07

160 12 3
                                    

12. 03 A.M.

Harry : Gue turut berbela sungkawa atas meninggalnya Dave sama siapa tuh istrinya? Temen lo?

Camelion: Olivia.

Harry : Nama belakangnya siape? Mau gue doain nih, mumpung lagi di Katedral.

Camelion: Olivia Paine. Sejak kapan lo jadi katolik?

Harry: Lah? Lu mikir gua selama ini pengikut Udin sedunia?

Camelion: Apaansih? Wkwk..

Harry: yaela rese, gua mau jadi alim dikit buat istri gue nantinya malah lo cela. Ga like ama Camelion lah.

Camelion: pengen banget sih lo gue like lo.

Harry: ogaah, mantan is so basii.

Harry: gua udah punya pacar lho! Jangan ngiri ya lo.

Camelion : laah apaansiih? Gua aja udah punya suami.

Harry : pcrn lbh enakk cam daripada nikah, pusiing kan lo mikirin suami lo

Harry : Minta anak mulu, kalo ga diurus takut nanti caaw.

Camelion: apasilo, dah yak chris pulang. Gua ngobrol dulu ama suami gua.

Harry: Ngobrol apa gelayutan?

Kurang ajaar.

"Chris, gimana abis dari pemakaman?" Tanya Camelion sambil memijat pundak Chris yang ia pikir lelah.

"Gitu, sedih. Maaf ya aku gak izinin kamu kesana, takut kenapa-kenapa soalnya banyak orang."

"Iya gapapa, lain waktu aku bisa kesana," Balas Camelion.

"Anaknya Olivia lahir, Cam," Ujar Chris. "Laki-laki."

Camelion menautkan alisnya."Ada dimana dia sekarang?"

"Kayaknya mom mau adopsi dia, gimana kata kamu?"

"Ya terserah mom aja kalau dia gak keberatan sih ngurus bayi."

****

Camelion menatap fotonya bersama Olivia dari layar ponsel. Ia masih ingat pesan terakhir Olivia,

"Jangan lupa punya anak, nanti lo nyesel kalo cuman berdua doang."

Camelion menaruh ponselnya diatas nakas. Ia memperhatikan tubuhnya yang sedikit pucat, apa memang aku harus punya anak?

Drddtt..

Suara ponsel Cameliom berbunyi, ia pun mengangkatnya cepat karena sang mertua menelfon.

"Ya, mum?"

"Mum sedang makan di panti asuhan Eds."

Camelion memgernyitkan dahinya."Eds siapa?"

"Anak Dave dan Olivia."

Camelion menghela nafasnya."Iya aku kesana mum."

***

Tatapan Camelion nanar melihat seorang bayi berambut pirang itu, Edward tepatnya, anak Dave dan Olivia. Sungguh mengenaskan bagi bayi itu karena harus kehilangan kedua orang tuanya dikala masih belum mengenal apa itu dunia.

"Cam, kamu mau adopsi Edward?" Tanya Mum, to the point.

"Entahlah, mum."

Lisa menghela nafas pendek."Kau tau aku ingin segera punya cucu, kan? Kudengar kau tidak ada masalaha infertilitas, begitupula anakku. Kalian sama-sama subur."

"Bukan itu masalahnya, ak--"

"Aku tidak mau mencampuri urusan keluarga kalian berdua,"Potong Lisa cepat."Aku tau kau belum siap menjadi seorang ibu."

Camelion bungkam.

"Yang jelas Edward akan kuurus. Aku akan mengadopsinya. Bila kau ingin, kau bisa membawa Edward pulang ke rumah, Camelion," Ujar Lisa.

Lisa pun memakaikan selimut hangat berwarna biru pada tubuh Edward. "Kau tau lelaki kan, Camelion?"

"Aku akan berkata jahat saja kali ini," Ucap Lisa kembali."Kalau kau tidak bisa memberikan apa yang mereka mau, aku tidak berjanji anakku akan selalu setia. Aku takut suatu saat ia meninggalkanmu karena wanita lain yang lebih bisa memenuhi hawa nafsunya."

"Aku ibunya Chris, aku tau anakku. Kau harus pikirkan secara matang. Kau sudah 25, setidaknya satu anak saja cukup, Camelion."

To be continue..

Mangkannya jangan nikah muda. Wkwkw jangan lupa vomments. Love you guys💜

Mrs. EvansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang