agak terkesiap ketika mendengar Lisa menyuruunya untuk masuk kedalam mobil anak Lisa. Entah anak yang mana maksudnya, pintu rumah pun terbuka, menampakan lelaki yang sangat tampan itu, wajahnya shock bukan main.

"Cam, sini saya bantu."

Ya, Chris.

****

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Camelion hanya dapat menahan rasa sakit pada perutnya. Kontraksi.

Chris, di kursi kemudi hanya dapat menelan ludahnya karena shock. Ya, pada akhirnya ia mengantar Camelion pergi ke rumah sakit untuk melakukan persalinan, seperti keinginannya. Namun anak itu bukanlah anaknya.

Sesampainya di rumah sakit, Raven sebagai dokter kandungan kepercayaan Camelion langsung mengurus sang kembaran tanpa rasa heran sedikitpun.

Chris pun merogoh ponselnya untuk menelfon Zac walau sebenarnya ia lebih ingin dirinya yang menemani Camelion persalinan sekarang.

"Zac, lo dimana?" Tanya Chris.

"Apalagi? Lo mau ngurus apa?"

"Camelion kontraksi."

"Hah? Kok gak ada yang bilang sama gue? Gue segera kesana. Chris, gue ada meeting di Cina, kayaknya gue baru bisa sampe besok pagi. Walau gue gak ikhlas, gue minta tolong lo buat nemenin Camelion. Video call-in gue ke Camelion pas dia lahiran. Please."

Chris pun bergegas masuk kedalam ruang persalinan. Lisa tampak harap-harap cemas melihat menantu kesayangannya, Chris pun berdiri di sampingnya.

"Camelion, ini Zac," Ujar Chris seraya menunjukan layar ponselnya.

"Zac? Kamu dimana?" Tanya Camelion lemah.

"Aku masih di Cina, Cam. Aku minta maaf banget. Besok pagi aku sampai. Ini aku langsung dari Shanghai kesana ya."

"Iya Zac."

Chris berdiri disana, mematung, ia menatap Camelion dalam. Perasaan haru bercampur sedih merasuk kedalam hatinya. Chris tidak sanggup menahan kuasanya untuk menangis jika boleh, wanita yang sangat ia cintai akan melahirkan anak dari lelaki lain.

"Bu Camelion, kita mulai ya persalinannya."

Camelion mulai menjerit seraya berusaha untuk mengeluarkan bayi di dalam perutnya dengan sekuat tenaga. Chris memegang tangan Camelion, berusaha menguatkan sang mantan istri.

"Iyaa buu.. sedikit lagi.."

Seorang anak lelaki yang tampan keluar dari rahim Camelion. Tali pusar yang menghubungkan keduanya pun terputus, Chris menitihkan sedikit air mata dari pelupuknya. Ia tak sanggup melihat mantan istrinya.

Ilusi mulai merasuk kedalam Chris. Membayangkan dirinya melihat Camelion melahirkan darah dagingnya, lalu mencium jidat Camelion dan anaknya dengan lekat. Namun semua itu fana, ia salah, dan ia harus menanggung akibat dari perilaku buruknya dahulu.

"Namanya siapa?"Tanya Lisa.

Camelion tersenyum tipis. "Masih menjadi rahasia, ma. Hehe."

Lisa tersenyum lalu menatap Chris dalam."Chris, ayo keluar."

Pintu ruang operasi pun tertutup. Raven berjalan cepat kearah Camelion.

"Lo mau ngelakuin test DNA diem-diem gak, Cam?" Tanya Raven."Gue ada rencana."

To be continue...

Mrs. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang