9. Menyambutmu

5.2K 264 14
                                    

Kesunyian melanda waktu yang akan dihadapi. Mega merah telah bertepi. lampu jalan bergemerlap yang sedang menerangi. Aktifitas yang terlelahkan pun telah usai.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" kata rahman dan pak gatot secara bersamaan.

"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh" kata bi surti yang sedang menyiapkan makan malam.

Bi surti pun berjalan tergopoh-gopoh menghampiri suaminya beserta majikannya. Dia pun mencium tangan suaminya dan disambut kecupan hangat dari pak gatot. Senyuman yang mengembang dia tujukan pada suaminya.

Sedangkan pria yang sejajar dengan pak gatot hanya melihat tak ingin berkomentar.

"Duh.. jadi malu sama aden" kata bi surti.

"Tidak apa-apa bik, sudah kewajiban seorang istri" kata rahman.

"Den rahman mau juga" kata bi surti mendekati rahman.

"Afwan bik.. bukan makrom" kata rahman reflek menjauh dari bi surti.

Raman mengira bi surti mendekatinya bermaksud menciumnya.

"Ya allah.. aden salah paham nih.. maksud bibi aden punya istri, mau juga kayak bibi" kata bi surti menggoda rahman.

"Istri.. Maksud bibi sabya" kata rahman ragu mengucapkannya.

"Ya iya atuh... tunggu sini ya bibi panggilkan" kata bi surti berlari ke arah dapur.

"Bik.. itu tidak per-" "lu" kata rahman terjeda karna bi surti telah lenyap dibalik dinding dapur.

"Sudah percaya saja sama istri saya.. mari aden ditunggu sambil minum kopi" kata pak gatot sambil menepuk bahu rahman.

"Baiklah" Kata rahman tersenyum tipis sambil menggaruk tekuknya yang tak gatal.

"NOOOOON SABYAAAAA" kata bi surti berterik histeris.

"Bik.. bisa gak jangan teriak-teriak emang disini hutan" kata sabya yang sedang menggoreng bola-bola tahu.

"Hehehe maaf atuh" kata bi surti.

"Ada apa?" kata sabya.

"Ikut bibi sekarang" kata bi surti menarik tangannya bi surti.

"Kemana??" kata sabya menarik tangannya kembali.

"Udah ikut aja ini darurat" kata bi surti hiperbola.

"Terus bola-bola tahunya gimana" kata sabya yang menunjuk penggorengannya.

"Udah tinggalin aja, nanti dilanjut" kata bi surti.

"Tapi bik" Kata sabya terpotong karna keburu ditarik bi surti.

"Ayo cepat" kata bi surti berjalan kearah rahman yang sedang menikmati kopi bersama pak gatot.

Rahman yang sedang menyeruput kopinya terhenti ketika mendengar suara kegaduhan yang menuju kearahnya.

"Aden non sabya datang" kata bi surti seperti anak tk yang sedang menerbangkan pesawatnya.

"Bik ngapain sabya diajak kemari" kata sabya.

"Dasar istri gak peka, Kalo suami pulang itu disambut, dicium tangannya dan dibawa tasnya" kata bi surti.

"Bibi narik-narik tangan sabya hanya untuk menyambut mencium dan membawakan tasnya??" kata sabya menirukan bi surti.

"Betul" kata bi surti.

"Ogah" kata sabya memutar bola matanya dan berbalik arah menuju dapur.

"Nih anak kalo dibilangin ngeyel ya" kata bi surti menarik telinga sabya.

"Duh bik sakit... sabya bukan anak kecil ditarik-tarik telinganya" Protes sabya.

"Mangkanya nurut" kata bi surti.

"Misalnya sabya gak mau" kata sabya.

"Ya sudah bibi bakal ngam-" kata bi surti terhenti saat sabya berlari ngambil tas rahman dengan cepat.

"Udah,, puas?" kata sabya.

"Tangannya belum tuh" kata bi surti menunjuk tangan rahman.

"Bik" Rengek sabya sambil menggelengkan kepalanya.

"Harus" kata bi surti penuh peringatan.

"Iya.. iya" kata sabya menyerah.

Sabya menarik napas sedalam-dalamnya semoga apa yang dia lakuin tidak menambah image buruknya didepan rahman.

Sabya menarik tangan besar rahman secara perlahan. Dia mendekatkan punggung tangan rahman pada bibir mungilnya. Keraguan serta kedupan jantung tak mampu dia tahan.

Tak berani menatapnya sabya pun memejamkan matanya dan mengecup punggung tangan rahman. Serasa sudah cukup dia pun mengembalikannya pada tempatnya secara perlahan juga.

Namun apa yang sedang terjadi tak mampu dia duga.

Kedua tangan rahman menangkup kedua pipi sabya. Sabya terlonjak akan sikap rahman. Dengan cara yang spontan rahman mengecup kening sabya dengan cukup lama.

Kemudian rahman menjauhkan bibirnya dan menatap mata sabya. Keterdiaman menimbulkan gemuruh didalamnya. Deruan napas akibat sesak yang secara tiba-tiba melanda indra pernapasannya.

"Begitu atuh... kayak pasangan romantis" kata bi surti tak henti-hentinya bertepuk tangan.

Keduanya lupa bahwa diruangan ini tidak hanya mereka berdua saja. Dengan kesalahan tingkah keduanya membuat bi surti gemas sendiri.

"Saya mandi dulu" kata rahman mengambil jas dan tas yang ada ditangan sabya.

"Sabya juga mau kedapur takut gorengannya gosong" kata sabya.

Keduanya berjalan cepat munuju tujuannya masing-masing. Meninggalkan bi surti yang sedang cekikikan dengan tingkah mereka.

"Duhhh.. pak ibuk jadi ingin kembali muda"kata bi surti.

"Tidak perlu buk" kata pak gatot.

"Lah kenapa coba kan romantis gitu" kata bi surti.

"Dengar buk... dengan keadaan ibu seperti ini bapak sudah merasa cukup" kata pak gatot memegang kedua tangan bi surti.

"Aiih... bapak ini" kata bi surti memeluk pak gatot.

"Ya sudah bapak mau mandi dulu.. bau keringet" kata pak gatot melepas pelukan bi surti.

"Ya sudah nanti kalo makan malam sudah siap ibu panggil" kata bi surti.

"Iya" kata pak gatot meninggalkan bi surti.

***
Assalamualaikum readers..
Semoga kali ini ceritanya bagus dan bisa menghibur hati readers...
Terimakasih sekali lagi yang sudah vote dan commant...
Wassalamualaikum wr.wb.

SABYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang