Zac berjalan beriringan dengan Camelion dengan coffee cup masing-masing, Camelion mulai menenggaknya sedikit karena panas. Uap kopi menyeruak ke seluruh wajahnya, membuat Camelion memperlambat langkah kakinya.
"Camelion."
Zac sontak berjalan mundur untuk meghampiri Camelion. Ia memegang pundak wanita idamannya itu, berharap Camelion baik-baik saja. "Lo kenapa?" Camelion menggeleng.
Zac pun kembali berjalan bersama Camelion menuju tempat group counseling yang mereka tuju, baru saja Zac ingin membuka pintu ruko, Camelion menahannya.
"Let's go somewhere?" Ajak Camelion. "Gue pikir cerita samalo lebih baik ketimbang harus group counseling."
Zac pun mengiyakan."Lo mau kemana?"
Camelion mengernyitkan dahinya."Halaman belakang kantor lama gue. Disana viewnya bagus, kantor juga udah tutup."
Zac tersenyum.
****
Suasana halaman belakang kant9r Camelion tampak tenang. Pekerja berada di dalam ruangan tanpa perduli ada keduanya sedang menatap langit malam dengan rasi bintang yang beraneka ragam.
"Gue gak tau harus percaya siapa sekarang. Setelah kedua sahabat gue meninggal, Harry sibuk sama pacarnya, di khianatin mantan suami gue, kehilangan pekerjaan, sampai harus having sex lagi sama dua orang sekaligus," Ujar Camelion. " Mantan suami gue dan Sebastian."'
Zac yang tengah meminum kopinya langsung tersedak."Hah? Dia bukannya therapist lo? Eh sedeng ya, si Sebastian."
Camelion mengesampingkan rambut kanannya perlahan. Ia terkekeh."Ini salah gue dan alkohol yang gue minum. Seharusnya gue gak minum banyak. Sekarang gue kehilangan semuanya. Harusnya gue gak nerima ajakan mantan suami gue untuk hibur dia yang jelas-jelas lagi kalut sama pacarnya. "
Zac tersenyum tipis."Dulu gue selalu iri sama Chris. Bisa dapetin istri kayak lo, yang setia, baik, cantik, hot, pintar, seorang sosok ibu yang gue inginkan buat anak gue kelak. Ketika gue nemuin lo di Dakota dan lo mabuk, gue tau ada masalah diantara kalian berdua yang gue gak tau apa. Disitu gue pengen ngehamilin lo. Gue pengen buat drama seolah-olah gue bisa milikin lo tanpa harus nyakitin kondisi yang ada, seolah emang takdir mihak kita. Tapi gue gak tega melihat lo harus menghabiskan waktu sama gue, orang yang lo gak cintai, mangkannya gue memutuskan untuk jadi temen lo, berharap suatu saat ada celah untuk gue bisa masuk."
"Sekarang ini celah?"Tanya Camelion. Keduanya pun tertawa.
"Ya, bisa dibilang gitu,"Jawab Zac."Gue gak mau lo kenapa-kenapa, lihat lo bahagia aja tanpa gue milikin, udah bikin gue seneng, Cam. Lo tau kan kalo—"
"Cinta tidak harus memiliki?"Potong Camelion. "Klise banget lo."
Zac terkekeh."Gue tau kerja itu kayak sebagian dari hidup lo. Balik ke New York dan kerja lagi di Efron Corps. Teerserah pegawai gue atau orang Boston, New York, Dakota, atau manapun bilang lo jalang lah, cewek murahan, di mata gue lo itu deserve segala hal di dunia ini."
Camelion memukul pundak Zac pelan."Norak lo wkwk.. Makasih Zac, lo emang partner gue yaangg teerbaaaikkk!"
"Jadi lo seri--"
"Iya gue bakalan ke New York. Kerja di Efron Corps lagi," Balas Camelion, kedua tangannya menepuk kedua pundak Zac lalu pergi.
***
Ruang makan sangat panas siang itu. Bukan karena cuaca yang terik, namun tensi yang diberikan Lisa Evans terhadap putranya, Chris, sangatlah mencekam.
"Mum gak pernah habis pikir sama kamu, Chris," Kata Lisa tajam."Mum sangat bersyukur memiliki Camelion sebagai menantu saya! Anak saya sendiri! Mum hanya menyayangkan pilihan dia karena tidak mau memiliki anak, hanya itu saja, selebihnya mum dan dad sangat menyayangi Camelion seperti anak kami sendiri!"
Chris hanya menunduk. Keluarga besarnya baru tahu dari Richard jika Chris dan Camelion bercerai karena perselingkuhan Chris dengan Scarlett.
"Mum ini perempuan! Mum tau seberapa besar perasaan Camelion ke kamu! Dia berharap kamu bisa menjadi figur lelaki yang melindungi dia! Menyayangi dia walau dia harus kehilangan sosok ayahnya! " Lisa mulai berteriak, menyerukan segala kekecewaannya terhadap anak keduanya itu. "Mum mau kamu pergi sekarang, mum udah gak sanggup harus kehilangan salah satu anak kesayangan mum karena harus digantikan oleh wanita jalang si Scarlett slut itu! Pergi kamu!"
Chris pun bangkit dari kursinya. Ia berjalan cepat meninggalkan rumah. Tatapannya sayu, ia juga tak tau harus bagaimana sekarang. Ia tidak menyangka perselingkuhannya ini membawa dampak buruk bagi semua orang.
Sudah sebulan dan Scarlett masih terbaring kritis di ranjang rumah sakit. Perusahaan Chris sedang tidak baik, dan mantan istrinya yang entah ada dimana bak hilang bagai api. Ia sudah menelfon Camelion, memberikannya pesan, namun Camelion tak kunjung menjawab kontak darinya. Chris berpikir, mungkin Camelion sudah melupakannya.
Di tempat lain, Camelion meraih baju dalamnya yang tergeletak diatas lantai kamar Zac. Ia mulai memakai pakaian dalamnya satu persatu, berusaha menutupi tubuhnya dari Zac. Ya, keduanya berpacaran sekarang.
"Aku sudah melihat tubuhmu, kau tak perlu menutupinya, honey," Ujar Zac.
"Aku selalu geli bila kau memanggilku honey," Balas Camelion dengan sedikit terkekeh."Aku harus kerja, takutnya bossku mencari."
Zac terkekeh sambil menunjuk dada bidangnya yang terekspos."Trus aku siapa kalau bukan bos kamu? Hahaha."
Camelion mengecup bibir Zac cepat."Aku duluan ya sama supir kamu, kamu istirahat aja. Bye."
Camelio bergegas meninggalkan apartemen Zac yang berjarak cukup dekat dari kantornya. Sudah sebulan, Camelion menjalin kasih dengan Zac. Ia hanya ingin membalas segala kebaikan Zac dengan mulai belajar mencintai lelaki itu.
Sesampainya di kantor, Camelion langsung menaruh tas bawaannya. Ia bergegas ke kantin kantor untuk makan pagi.
"Pagi Nona Beatrice, hari ini menu makanannya apa ya?"Tanya Camelion.
"Sashimi dan pasta alfredo. Atau kau mau vegetarian menu?"Tanya pelayan tersebut.
Camelion menggeleng."Sesuai menu saja."
Makanan pun tiba, sepiring sashimi dan pasta alfredo. Ia langsung melahap keduanya, entah mengapa hari ini ia sangat lapar.
Tiba-tiba perut Camelion bergejolak, rasanya seperti ingin muntah. Ia pun bergegas meninggalkan meja makan menuju toilet.
"Huweeekk."
Dikeluarkanlah semua yang ia makan siang itu. Ia tak perduli ujaran jijik macam apa yang dilontarkan orang lain terhadapnya. Ia hanya ingin muntah.
Tok..tok..tok..
Pintu kamar mandi diketuk beberapa kali, Camelion pun bangkit dari duduknya yang mengarah pada WC untuk membukakan pintu toilet. Namun tubuhnya tak mampu, ia langsung ambruk di tempat.
Pintu pun dibuka paksa, menampakkan Zac dengan rambut acak-acakan dan seorang janitor.
"Holy shit Camelion!"
Zac langsung membopong tubuh sang kekasih keluar dari bilik toilet. Tentu saja tujuannya hanya satu; Rumah Sakit.
**
Camelion berbaring lemah diatas ranjang rumah sakit. Ia diberikan infus sejak 10 menit yang lalu. Zac masih harap-harap cemas di ruang tunggu. Ia menelan ludahnya sambil berdoa, berharap sang kekasih baik-baik saja.
"Keluarga Nona Camelion Kensington,"Ujar Suster berbaju putih tersebut.
Zac pun bergegas masuk ke ruangan UGD untuk mengetahui kondisi kekasihnya lebih lanjut.
"Jadi gimana dok dengan kondisi Camelion?" Tanya Zac cepat.
"Selamat ya, pak. Pacar bapak hamil."
To be continue..
*Lah gua sih panik ya😎*
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Evans
FanfictionCerita tentang kehidupan selanjutnya antara Camelion dan guru matematikanya, Chrstopher Robert Evans. [Sequel to Mr. Evans] Copyright 2023 All right reserved By -Haizlee11