25. Yang Tersembunyi

142 8 0
                                    

Azlan menutup pintu dengan keras. Amarahnya memuncak. Emosinya terpancing. Rahasianya terbongkar. Dia harus berpikir keras mencari solusinya.

Langkahnya besar menuju dispenser dapur. Mengambil minum untuk menurunkan emosinya.

"Ck" Kata azlan kesal.

Fokusnya tiba-tiba teralihkan oleh wanitanya. Duduk mengerjakan tugas-tugasnya. Kemudian kaki jenjangnya bergerak mengikuti arah matanya. Menatap sang gadisnya.

"Khemm" Dehamnya memberi isyarat.

"Pak azlan?" Kata Adisti.

"Boleh gabung" Kata azlan mengambil salah satu buku di samping Adisti.

"Silahkan" Kata Adisti.

Azlan duduk berhadapan dengan Adisti. Membaca buku yang diambilnya. Membalik halaman demi halaman. Bukannya fokus. Azlan tertarik menatap Adisti.

Adisti risih dengan tatapan bosnya ini. Dulu waktu diambil alih akif. Dia selalu nyaman dan semangat dalam mengerjakan tugasnya.

Sekarang bos barunya ini membuatnya frustasi hari demi harinya. Tugas yang diberikan selalu tidak masuk akal. Mulai dari membuatkan kopi. Melukis dirinya. Membuatkan puisi untuknya. Dan masih banyak hal aneh yang dilakukan.

"Pak ada yang ingin disampaikan" Kata Adisti berhati-hati ketika tatapan itu masih melekat kedirinya.

"Lanjutkan" Kata azlan menyilangkan kakinya.

"Baik" Kata adisti mengakhiri.

Keduanya kalut pada pekerjaan masing-masing. Sesekali azlan melirik Adisti yang kerap mengubah raut mukanya.

'Pak. Gak niat pergi gitu?' Batin Adisti.

Adisti hanya bisa mendumel dalam hati. Tak mampu mengungkapkan isi pikirannya. Dia tak nyaman berada di dekat bosnya ini.

"Kenapa? Memaki saya dalam hati? " Kata azlan membalikkan bukunya.

Deg. Jantung adisti bermaraton. Bisa-bisanya azlan membaca isi pikirannya. Adisti harus bisa menetralkan sikapnya setenang mungkin. Harta martabatnya berlaku dalam dia bertindak.

"Maaf Pak. Apa saya berbuat salah? Sehingga anda berfikiran seperti itu? " Kata Adisti menjeda ketikannya.

Azlan mengusap hidungnya pelan. Menyondongkan badan menatap Adisti didepannya.

Mengamati setiap inci wanitanya. Dari alis hingga terhenti pada bibirnya yang mungil. Kemudian dia berdeham menghilangkan fikiran busuk di otaknya.

"Pak. Kita bukan mahrom ini tidak baik berdua dalam satu ruangan. Apalagi dengan jarak yang seperti ini" Kata Adisti mengingat airen yang izin ke toilet.

"Hm. Kenapa gugup ada saya" Kata azlan bersandar pada sofa dan menyilangkan kakinya.

"Bukan.. Apa saya pindah saja pak.. Biar anda fokus membacanya" Kata Adisti merapikan semua berkasnya.

"Sampai kapan kamu pura-pura Adisti? " Perintah azlan tanpa memandang Adisti.

Langkah Adisti berhenti. Kembali duduk berhadapan dengan azlan. Keringat dingin menjulur disekujur badan Adisti. Menatap bosnya yang seram ini.

"Maks... Maksud anda?" Kata Adisti.

'Gawat..Apa pak azlan tau masa laluku atau mengetaui apa yang aku sembunyiakan' batin Adisti cemas.

"Apa kamu masih ingin menyembunyikannya" Kata azlan.

"Ini berhubungan dengan apa ya pak kalo boleh tau? " Kata Adisti panik.

SABYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang