2. Mabuk

7.3K 283 5
                                    

Suara dentuman musik mengaum ditelinga. Lentera kerlap kerlip menerangi lantai dansa. Mencecap, menghisap, melumat merupakan aktivitas indra perasa. Laki-laki ataupun perempuan bersatu meluapkan rasa bahagia. Kecuali dia.

Seorang gadis terpuruk dalam situasi tak terduga. Kejadian demi kejadian membuatnya trauma. Seperti surat, singkat, padat, dan jelas. Nyata ataupun mimpi keduanya tak diinginkannya.

"Huffftt"katanya membuang nafas sedalam dalamnya. Berharap mengurangi beban didada.

Seteguk demi seteguk bir masuk dalam mulutnya. Tak cukup puas dia pun meneguk nya dari botol hingga kandas.

"Lagi" pintanya pada pelayan bar.

"Kau sudah terlalu mabuk nona" kata pelayan bar.

"Gak peduli, berikan padaku" kata sabya.

Dia marah. Meremas remas botol yang digenggamnya. Buku tangannya pun sudah memutih.

"Tidak" kata pelayan bar.

"Berikaaaan padaku" teriaknya.

Merasa jengkel dia pun menarik kerah baju pelayan bar itu. Matanya sudah memerah. Hidungnya kembang kempis menahan amarah. Itu pun dengan posisi duduk.

"Nona tolong lepaskan" kata pelayan bar.

"Gue lepasin, jika lo kasih yang gue minta" kata

"Maaf nona, tidak akan ku berikan" kata pelayan bar.

"Oke, kalo lo mau cari gara-gara" kata sabya saat melihat name tag pelayan bar itu.

"Tunjukkan ruang maneger lo" kata sabya dingin. Dia pun bangkit dari duduknya.

"Nona berniat laporin saya" kata pelayan bar.

"Ya. Berikan minuman itu atau lo mau dipecat" kata sabya.

"Silahkan laporkan" kata pelayan bar.

"Keputusan yang bagus" kata sabya bertepuk tangan.

Sabya menuju ruangan yang tertulis "manager office". Dia merasa pusing dan mual. Dia tak kuasa menompang tubuhnya. Dan akhirnya dia hampir terjatuh tatkala sebuah tangan besar mencengkram lengan kanannya.

"Berdiri saja tak mampu"gugam pelayan bar dengan pelan.

"Apa? Gue gak denger" kata sabya.

"Lebih baik nona duduk saja, saya akan panggilkan taksi"kata pelayan bar yang masih dalam posisi yang sama.

"Gue gak butuh bantuan lo, jadi lepas" kata sabya.

"Baik"kata pelayan bar.

Pelayan bar melepas lengan sabya. Tetapi secara tiba-tiba sabya hampir terjungkal dan pelayan bar tersebut meraih tangan sabya. Meskipun dibatasi meja bar,pelayan bar tersebut cekatan dalam meraih lengan sabya.

"Nona tolong, kembalilah duduk"kata pelayan bar.

"Apa lo sedang memohon padaku" kata sabya menunjuk dirinya sendiri.

"Wanita ini sangat menjengkelkan" batin pelayan bar.

"Iya. Jadi duduklah" kata pelayan bar dengan senyuman yang dipaksakan.

"Berikan aku bir dulu" kata sabya.

"Tidak" kata pelayan bar. Sambil melepas lengan sabya.

Kesabaran pelayan bar sudah mencapai ubun-ubun dia meraih kedua bahu sabya dan menekannya kebawah. Sehingga sabya kembali terduduk.

"Beres kan" kata pelayan bar. Dia menaikkan satu alisnya dan tersenyum miring.

Sabya belum bisa mencerna apa yang dilakukan oleh pelayan bar itu. Tanpa sadar fikiran negatif pun terlintas dalam benaknya.

"Apa ini lo mau melecehkan gue, ha?" kata sabya sambil menyilangkan tangannya.

"Tidak, aku hanya menghormati wanita saja" kata pelayan bar.

"Ini peringatan terakhir. Berikan bir itu atau.." kata sabya terputus.

"Rafa, Ada apa ini" kata seseorang laki-laki berjas hitam memotong ucapan sabya.

"Dasar brengsek, siapa sih dia main potong aja" batin sabya.

"Nona ini memaksa untuk diberikan bir tuan, tapi nona ini sudah terlalu mabuk " kata rafa.

"Berikan bir itu padanya" katanya lagi.

"Baik tuan" kata rafa.

Botol berikutnya telah diberikan oleh pelayan bar. Sabya pun mengambilnya dengan paksa, kemudian meneguknya. Merasa menang, diapun tersenyum miring pada pelayan bar itu.

"Kenapa mabuk" kata seorang laki-laki tadi.

"Ingin" kata sabya.

"Benarkah?" latanya lagi.

"Hm" kata sabya.

"Bukannya lo lagi patah hati" katanya.

"Dari mana lo tau" kata sabya menatap intens laki-laki dihadapannya.

"Wajah lo" katanya.

"Sok tahu. Emang lo siapa, indigo atau paranormal. Gue saranin ya, mending lo ikut karma deh daripada disini" kata sabya.

"Gak gue cuma nebak" katanya.

"Hm" kata sabya singkat.

"Oh iya. Kenalin gue revan" katanya lagi.

"Siapa" kata sabya.

"Teman" kata revan.

"Yang nanya" kata sabya.

"Ini baru saja"kata revan.

"Lo ngigau atau sakit sih. Gue nanya apa lo jawabnya apa"kata sabya.

"Gak dua-duanya"kata revan.

"Jangan ganggu gue, mending lo pergi." kata sabya.

"Hak apa lo ngusir gue" kata revan.

"Pergi dari sini atau.." kata sabya.

"Atau??" Kata revan.

"Atau... atau.. aish, mau lo apa sih" kata sabya.

"Jadi teman lo" kata revan.

"Teman?"kata sabya.

"Iya teman.Teman curhat" kata revan.

"Kalo lo mau curhat tuh ke mamah dedeh bukan ke gue." kata sabya.

"Cantik" kata revan.

"Apasih gak nyambung" kata sabya.

"Revan" panggil seorang perempuan.

"Ya" kata revan terkejut.

"Ayo gabung" kata salah seorang laki-laki yang bersama perempuan yang memanggilnya.

"Huh, ganggu saja" gugam revan.

"Gue kesana dulu ya" kata revan lagi.

"Silahkan dan jangan kembali" kata sabya.

Revan hanya tersenyum sebagai tanda perpisahan. Dan sabya pun melanjutkan minumnya.

Selang beberapa menit kemudian.

Duaarrrr.. Duarrr..

Suara tembakan pistol terdengar. Semua orang berlarian ketakutan.

"Jangan bergerak..Angkat tangan kalian"

Satu per satu pria bersragam masuk dalam ruangan itu. Dan memborgol setiap orang yang ada.

"Apakah ada razia hari ini" kata salah satu perempuan berbaju hitam.

"Mungkin saja" kata laki-laki disampingnya.

"Astaga bisa mati aku" kata seorang perempuan yang berkacamata

"Kalian ikut kami kekantor polisi" kata salah satu laki-laki bersragam.

***

Assalamualikum readers..
Terimakasih sudah membaca cerita pertama saya. Semoga kalian suka.
Kalo berkenan vote dan comment ya.
Biar dapat bahan pelajaran buat ana.
Wassalamualaikum readers

SABYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang