12. Kesadaran

6K 275 17
                                    

Suara adzan terdengar disepertiga malam. Membangunkan para jamaah tuk memenuhi panggilan dari-Nya. Rasa lelah menggrogoti jiwa ini. Namun tak memudarkan semangat tuk menghadap Sang Ilahi.

Rahman terbangun dari tidurnya. Mengucapkan doa dan berdzikir sebentar. Guna mengusir godaan syaiton yang mengelilingi indra pendengarannya.

Dia bangkit dan bergegas ke kamar mandi. Karena dirinya sudah terlambat untuk menuju masjid.

Tetapi ada sesuatu yang menghalangi dirinya tuk bangkit. Sebuah tangan memeluk pinggangnya. Satu kaki mengunci kedua kakinya. Dan wajah jelita itu terbenam pada dadanya.

Rahman tersenyum kecil. Dan menggelengkan kepalanya sebentar. Mengingat tingkah sabya yang menjauh darinya.

"Bayiku" gugam rahman.

Rahman memindahkan satu persatu bagian tubuh sabya. Saat terakhir kepala sabya dipindahkan. Sabya terusik dan kembali memeluknya.

"Hufftt.. gimana nih?" Kata rahman sambil membuang napas.

Karena waktunya tinggal sedikit. Rahman membangunkan sabya dengan paksa.

"Sabya.. bangun" kata rahman menepuk-nepuk pipinya.

"Hm" kata sabya tak kunjung membuka matanya.

"Bangun..heii.. bangun" kata rahman kembali.

"Jam berapa sih.. heboh banget" kata sabya kukuh dengan posisinya.

"Jam 3.. aku harus ke masjid" kata rahman.

"Em" kata sabya.

"Bangun sabya!!" Kata rahman sedikit mengeraskan volume suaranya.

"5 menit" kata sabya menujukkan jari limanya.

Karena tak kunjung bangun rahman menarik kepala sabya dan menggoyangkan sebentar. Kasar memang tetapi lebih baik seperti itu dari pada terlambat.

"Apa sih!!" kata sabya menepis tangan rahman dan membenamkan wajahnya kembali.

Habis sudah kesabaran rahman. Ingin sekali dia memaksa bangkit. Tapi semuanya badannya serasa terkunci.

"Gimana?" Pikir rahman terasa tertekan.

Beberapa saat dirinya berpikir keras. Sekelebat ide pun timbul di otak cerdiknya. Dia tersenyum jail memandang wajah istrinya. Mendekatkan bibirnya pada telinga sabya dan berbisik didalamnya.

"Bangunlah.. atau aku tidurin"

Terbelalak sudah mata sabya. Dan menjauhkan dirinya hingga terjatuh dari kasur.

'Apa-apaan itu tadi?'batin sabya.

"Apakah sakit?" Kata rahman menyebulkan kepalanya diatas kasur.

"Tidak" kata sabya dan bangkit dari tengkurapnya.

"Yakin?" kata rahman.

"Em" kata sabya menganggukkan kepala.

"Aku ke masjid.. mau ikut gak?" Kata rahman.

"Gak" kata sabya.

"Kenapa?" Kata rahman merapikan selimut dan bantal sesuai tempatnya.

"Kalo mau pergi.. pergi aja gak usah ngajak gue... gue ngantuk" kata sabya menyibakkan selimutnya.

"Pakailah kata aku dan kamu" kata rahman.

"Gak mau" kata sabya.

"Aku akan menuntutnya karna kamu telah berjanji padaku" kata rahman.

"Kapan gue berjanji" kata sabya mengurungkan niatnya untuk tidur.

"Mau ku ingatkan?" Kata rahman.

SABYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang