5. Bodoh

6.4K 318 21
                                    

"Amalan yang paling Allah sukai adalah kebahagiaan yang kamu masukkan kepada seorang muslim"
(HR.Ath Thabrani)

***

Sabya menahan napas saat melihat rahman dengan jarak yang begitu dekat. Dia tak menyangka kalo rahman semenawan ini. Kulit langsatnya. Otot atleisnya. Tinggi semampainya membuat sabya gemas sendiri.

"Tapi saat dia berpakaian, kenapa dia terlihat biasa-biasa saja" gugam sabya.

Sabya merasa bingung. Biasanya para pria akan terlihat sangat gagah saat memakai baju. Tapi sebaliknya bagi rahman.

"Kamu sudah baikan" kata rahman mengikat tali bathrodenya.

Kemudian dia duduk di sun longer. Sebuah kursi santai untuk berjemur.

"Iya udah, tadi malam lo.." kata sabya berniat menanyakan darimana rahman tahu jika dirinya ada di kantor polisi.

"Tenang.. aku minta bi surti buat ganti baju kamu" kata raman sambil mengambil susu dimeja.

"Baju?" Batin sabya.

Mata sabya membesar saat melihat baju yang dikenakan tidak sama dengan yang dipakai semalam.

"Terus lo tidur dimana semalam" kata sabya.

"Di masjid, tempat tausiyah kemarin" kata rahman sambil meminum susunya hingga kandas.

"Oh" kata sabya.

Sabya menghela napas saat mendengar rahman tidak tidur seranjang dengannya. Dia melihat ke arah jakun rahman yang naik-turun membuatnya menelan salivanya berulang-ulang.

"Alhamdulillah" kata rahman saat susunya habis.

Rahman meletakkan kembali gelas susu dimeja. Dia menatap sabya yang menatap dirinya dengan tatapan yang tak terbaca. Merasa bingung dia pun bertanya pada sabya.

"Ada apa? Kamu mau susu juga?" Kata rahman.

"Hah?.. gak usah..makasih atas tawarannya" kata sabya dengan ketus.

"Sini duduk" kata rahman menepuk-nepuk sun longer disebelahnya.

"Mulai berani ya lo nyuruh gue" kata sabya.

"Aku hanya nawarin.. kalo gak mau ya sudah" kata rahman. Kemudian berbaring di sun longer.

"Terserah" kata sabya sambil mencibir rahman.

Sabya melihat sekelilingnya. Dia termangut-mangut melihat keindahan ruangan ini. Dia berjalan berputar-putar melihat desain ruangan ini. Karna kurang fokus dia tersandung kaki meja.

"Akhhh.."--------- "Aww.."

Kata rahman dan sabya secara bersamaan.

Berulang kali keteduhan mata itu mengunci pandangan keduanya. Terhanyut dalam keindahan yang telah Allah berikan. Begitu damai dan tulus bersinar.

'Krucuk...krucuk'

Suara perut sabya membuyarkan lamunannya. Rahman ingin sekali tertawa saat melihat rona merah dipipi sabya. Tapi demi harga dirinya dia pun menahannya.

"Kamu belum sarapan?" Kata rahman sambil berusaha mengubah ekspresi wajahnya.

"Nanti" kata sabya bangun dari tubuh rahman.

Rahman mengambil roti selai dan diberikannya pada sabya.

"Nih... makan" kata rahman.

"Gak mau" kata sabya sambil membuang muka.

"Itu kode minta disuapin atau.. gimana" kata rahman sambil mengulum senyumnya.

"Enak aja.. dasar modus.. sini berikan ke gue" kata sabya mengambil roti dengan kasar.

Rahman tersenyum geli saat sabya makan dengan lahap. Begitu lucu dan menggemaskan.

"Habiskan ya.. bocah nakal" kata rahman mengacak-acak rambut sabya dan berlalu meninggalkan sabya.

"Heii... lo sebut apa gue tadi.. bo.. bo.. bocah nakal?" Kata sabya menghambiskan rotinya dan bergegas mengikuti rahman.

"Aa" kata rahman acuh.

"Lo nglunjak ya sekarang.. bera.. Aaaaa.. ngapain lo bukak baju depan gue.. lo mau pamer badan atleis lo" kata sabya membalikkan badan sambil menutup matanya dengan kedua tangannya.

Rahman sengaja membuka bathrodenya karna dia ingin mengganti pakaiannya.

"Kenapa? Apa kamu tergoda" kata rahman mengambil baju dibalik dinding almari.

"Buang jauh-jauh deh pikiran kotor lo" kata sabya dengan posisi yang sama.

Rahman memegang kedua bahu sabya dan memutar badannya. Dia menurunkan kedua tangan sabya dari wajah jelitanya.

"Apa yang lo lakuin" kata sabya masih memejamkan mata.

Cup

Sebuah kecupan singkat mendarat kebibir sabya. Mata sabya terbuka lebar dan kedua pipinya pun terasa panas. Jantung yang semula baik-baik saja kini terpacu dengan sangat cepat.

"Hanya istriku yang dapat melihatnya" kata rahman menatap mata sabya.

Sabya tak berkutik sama sekali. Dia belum bisa mencerna apa yang dilakukan rahman padanya. Ciuman pertamanya telah terenggut olehnya. Dan kini kata-katanya membuat sabya membeku.

"Kenapa? Mau tambah" kata rahman menampakkan senyum iblisnya.

Sabya langsung menutup mulutnya dan menggelengkan kepala. Dia berlari menjahui rahman.

"Tidak-tidak.. ini tidak benar sama sekali" kata sabya mempercepat langkahnya.

Dia berlari ke pintu kaca dan menggedor-gedor pintunya.

"Bi surtiiiiii.. bukak pintunya biiii" kata sabya dengan keras.

"Aku rasa bi surti tak mendengar" kata rahman sambil menaikkan celana trainingnya.

Sabya berbalik dan berniat memaki rahman. Tetapi sabya malah melihat sesuatu tak terduga. Dia pun berbalik kembali.

"Hah? Itu"batin sabya.

"Sabya buang pikiran mesum lo.. gue harus pergi dari sini.. ini sangat berbahaya bagi jantung lo" gugam sabya.

"Biiiiii.... bi surtiii bukak pintunya.. sabya janji bakal nurutin perkataan bibi.. tapi bukak pintunya" teriak sabya dan semakin keras memukul pintunya.

"Bi..iiiii bukak dong" kata sabya sambil merengek.

"Sini biar aku yang bukak.. mundur sedikit"kata rahman.

"Hah.. apa dia mau mendobrak pintunya" batin sabya

Rahman tampak berpikir memperhatikan pintu. Dia menurunkan kancingan atas dan juga kancingan bawah pintu. Pintu itu terbelah disisi kiri dan sisi kanan rahman saat dia menariknya.

"Kenapa.. kenapa.. bisa?" Kata sabya dengan mulut sedikit terbuka.

Rahman berlalu meninggalkan sabya dengan wajah cengonya. Dia heran kenapa pikiran istrinya begitu sempit. Dia pun menuju kamarnya sambil senyum-senyum sendiri.

***
Assalamualaikum readers...
Semoga part ini tidak membosankan.
Kalo berkenan tinggalkan jejak ya 🤗🤗 ...
Wassalamualaikum readers...

SABYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang