03

346 31 3
                                    

Chris menatap Camelion tajam. Melipat tangannya diatas dada bidang itu, ia terkekeh pelan, diikuti Camelion yang memberikan tatapan muak.

"Masih mau bohong?" Tanya Chris. "Kamu gak mau punya anak karna masih mau clubbing?"

"Salah satu alasannya itu," Jawab Camelion cepat. Ia menaruh helaian rambutnya di daun telinganya, ia menatap Chris acuh."Sekarang paham?"

Chris menghela nafas panjang. Dipijatnya keningnya perlahan. Mungkin ini efek dari menikahi gadis yang jauh lebih muda darinya, usia mereka yang terpaut tujuh belas tahun membuat pemikiran keduanya berbeda.

"Ngapain sih sok-sok acting drunk? Jelas-jelas kamu gak jago bohong. Kamu pikir aku gak bisa dengar dan tahu kalau Sebastian bohong soal aku yang harus jemput kamu," Ujar Camelion."Aku capek, Chris, setiap hari kamu ngomongin anak. Aku masih dua puluh lima tahun, kamu udah empat dua. Jangan samain lah kebutuhan aku sama kamu. Kamu ngertiin aku, begitupula aku ke kamu."

Chris menunduk. "Maaf Camelion. Aku egois."

Camelion menganggukan kepalanya pelan. "Nanti malam Aunt Gesine, mama, dan papa kemari, kamu jangan bawa masalah ke depan dia. Aku gak mau nama aku tercoreng karna kamu dan keegoisan kamu."

Camelion pun beranjak dari ranjangnya, ia meraih handuk berwarna biru miliknya untuk bergegas mandi. Pancuran shower terdengar, Chris yang masih bungkam di tempat memanyunkan bibirnya.

"Shit, aku ingin sekali mandi bersamanya sekarang."

Chris pun meninggalkan kamarnya menuju ruang kerja karna ia tahu kedatangannya pasti tidak akan disambut baik oleh Camelion.

****

Tubuh Chris menegang ketika melihat Aunt Gesine, suaminya, Adam, dan kedua orang tuanya sibuk bercengkrama. Camelion sedang di dapur, ia tengah mempersiapkan kue tart kesukaan Aunt Gesine. Strawberry Cheesecake.

"Chris, bagaimana kalian berdua?" Tanya mama, membuat Chris menelan saliva-Nya.

"Kami? Baik kok ma."

Lisa tertawa, diikuti gelengan dari Papa Chris. "Bukan itu, Cevans. Evans Junior maksudnya. Masa kamu kalah dari Scott."

Tawa seisi ruangan pecah, membuat Chris hanya tersenyum tipis. Ia juga mau, namun istrinya terus menolak.

Camelion pun datang dengan kue tart buatannya, ia menatap Chris intens. Chris tau tatapan itu, tatapan kesal karna bukannya membela dirinya, Chris hanya diam seribu bahasa.

Camelion pun duduk disamping Chris. Aura tidak nyaman itu menyeruak diantara keduanya. Lisa dari kejauhan dapat melihat ketidakharmonisan diantara anaknya dan menantunya.

"Mom, dimakan kue nya. Ini enak, loh, buatan Camelion," Ujar Chris seraya menyodorkan sepiring kue tart kepada ibunya.

Lisa tersenyum, ia meraihnya dengan senyum kecut."Iya, Cevs."

Seusai dinner, Lisa memutuskan untuk menginap semalam dirumah. Ia tahu ada yang tidak beres diantara keduanya. Mungkin ini salah, mencampuri urusan rumah tangga anaknya. Tapi mana mungkin Lisa bisa tinggal diam ketika apa yang ia idam-idamkan, seorang cucu dari Chris, tak kunjung ia dapatkan. Ia kenal anak keduanya, Chris tidak mungkin menunda masalah anak.

"Mom mau bicara serius sama kamu,Cevs," Ujar Lisa. Ia menatap intens kedua mata biru anaknya.

"Ada apa mom?"

Chris menunduk, ia tahu apa yang akan ibunya katakan. Pasti masalah anak dan ketidak inginan Camelion dalam memiliki anak.

"Mau sampai kapan nunda, Cevs? Kamu udah kepala empat loh, anakmu lahir kamu udah umur berapa?" Tanya Lisa, tatapannya serius pada anak keduanya itu.

Chris mengangguk pelan."Aku mau, mom. Tapi Camelion yang gamau."

"Kamu gabisa gitu maksa dia? Kamu seolah rape dia tiba-tiba hamil? Bius gitu sampai gak sadar kalau kalian melakukannya? " tanya Lisa."Mom sedih, sayang, mom tau kamu mau anak dari Camelion. "

Lisa pun memeluk tubuh bidang anaknya itu. Ia menangis sambil memeluk tubuh Chris. Dari kejauhan, Camelion dapat melihat keduanya. Ia menelan ludahnya seraya menaruh piring kotor diatas wastafel.

"Astaga, keluarga Chris drama bukan main. Aku menyesal menikah dengan lelaki tua sepertinya."

***

Siang itu Camelion pergi ke Walmart untuk membeli deterjen, sabun pencuci piring yang habis, dan pembalut. Ia sengaja pergi ke Walmart karna letaknya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Camelion mengeratkan tubuhnya yang terbalut jaket milik Chris itu. Camelion mungkin menolak habis-habisan soal memiliki anak dengan Chris, namun soal cinta, bucin, Camelion jauh lebih bucin daripada Chris.

"Halo."

Suara seorang lelaki membuat Camelion memutar tubuhnya 180 derajat. Lelaki berambut coklat dan jaket kulit berwarna senada. Ia tersenyum, Camelion berdecih.

"Get away from me, sir."

Camelion mulai mencari pembalut yang ia butuhkan, lalu memasukannya kedalam keranjang.

"35 centi, pilihan yang bagus, nona."

Camelion memutar bola matanya jengkel, lelaki itu terus mengikutinya. Sumpah demi apapun, rasanya Camelion ingin menjerit karna takut.

Lelaki itu menghalangi jalan Camelion. Ia berdiri di hadapannya dengan senyum culas yang membuat Camelion bergidik.

"Kau lupa kita bertemu di Club malam itu?" Tanya lelaki itu."Aku Zac, Zac Efron. Maaf, aku pikir kau orang Dakota jadi aku mungkin agak aneh buatmu."

"Gue gak inget apa-apa soal Club di Dakota. Gue mau ke kasir, pulang, makan. Is that clear?" Balas Camelion acuh."Gue mau pergi, cepet lo jangan ngalangin jalan gue."

Lelaki iti tersenyum, ia menggeleng pelan. Ia merogoh ponselnya, iPhone keluaran terbaru ia keluarkan dari kantung celananya. Seolah ia pamer pada Camelion.

"Mungkin gue boleh minta nomor lo?" Tanya Zac cepat, ia menyodorkan ponselnya kearah Camelion."Gue butuh lebih banyak kenalan orang Los Angeles. Kebetulan gue lagi ada bisnis disini."

Camelion berdecak."Gue udah punya suami, lo pergi cepet."

"Gue tau, istri pembisnis batu bara terkenal itu, kan? Christopher Robert Evans."

Camelion menautkan alisnya. "Oh my god, how creepy you are!"

Zac tertawa pelan, ia pun memencet tombol di ponselnya lalu satu panggilan masuk kedalam ponselnya. Camelion menatap layarnya, unknown number.

"Itu nomorku, simpan ya. Da-ah."

Lelaki yang terus memandangi tubuh Camelion dari atas sampai bawah itu pun meninggalkan Camelion seorang diri. Camelion menelan ludahnya, siapa dia? Musuh bebuyutan Chris? Pengusaha licik?

TBC

*sumpah lagi niat banget nuliss. Semoga suka yaww! Don't forget to votes, comment, and share! Hehe

See ya:*

Mrs. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang