Camelion terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara furnitur yang bergeser tidak karuan diluar kamarnya. Ia mengucek matanya beberapa kali untuk melihat apa yang terjadi.
"Hai sayang, aku abis beli beberapa furniture buat anak kita," Ujar Zac seraya mengecup jidat Camelion dalam.
Usia kandungan Camelion sudah mencapai 6 bulan, ya, akhirnya Camelion memutuskan untuk tidak menggugurkan anak tersebut. Tentu saja Zac lega, karena Camelion membiarkan darah dagingnya tetap berada di dunia.
Camelion tersenyum kecut. Ia menggedikan bahu lalu berjalan perlahan menuju toilet untuk buang air kecil. Sambil duduk diatas kloset, ia mengetikan text untuk Raven.
Camelion: Raven, gue kayaknya makin siap buat test dna.
Raven: anak lo lahir dululah, baru test dna. kalau masih di perut lo gak bakalan bisa.
Camelion: yahh masa gitu, sih. Si Zac udah semangat banget tau sampe beli barang buat kamar anak.
Raven : tandanya dia papa siaga. dia nyiapin segala hal buat keperluan lo dan anaknya.
Camelion: kalau bukan anaknya gimana, Ven? Gue gak tau aja ngerasa kayak ini bukan anaknya
Raven : kalo lo emang masih trust issue, saran gue ditunggu sampe 9 bulan dan anak itu lahir. kita bakal nyoba test dna.
"YA BUAT APA LO KESINI? LO PIKIR PACAR GUA MAU KETEMU LO!"
Teriakan Zac terdengar kencang diluar. Camelion langsung mengelap alat kelaminnya dengan tisu lalu berjalan keluar.
"Chris?"
****
Chris menunduk dengan sebuket bunga daisy kesukaan Camelion. Camelion menelan ludahnya, berusaha untuk tidak terpancing ketika melihat pemberian mantan suaminya.
"Lo pikir lo bisa seenak itu nyari tau tentang kondisi pacar gue dari mata-mata lo?" Seru Zac. "Lo sadar Chris, lo cuman nyakitin Camelion."
"Gue cuman mau ngomong sama Camelion, Zac. Kenapa dia gak mau punya anak sama gue dulu, gue mau intropeksi diri. Mungkin ada yang saah dari gue yang bikin Camelion benci untuk punya turunan dari gue," Balas Chris.
Camelion menatap Chris nanar. Kalau boleh jujur, Camelion ingin sekali jika anak ini adalah anak Chris, bukan anak Zac. Ia membayangkan setampan/secantik apa anak ini jika Chris-lah bapaknya. Zac juga tampan bukan main, tapi pendek. Itu yang Camelion agak takutkan. Anggap Camelion bodoh.
"Lo gak salah apa-apa Chris,"Ujar Camelion."Gue yang salah karena gak mau ngasih lo anak dulu. Maaf lo jadi mikir kalau selama ini salah lo. I had a great time with you."
Chris mengangguk pelan."Semoga 3 bulan lagi anak itu bisa lahir dengan selamat tanpa cacat sedikitpun. Gue akan sangat bersyukur untuk menyanbut kelahirannya, Cam. Gue pamit duluan, salam buat semuanya, maaf gue bikin keributan dengan datang kesini."
Jangan pergi, tetap disini, Chris. Please.
Chris pun meninggalkan rumah Camelion dan Zac dengan cepat. Rencananya malam ini Chris akan mabuk di bar sekedar menghapus rasa kesalnya pada Zac.
***
Dua botol whiskey telah Chris habiskan. Malam itu di Nebraska sangatlah gelap, ia sengaja pergi dari rumah karena Scarlett menghamburkan uangnya dengan membeli banyak barang branded.
Chris merogoh kantungnya untuk mengambil ponsel. Dibukanya galeri foto yang menampilkan foto keduanya saat masih menjadi suami-istri yang sah dan bahagia.
Chris mengecup bagian bibir Camelion di foto tersebut. Air matanya mulai mengucur dengan mata yang memerah.
"Kenapa kamu gak pilih aku untuk menjadi bapak dari anak-anak kita? Kenapa harus Zac? Aku kurang apa? Aku salah apa, Camelion? Aku sampai ada di titik terberatku karena takut segala hal yang kupunya hanyalah fana, termasuk kamu. Apa aku jahat kalau aku berharap anak itu adalah anak kita?"
To be continue...
Semua pengen jadi bapa dari anaknya Camelion. Semuaaa. Tapi Sebastian sebby kemanaa? Hwah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Evans
FanfictionCerita tentang kehidupan selanjutnya antara Camelion dan guru matematikanya, Chrstopher Robert Evans. [Sequel to Mr. Evans] Copyright 2023 All right reserved By -Haizlee11