16. Tersesat

1.2K 71 12
                                    

Pucuk mentari datang menyinari. Kabut berasap kian menepi. Selok pepohonan menyapa di taman sari. Menampilkan keindahan yang alami.

"Masih marah?" Kata rahman membujuk istrinya.

"Udah enggak" kata sabya.

"Yakin?" Kata rahman memandang lurus ke depan.

"Gak percaya ya sudah" kata sabya.

Rahman sedikit bingung dengan tingkah wanita. Mereka berucap kenapa berbeda dengan tindakannya. Dan itu membuatnya berpikir keras tuk lebih memahaminya. Ya itulah tugas pria.

"Kemarilah" kata rahman menarik sabya untuk menghadapnya.

"Apa?" Kata sabya ketus namun pelan.

"Lihat aku" kata rahman.

"Kenapa ku harus melihatmu" kata sabya mensedekapkan diri.

"Karna aku butuh dipandangmu" kata rahman menangkup kedua pipi sabya.

'Ada apa dengannya? Kenapa tingkahnya selalu membuatku waspada' batin sabya.

Sinar mata rahman telah menembus mata hati sabya. Tak mau dialihkan. Dan tak mau melepaskan.

Sabya menyukai mata itu. Mata yang selalu membuatnya candu. Dan mata yang ingin selalu menyatu.

"Jangan menghindari tatapanku sabya" kata rahman ketika melihat mata sabya mulai terpejam.

"Tak mungkin bisa.. karna matamu selalu mengunciku.. aku hanya bisa memejamkan mataku tuk menghindarimu rahman" kata sabya.

"Kenapa?" Kata rahman.

"Karna aku tak mau terbuai dengan mata indahmu" kata sabya.

"Benarkah? Sebegitu terpesonanya kamu denganku sabya" kata rahman tersenyum bangga.

'Sepertinya aku salah berucap'batin sabya.

"Mulai deh.. kalo narsis tuh dikamera jangan dihadapanku" kata sabya melepas kedua tangan rahman.

"Kalo maunya dikamu gimana?" Kata rahman.

"Jangan menggodaku" kata sabya memperingatkan.

"Kenapa? Apa kamu tak bisa menahan kata-kataku? Baperan sih" kata rahman.

"Kamu.. baru saja meremehkanku?" Kata sabya.

"Sini" kata rahman menarik pinggang sabya.

"Apa-apaan ini.. Lepas! Lepas gak! Lepaskan aku rahman!" Kata sabya mendorong dada bidang rahman.

"Boleh.. asal ada syaratnya" kata rahman.

"Syarat-syarat.. memangnya ini lamaran pekerjaan apa?" Kata sabya mencoba merenggangkan tangan rahman.

"Ya udah kalo gak mau.. tetep seperti ini" kata rahman tanpa dosanya.

"Ya udah apa?" Kata sabya menyerah.

"Minta cium" kata rahman.

"Ustad mesum" kata sabya.

"Mesum sama istri sendiri" kata rahman tersenyum miring.

"Pikiran kamu ya.. masih pagi udah gila tau gak" kata sabya.

"Gila karna mu" kata rahman.

"Gesreknya suamiku" kata sabya berbicara pada dirinya.

"Yang penting cinta" kata rahman.

"Dasar bucin" kata sabya.

"Mau dilepaskan?" Kata rahman.

SABYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang