19. Mencoba

309 32 5
                                    

"Orang baik tentunya banyak. Tergantung niatnya. Tinggal tulus atau pura pura. Menemukannyalah yang luar biasa."

*****

Tak melepas rasa ingin tau. Tak mungkin melihat perasaan rindu. Sejalan dan seirama. Akan kuluruskan kesalahanku. Maaf.

Suara lantunan Firman Allah menggema di ruangan. Melafalkan huruf Hijaiyah yang penuh makna. Meskipun terbata. Dia bertekad memulai belajarnya.

Di ruangan putih berbau obat ini. Sabya menemani suaminya dengan lembaran surah sebagai penawar. Lantunan ayat tersebut terdengar tulus penuh usaha. Meskipun tak terbiasa. Namun, tekadnya lebih besar.

Gerak berbisik pertanda Rahman telah siuman. Mata itu terbuka dengan pelan. Menyesuaikan cahaya disekitarnya.

"Sabya" panggil Rahman sambil menarik tubuhnya untuk bersandar.

Seperti alarm. Sabya mengakhiri bacaannya. Dan memperhatikan suaminya.

"Iya? Ada yang sakit?" Kata sabya cemas sambil meletakkan Al-Quran ditempat semula.

"Hmm.. banyak" kata Rahman memangut manja.

"Tunggu sebentar aku panggilkan dokter" kata sabya beranjak memanggil dokter.

"Bukan dokter tapi kamu" kata Rahman mencegah sabya.

"Aku gak bisa.. aku panggilkan dokter ya?" Kata sabya.

"Kata siapa? Coba periksa ini" kata Rahman menunjuk letak jantungnya.

Sabya pun mendekat. Memperhatikan bagian dada Rahman yang ditunjuk. Kemudian dengan polosnya sabya membuka kancing Rahman untuk melihat apakah ada luka disana.

Rahman menyeringai nakal. Ketika sabya bersifat berani padanya. Dia tak bermaksud apa-apa. Namun malah begini kejadiannya.

"Dek.. ngapain?" Kata Rahman menaik turunkan alisnya.

"Apa? Katanya sakit?" Kata sabya tak mengerti keadaan.

"Hancur deh hancur" kata Rahman ketika penyakit lemot sabya kambuh.

"Apa yang hancur?" Kata sabya fokus mencari tubuh Rahman yang terluka.

"Entahlah" kata Rahman frustasi.

"Kenapa kamu nggak jelas? Mana ini yang sakit?" Kata sabya bingung.

"Sakit? Nih!" Kata Rahman menarik tubuh sabya.

Memeluk sabya agar mendengar detak jantungnya. Kedua mata sabya hampir keluar tatkala perasaan terkejutnya sedang melanda. 

Tiba tiba pintu kamar itu terbuka. Dan suara gemparan panik terdengar. Penuh dengan lengkingan yang menyayat telinga.

"Allahuakbar!! Kalian tidak tau tempat apa?" Kata seseorang.

Sabya dan Rahman pun terkejut. Mereka tersipu malu yang membuat keduanya salah tingkah yang tak menentu.

"A..airen?" Kata sabya terbata.

"Bunda.. azlan" kata Rahman membenarkan letak kancingnya.

"Dasar makhluk bucin.. baru sadar.. ini tempat umum" kata airen sadis.

Airen langsung menutup mulutnya ketika bunda Rahman menepuk bahunya. Airen lupa bahwa bunda Rahman disampingnya.

"Assalamualaikum putraku" kata bundanya memberikan tangannya untuk dicium Rahman dan sabya.

"Waalaikum salam Bunda" kata Rahman.

"Maaf kami menggangu kalian" kata bunda Rahman.

"Tak apa Bun.. bisa dipending.. akhh.. sakit yang" kata Rahman yang langsung mendapat cubitan sabya.

SABYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang