23. Manis

243 13 1
                                    

Antara manisnya syahadat dan dahsyatnya syafaat. Antara hitungan tasbih menggelintir. Hati dan jiwa kini bersatu dalam doa.

"Hoaaamm" Uap Sabya sambil merenggangkan badannya.

Dia mencari segelas air minum. Untuk membasahi tenggorokannya. Naasnya air itu tinggal wadahnya saja. Dengan malas dia bangkit menuju dapur.

Ceklekk

Pintu Kamar terbuka. Semua mata tertuju pada Sabya. Sabya hanya mengernyitkan alisnya. Kenapa banyak bodyguard dirumahnya.

"Ada apa? Madam Ada sinikah? " Bisik Sabya pada airen yang berdiri di sebelah pintu.

"Gak Ada... Ini cuma jaga kamu.. Tugas dari tuan rahman" Kata airen memasukkan tangannya disaku.

"Ohh" Kata Sabya senang dalam hati.

"Mau kemana? " Kata airen.

"Kepo ya? " Goda Sabya.

"Jawab gak? " Kata airen sambil berkacak pinggang sebelah.

'Dimulai' batin airen.

"Galak amat.. Ni Mau ambil minum" Kata Sabya menunjukkan gelasnya.

"Sini.. Biar ku ambilin" Kata airen meraih gelas itu.

"Gak.. Aku bisa sendiri" Kata sabya menjauhkan gelasnya dari airen.

"Kau duduk saja.. Biar ku ambilkan! " Kata airen mencoba nahan amarahnya.

"Enggak.. Aku bukan bocil" Kata Sabya menatap tajam airen.

"SABYA!! " Teriak airen.

Keduanya saling perang dingin. Dilihat dari kedua mata mereka yang Mau keluar. Adisti sudah tak bisa mengatasi keduanya. Pasalnya setiap Ada mereka pasti Ada pertempuran.

"Raf.. Atasi mereka.. Biar aku jaga depan" Kata adisti sambil menepuk bahu rafa.

Rafa membalas dengan anggukan Kepala. Menuju tempat airen dan Sabya berada. Banyak sekali perdebatan diantara mereka. Hingga gelas pun diperebutkan.

Rafa Akan merelai mereka. Namun belum sempat berbicara. Benda keras telah menempel pada pipinya.

"Dis.. Cepet ambilin.. Nih bocah gak pernah bisa nurut" Kata airen mengayunkan gelas itu ke samping tanpa melihat sekelilingnya.

"Dis ambil.. Tar diambil lagi" Kata airen tetap dengan perang matanya.

"Ekhmm.. Bukan adisti" Ujar rafa dengan suara beratnya.

Airen dan Sabya menoleh secara bersamaan. Airen langsung menarik gelas itu dari pipi rafa.

Airen menatap rafa dengan tatapan tak terbaca.  Tiba -tiba terdengar suara alunan music romantic mengalun dengan syahdu. Manis.

Baru kali ini. Keduanya merasakan.
Kontak mata pertama berujung indah. Meskipun sering bertemu. Namun belum pernah berkontak mata secara bersamaan.

"Kemari" Kata Rafa memecahkan keheningan.

Airen pun mendekati rafa. Menaruh tangan dibelakang telinga yang terbalut dengan hijabnya. Yang ditangkap airen Seperti memberikan bisikan rahasia. namun tampak tak jelas.

"Gelasnya" Kata Rafa.

"Oh.. Nih" Kata airen salah fokus.

Airen memberikan gelas itu. Kemudian rafa berlalu menuju dapur. Airen menatap datar punggung itu.

" Eciee... Bau apa nih? " Kata Sabya berakting mengendus sesuatu.

"Mau debat lagi? " Kata airen menatap tajam.

SABYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang