Camelion mengenakan gaun berwarna merah darah bersama Zac di sampingnya. Camelion berusaha tersenyum kepada kekasihnya itu sembari menahan dingin karena AC ruang teater cukup dingin malam itu.
Zac mengajak Camelion untuk menonton teater yang cukup banyak dibicarakan orang akhir-akhir ini. Javier tengah dititipkan di day care terdekat dari gedung teater.
Zac puas karena bisa merengkuh Camelion utuh tanpa ada gangguan dari Javier, namun Camelion; pikirannya masih fokus pada satu hal, fakta bahwa Chris adalah bapak kandung dari Javier.
"What happen?"Tanya Zac, sepertinya ia sadar ada yang tidak beres dengan Camelion.
"Aku mikir kerjaan buat besok."
Zac terkekeh."Kamu bisa cuti, kan? Aku pemilik Efron Corps, you could do everything, babe."
Camelion terkekeh. Zac pun mengecup punggung tangan Camelion, ia mengelus bibir Camelion pelan dengan jemarinya. Berharap Camelion mau fokus menonton teater bersamanya.
****
Sebastian tengah membuka kalender diatas meja kerjanya, menunggu pasien yang datang dan meminta bantuan psikologis darinya, namun sudah seharian tak ada pasien yang datang.
"Sebastian."
Pintu prakteknya ditutup paksa, siapa lagi kalau bukan Christopher Robert Evans yang membuat kegaduhan. Chris langsung meninju wajah tampan Sebastian, membuat Sebastian berdecih.
"Fuck Evans! What's wrong with you?!"
Chris memukul kencang meja kerja Sebastian. Tatapannya tajam."Sejak kapan lo tau kalau Javier anak gue?!"
Sebastian menelan ludahnya."M-maksud lo?"
"Lo gak usah pura-pura bego!"
Sebastian berdecak."Udah lama."
"Okay thanks guys, kalian bikin gue jadi orang paling tolol yang gak tau apa-apa."
"Emang kalo dia anak kandung lo, lo mau ngapain? Sekarang Camelion ada di tangan Zac, lo gak bisa apapun," Ujar Sebastian. "Mendingan lo ikhlasin aja mantan istri lo sama Zac, gak usah berusaha. She's in the right hand."
***
Chris menendang tempat sampah di hadapannya beberapa kali. Ia ingin berteriak sangat kencang di hadapan seluruh orang yang tengah berjemur di pantai siang itu. Ia ingin menangis, meraung, namun ia tak mampu. Ia tidak tahu menahu terkait Javier, ternyata Javier adalah anaknya.
Lisa, ibu Chris, hanya dapat diam ketika melihat anaknya yang tengah meresapi realita yang tak pernah ia ketahui. Ia malu, bukannya selalu ara untuk Javier, ia malah pergi meninggalkan Camelion seorang diri.
"Mum," Ujar Chris."Aku mau merawat Javier. Aku sayang anakku, mum. Aku gak mau dia gak dapat kasih sayang seorang ayah."
Lisa memeluk tubuh bidang anak keduanya itu, mengusapnya perlahan, memastikan agar Chris dapat tenang.
"Nanti kita coba bicara sama Camelion, ya. Harusnya dia tidak akan melarang hubungan baik seorang anak dan ayahnya," Ujar Lisa, berusaha menenangkan, walau ia tak tahu apakah Camelion akan mengizinkan keduanya atau tidak.
Lisa memencet nomor Camelion di layar ponselnya, berharap Camelion mau mengangkatnya.
"Camelion, ini Aunt Lisa," Ujar Lisa.
"Aunt mau apa lagi? Aunt mau bunuh Javier?! Kami sudah tidak butuh aunt untuk disini."
Lisa menelan ludahnya."Aunt baru tau kalau Javier anak Chris, sayang. Sekarang Chris sedang mengumpat dan menyalahkan dirinya sendiri, aunt tidak sanggup melihat Chris. Apakah boleh kami menjenguk Javier?"
"Aku sama Zac lagi berlibur ke Malibu, aunt. Kami titipkan Javier di salah satu daycare dekat rumah. Nanti aku kirimkan alamatnya, aku gak bisa melarang kalian yang memiliki hubungan darah dengan Javier untuk bertemu Javier,"Balas Camelion."Tapi aku mohon, ini terakhir kalinya kalian mengusik hidupku dengan death threats. Jangan bunuh Javier, aku mohon. Kita sama-sama seorang ibu, aunt harusnya paham."
"Aunt tidak pernah ingin membunuh cucu aunt, sayang. Biarlah Tuhan yang mengizinkan dan membantu aunt agar kamu dapat melihat ketulusan kami terhadap Javier maupun pada kamu. Terima kasih atas kepercayaannya, Camelion. Selamat berlibur."
Panggilan pun diputus oleh Camelion secara sepihak. Lisa pun membuka message untuk melihat alamat daycare tempat Javier dititipkan.
"Chris, ayo kita menemui Javi."
***
Pintu ruang daycare terbuka, menampilkan bayi berusia 6 bulan itu tengah tersenyum pada suster yang telah merawatnya selama seminggu. Chris pun bergegas masuk, dan dipersilahkan oleh sang suster. Javier pun di bopong untuk sampai pada rengkuhan Chris, sang bapak.
"Javier," Chris mengecup puncak kepala buah hatinya. Ia mengelusnya beberapa kali, berharap Javier menyadari kehadirannya.
"Ini papa, sayang,"Ujar Chris dengan senyum tipisnya."
"Baik, saya tinggal dulu ya pak, bu."
Chris mengangguk lalu kembali menggendong buah hatinya.
"Kamu ngasih izin buat Chris dan ibunya nemuin Javier? Kamu gila?!" Seru Zac."Gimana kalo lisa mau bunuh dia lagi?"
"Kamu bisa, gak? Doanya yang baik aja? Lagipula Javier tetap harus tau siapa bapa kandungnya," Balas Camelion.
"Ohh.. jadi ini kenapa kamu gak mau Javier dapet nama Efron. Ya ksrena kamu masih cinta sama si Chris itu!"
Camelion terkekeh."Cinta atau nggak, itu bukan urusan disini, Zac. Yang terpenting adalah ikatan Javier dengan ayahnya masih terjalin. Kamu gak tau betapa gak enaknya kena daddy's issue! Aku gak mau Javier kayak aku, paham!?"
"Dan satu lagi, aku ibunya. Kamu gak bisa melarang aku untuk hal tersebut. Itu hak Javier."
To be continue
*maaf aku udah mulai kuliah dan jarang updates, tapibakal aku cepetin biar segera selesai. see you and thank you udah selalu adaa hehehe😊😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs. Evans
FanfictionCerita tentang kehidupan selanjutnya antara Camelion dan guru matematikanya, Chrstopher Robert Evans. [Sequel to Mr. Evans] Copyright 2023 All right reserved By -Haizlee11