22. Posesif

372 19 4
                                    

Cahaya mentari tersisir di bilik jendela. Ranungan alam menggelitik telinga. Baling-baling bayangan tirai tengah terlambai. Membuat dekapan itu tak terlerai.

Manik mata sabya perlahan terbuka. Menampakkan sesesok suaminya yang menawan. Dengan jutaan cahaya bintang mengelilinginya.

"Apakah aku baru menyadarinya? " Katanya pelan.

Tangan lentik itu mulai menelusuri wajah suaminya. Bak terhipnotis dengan paras tampannya. Sabyan tak henti-hentinya ber kagum dalam hati.

"Masih Belum cukup? " Kata Rahman.

Sabya terkejut dibuatnya. Dengan penuh salah tingkah. Dia mencari beribu alasan.

"Anu.. Apa? Itu? Sudah adzan subuh.. Mau bangunin Mas biar tidak telat ke masjid" Kata sabya melepas dekapan Rahman.

"Beneran? " Kata Rahman sambil menatap sabya yang salah tingkah.

"Iya beneran..Ya sudah.. Segera bersihkan badan sana!" Kata sabya dengan senyuman manisnya.

"Berikan dulu kecupan semangat" Kata Rahman mendekatkan pipinya.

"Apa sih mas.. Jangan ngadi-ngadi deh" Kata sabya.

"Satu kali aja" Kata rahman memohon.

"Mau kecupan? " Tanya sabya.

"Emm emm" Kata Rahman mengangguk sambil menunjuk pipinya.

"Nih kecupan.. Kecupan panas" Kata sabya.

"Akhh.. Bukan cubitan sayang... Kecupan" Kata Rahman merintih karna cubitan sabya.

"Gak Ada.. Udah cukup.. Sana segera bergegas" Kata sabya mendorong suaminya.

Rahman kemudian bangun dari tidurnya. Dengan bibir sedikit Maju ke depan.

"Ya Allah..Mahal nya kecupan istikuu" Kata rahman sedikit menyindir istrinya.

Sabya tersadar. Baru menyadari bahwa jika suami meminta sang istri wajib memenuhinya. Itulah yang dinamakan istri yang taat.

Kemudian sabya bangun dari tidurnya Dan menarik tangan Rahman. Mengecup singkat pipi kirinya. Dan segera membalikkan badannya. Dengan Salah tingkahnya.

Rahman tak bergeming. Menatap punggung istrinya. Mengulum bibirnya Dan Tersenyum bangga pada dirinya. Yang Membuat baterai energi telah terpenuhi.

"Aku mandi dulu" Kata rahman dengan bersandung ria.

"Iya mas.. Ak-uu aku siapin bajunya dulu" Kata sabya gugup.

Keduanya bergegas menuju tujuan masing-masing. Dan salah tingkah mengerumuni emosinya.

Tiba-tiba perut sabya mulai sakit lagi. Sabya sudah terbiasa dengan ini. Memang Hari kedua adalah Hari yang tersulit baginya.

Sabya terduduk di sofa sambil memegang pembalut ditangannya. Berniat membersihkan diri Dan mengganti pembalut nya yang Sudah penuh.

Beberapa menit kemudian Rahman Keluar dengan handuk melilit dipinggangnya.

"Astagfirullah mas.. Gak pake baju? " Kata sabya.

"Namanya mandi sayang.. Ya lepas baju" Kata Rahman cuek sambil mengacak rambutnya asal.

"Dahlah.. Males debat" Kata sabya menuju kamar mandi untuk mengganti pembalutnya yang penuh.

Rahman binggung. Dia tampil seperti ini istrinya tak tergoda. Bahkan menatapnya saja tidak.

"Sayang.. Gak liat? " Kata rahman membentangkan tangannya.

SABYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang