24. Terbiasa

164 6 0
                                    

"Masih belum bisa, zlan? " Tanya rahman.

"Hm.. Nunggu waktu" Kata azlan.

"Lama! Laki sat-set" Kata rahman kesal.

"Udah.. Udah aku ijab qobulin" Kata azlan sambil menghisap rokok dijarinya.

Rahman menonyor jidat azlan yang lama-kelamaan bikin kesal. Bikin darah rahman naik.

"Bingung zlan..  udah kamu nikahin tapi dia belum pernah liat batang hidungmu! " Kata rahman.

"Hm.. Pernah sekali waktu selesai akad" Kata azlanazlan santai.

"Ck.. Pake masker apa bisa nebak zlan" Kata rahman menatap azlan.

Tanpa ada jawaban dari lawan. Azlan disibukkan dengan aksi nyebatnya. Memandang langit yang biru. Menikmati hembusan angin yang berlalu.

"Kenapa setuju?" Tanya rahman sambil bertaut dengan laptopnya.

Azlan hanya mengangkat alisnya. Dia hanya bisa menebak isi pikiran rahman. Baru 9 minggu menghabiskan waktunya dinegara ini. Kakaknya ini sudah membahas tentang itu.

Azlan. Anak kedua dari alfaris. Yang menjadi CEO perusahaan. Yang memimpin HRJ. Dan menikah diwaktu covid 19. Tanpa taaruf dan tanpa resepsi.

Akad dilaksanakan di masjid agung. Secara sah agama dan hukum. Peraturan covid dilaksanakan dengan teratur. Masker dan face shield wajib digunakan.

Azlan. Menerima pernikahan itu karna sudah bosan dengan omanya. Yang selalu mencari seorang gadis untuk dijodohkannya.

Sedangkan dia ingin menempuh pendidikannya dikairo. Ingin mengejar cita-citanya yang selalu dinantinya.

Kemudian dia bertemu dengan seorang gadis yang keluarganya meninggal karna covid 19. Yang saat itu tak bisa ditemuinya. Yang tak mempunyai wasiat apa-apa untuk ditinggalkan. Hanya hutang milyaran yang harus ditanggungnya.

Kemudian azlan memanfaatkan kesempatan itu. Mencari tau seluk beluk wanita ini. Yang merupakan hafidzah yang berprestasi. Memiliki keluarga yang berada. Sehingga mampu membawa gadis ini berpendidikan tinggi.

Azlan menemui gadis tersebut tanpa menampakkan wajahnya. Dan menawarkan akan melunasi semua hutangnya dengan menikah dengannya. Namun, dia mempunyai syarat. Dia akan tinggal ke kairo tanpanya. Tidak ada bertukar kabar maupun mencampuri urusan masing-masing.

Soal nafkah. Pasti akan cair. Fasilitas dan rumah sudah dimilikinya.

"Zlan? " Panggil rahman membuyarkan lamunan azlan

"Hm? " Kata azlan.

"Gak denger.. Abang bicara? " Kata rahman.

"Gak" Kata rahman mematikan putung rokoknya.

"Sekarang kamu sendiri yang pantau.. Jangan libatkan akif lagi.. Dia semakin diamuk sama istrinya" Kata rahman fokus dengan laptopnya.

"Hm.. Adisti akan aku pantau setiap harinya" Kata azlan.

"Adisti? " Kata sabya mengejutkan keduanya yang berada rooftop kamar.

"Istri.. Kapan bangun? " Kata rahman menghampiri istrinya.

"Ck. Sejak kapan disitu" Kata azlan menatap maut sabya.

"Maaf.. Aku gak sengaja dengar" Kata sabya tersenyum kecut.

"Tutup mulutmu.. Jangan sampai keluar dari kamar ini" Kata azlan.

"Baik" Kata sabya menatap suaminya yang khawatir dengan keadaannya.

"Keluar zlan" Kata rahman.

"Males" Kata azlan singkat.

"AZLAN" Kata rahman kedua kalinya.

SABYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang