20

84 10 0
                                    

Sudah 20 jam dan Camelion masih lembur di kantor dengan sebuah kasus penculikan janda beranak tiga di sebuah kondominium mewah di tengah kota Boston. Camelion akan mewakili janda tersebut sebagai korban dalam kasus tersebut.

"Cam, want some coffee?"Christ, teman sekantornya yang menyukainya itu menawarkan satu cup coffee hangat berlogo starbucks.

Camelion mengangguk pelan."Thanks, nanti akan gue ganti."

Christ terkekeh."You don't have to. Lo kayaknya seru banget, nih, ngurusin masalah penculikannya, kayak apa yaa, beda aja dari cara lo mecahin kasus ini dibanding kasus-kasus yang lain."

"Iya, soalnya nama tersangkanya Christopher, sama kayak nama mantan suami gue,"Balas Camelion. Christ yang tengah memakan snack nya langsung tersedak."Heh lo kenapa, Christ?!"

Christ langsung menenggak kopi hangatnya."Enggak, hah lo janda?! Asli, gak keliatan sama sekali. Lo bohong kali, ya, muka lo gak ada janda-jandanya."

Camelion terkekeh."Kan gue cantik, biasalah."

"Christopher siapa nama mantan suami lo? "Tanya Christ."Mau gue labrak nih udah nyia-nyiain cewek sehebat lo."

"Christopher Robert Evans."

Mata Christ membulat."Anjir jangan bilang Mr.Evans guru matematika yang paling hot se-Boston itu! Lo gila ya? Beda jauh banget usia kalian! Nih ya, kalo di kota kita tuh isunya lo sama dia sama-sama jahat."

Camelion terkekeh."Kenapa tuh?"

"Lo katanya selingkuh sama Zac Efron yang punya Efron Corps, lo selingkuh karena Chris punya selingkuhan lain, si Scarlett atau siapalah itu. Trus katanya juga, Chris selalu nunda kehamilan lo,"Ujar Christ."Emang bener?"

"Oke gua lurusin, ya, Christ yang terhormat haha. Yang selingkuh itu Chris sama Scarlett. Katanya sih karena gue nunda kehamilan padahal kita udah enam tahun pernikahan. Tapi dari awal gue udah bilang di janji pernikahan kita, no child. Tapi yaaa.. namanya juga cowok," Balas Camelion yang dibalas anggukan Christ.

"Gue mundur deh, gak jadi mau deketin lo, lo terlalu perfect buat gue yang baru jadi junior assosiate," Celetuk Christ yang membuat keduanya tertawa.

drdtt..

From : Mr.Evans
Camelion, maaf saya mengganggu. Apa kamu bisa menemani saya besok jika kamu kosong? Saya butuh penghiburan, Scarlett sedang di operasi. Saya takut, Cam.

Camelion menelan ludahnya. Apa kata orang jika mantan istri menemani mantan suaminya? Apalagi besok hari sabtu, Zac dan Sebastian pasti mengajaknya pergi untuk sekedar hangout.

"Gue udah liat tuh chattingan lo,"Ujar Christ."Udeeeh dateng aja sih, gue tau lo kangen sama pedangnya Chris, siapa tau bisa balikan. Scarlett mati. Lo berdua balikan, deh."

Camelion tersenyum walau ada sedikit tawa dalam senyumannya. "Lo gila, ya? Hahaha apaan sih, Christ."

"Gue tau dari respon lo, Camelion Kensington yang terhormat, lo masih sayang sama mantan suami lo. Admit it, no one will judge you. Just help him to heal, that'll be fine,"Ucap Christ.

Camelion hanya bungkam sambil menutup map berwarna burgundy yang ia bawa dari rumah. Christ pun meninggalkan Camelion sendiri dengan ponsel di tangannya.

To : Mr. Evans
Ok I will consider about it, sir.

****

Camelion memarkirkan mobil subaru birunya di basement Rumah Sakit. Tubuhnya terbalut jas hitam rapih dengan kemeja di dalamnya. Sehabis ini ia akan menemui klien untuk kasus penculikan janda tiga anak itu, namun karena ajakan Chris untuk memberikannya sedikit penghiburan membuat Camelion terpaksa (sebenarnya sukarela) datang mengunjungi Scarlett.

Camelion menghela nafas pendek, ia berusaha mengatur nafasnya. Ia tidak boleh terlihat gugup atau menginginkan lelakinya untuk kembali. Camelion harus menunjukkan topeng terbaiknya di hadapan Chris, tempat yang ia anggap rumah, namun ternyata hanya persinggahan.

Camelion pun keluar dari mobilnya, ia membawa sebuket bunga mawar merah dan satu buah paper bag berisi quiche dan americano. Camelion tau bila Chris belum tidur semalaman, setidaknya Chris perlu ketenangan dan makanan untuk tetap memiliki energi. Walau ia terjaga bukan untuk Camelion lagi.

"Mr.Evans."

Chris dengan sweater coklatnya melangkah dengan cepeat menuju mantan istrinya, baru saja ia ingin memeluk Camelion erat, Camelion malah menjatuhkan buket mawar merah yang ia bawa, tentu saja sengaja.

"Aduh maaf, saya ceroboh,"Ujar Camelion. Camelion meraih buket tersebut lalu menjabat tangan sang mantan suami. Chris hanya dapat bungkam walau dirinya terkesan canggung bukan main karena gagal memeluk sang mantan.

"Gimana kabar Scarlett?"Tanya Camelion. Chris menelan ludahnya. Sang mantan istri tampak lebih cantik sekarang. Camelion mulai menggunakan make up walau tipis, rambut coklatnya digerai panjang, tubuhnya makin ramping dan berisi, tidak lupa lipstik merahnya yang menggoda Chris bukan main. Ia ingin mencium Camelion sekarang juga.

"Dia masih kritis," Chris pun menunjukkan ruangan tempat Scarlet berbaring dengan tiga dokter di sampingnya. Ya, mereka sedang melakukan operasi.

"Berapa persen dia bisa sembuh?"Tanya Camelion kembali. Chris menggeleng."Dokter bilang kita hanya mengulur waktu disini. Scarlett tidak akan bisa sembuh, Cam. "

Camelion mengangguk paham."Oh iya, ini buket mawar merah buat sir dan Scarlett. Ini juga saya bawa makanan buat sir, saya takut sir belum makan."

Chris tersenyum tipis. "Thanks, kamu rapih banget, sekarang kerja dimana?"

"Boston International Firm, tau dong pasti hehe. Masih Junior sih, tapi gak apa-apa, kan karier itu berproses,"Jawab Camelion, ia bangkit dari kursi rumah sakit. "Saya ada klien pak, saya pergi duluan ya, maaf hanya bisa sebentar."

"Iya tidak apa-apa, Cam, makasih sudah menemani saya,"Balas Chris walau tatapannya masih nanar.

Camelion pun melongos pergi. Ia menelan ludahnya, dapat ia lihat ekspresi Chris disana; ekspresi takut kehilangan. Ia tau ia tidak pantas mendapatkan ekspresi itu dari siapapun. Ia tau ekspresi yang Chris tunjukkan hanya untuk Scarlett. Sekarang ia tengah berharap bahwa dirinyalah Scarlett, bukan Camelion.

***

Camelion sampai disebuah cafe ala itali yang kental dengan aroma kayu manis. Camelion langsung menemui Nyonya Bartmen untuk membicarakan terkait kasus penculikan tersebut. Sepanjang berbicara dengan klien, Camelion akui ia memang kurang fokus. Pikirannya menjamah pada Chris dan rencana yang diberikan Christ yang menyuruhnya untuk kembali ke Chris. Tapi masa iya ia harus sejahat itu untuk mendapatkan sesuatu yang sudah berkerak dan tidak tersisa?

"Nona Camelion, ada masalah?" Tanya nyonya Bartmen. Camelion menggeleng.

"Jadi tempat kejadian perkaranya di Hotel Brughman ya nyonya—"

"Nahkan, kamu gak fokus, di kondominium Brughsell. Kalau memang kamu perlu rehat, saya bisa berikan nona Camelion. Saya khawatir dengan kondisi kamu, seperti wanita yang baru bercerai dari suami tercintanya,"Potong Nyonya Bartmen.

Camelion hanya terkekeh canggung.

Memang saya baru cerai sebulan yang lalu ...

To be continue..

*Sepertinya udah mau abis nih guys, atau lanjoot teruss nihh wkwkwk. Stay safee :)))) Jangan lupa votess dan commentsnya kutunggu ;) *

Mrs. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang