Ranu Hasmi hanyalah seorang pemuda biasa. Keluarganya memiliki usaha catering kecil-kecilan dengan Martini, sang ibu yang menjadi pemilik sekaligus pengelolanya.
Dirinya tidak pernah mengeluh meskipun kehidupan kerap kali tidak adil padanya. Dirinya jatuh cinta pada gadis yang menjadi cinta pertamanya. Anum Fariha namanya. Seorang gadis anggun yang berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah dasar dekat dengan rumah kontrakan mereka.
"Bu, Ranu pergi kerja dulu ya"
Ranu meraih jaket digantungan belakang pintu, diluar masih sedikit gelap dan dirinya sudah harus bergegas berangkat.
Martini muncul dari ruang sekat beribadah dengan wajah terlipat."Ini masih terlalu pagi le, lagipula kenapa sih kamu ini terlalu ngoyo? Kerja keras sampai lupa diri itu buat siapa?"
Ranu hanya bisa menghela napas panjang. Sabar adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukannya untuk menghadapi sang ibu.
"Buat diriku sendiri Bu, lagipula aku sudah sehat"Raut Martini jelas masih masam. Ranu baru pulang pukul setengah satu pagi dengan wajah kuyu dan kini sudah hendak berangkat lagi. Apa tidak menyiksa diri namanya?
"Pokoknya ibu tidak mau mengurus lagi kalau sampai kamu masuk angin lagi nanti" gerutu Martini dengan tangan menyiapkan beberapa gorengan yang sudah dihangatkannya
Ranu hanya diam. Jujur saja badannya memang sudah merasa tidak enak tapi enggan untuk mengatakannya. Ibunya ini kalau sudah mengomel bisa sampai membuat kuping pengang.
"Sarapan dulu biar tidak masuk angin"
Ranu kembali menuruti dalam diam. Perutnya hanya mampu menampung dua potong gorengan dan segelas air putih. Martini tidak mengantarkannya sampai ke depan pintu dan Ranu merasa tidak perlu mempermasalahkannya.
Ranu memanasi motor king nya dan baru berangkat setelah mengancingkan jaket dan memasang helm. Diam-diam dirinya memikirkan sikap sang ibu yang jelas berubah drastis semenjak kejadian yang mempermalukan keluarganya.
Ya, kejadian memalukan itu adalah saat lamarannya kepada Anum ditolak mentah-mentah oleh orangtua gadis pujaannya. Apalah arti keluarga Ranu jika disandingkan dengan keluarga Anum yang seorang pemilik usaha toko sukses.
Ranu dan Martini dihina habis-habisan sebagai orang tidak tahu diri karena berani meminta Anum yang adalah anak orang berada. Ranu lapang hati meskipun egonya sebagai laki-laki jelas diinjak-injak Abah Anum sedangkan Martini menyalahkannya akibat penghinaan tersebut.
Sebenarnya hubungan keduanya sudah ditentang sejak awal, hanya saja dirinya yang begitu gigih menginginkan Anum sebagai istri sehingga nekat membawa ibunya datang melamar.
Tidak tahu petaka yang didapatkannya.
Motor Ranu berhenti di halaman sebuah restauran tempat dirinya bekerja. Ranu bekerja sebagai salah satu pelayan di restauran tersebut. Ini juga adalah salah satu dari alasan lamarannya ditolak mentah-mentah oleh Abah Anum. Dirinya yang hanya seorang pelayan restauran tidak pantas bersanding dengan Anum.
"Pagi pak Maman" sapa Ranu dengan ramah, memarkirkan motor ditempat khusus pegawai dan bergegas melepas helm serta jaket
"Pagi, Mas Ranu memang karyawan paling rajin ya" Maman adalah satpam yang bertugas menjaga keamanan restauran tersebut
Ranu mengangguk dan segera emsuki restauran untuk mulai bersih-bersih. Dirinya memang biasa datang paling awal dan bebersih sampai beberapa rekannya datang.
"Ranu..." sapaan bernada lembut tersebut mengejutkan Ranu dari kegiatannya yang sedang menyapu lantai
"Eh, Bu Aira" suara Ranu jelas terkejut mendapati atasan sekaligus pemilik restauran tempatnya bekerja tersebut berdiri dihadapnnya di jam sepagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
O B S E S I [END]
General FictionUpdate sesuka hati ❤ Hanya cerita fiksi dan tolong jangan diambil hati setiap adegannya karena mengandung abusive relationship 😉 Selamat membaca :* ■■■ Ranu Hasmi mencintai Anum yang merupakan kekasih hatinya. Sayangnya, statusnya yang hanya karyaw...