7. Delivery order

16.8K 1.4K 325
                                    

Hubungan Jay dan Jungwon berjalan dengan lancar seperti sebelum-sebelumnya. Yang membedakan hanya Jungwon jadi sering menginap di tempat Jay, dan jangan lupa dengan kegiatan baru yang menjadi favorit mereka, cium-cium manja.

Jay semakin sering terlihat berkunjung ke area jurusan Jungwon. Awalnya tentu mengundang tanya, memangnya apa perlunya anak FEBIS di gedung Kimia? Terlalu tidak relevan.

Jungwon hanya menjawab sesekali, Jay memang teman akrab-nya, dari situ semuanya nampak normal. Lagipula, mana ada orang jaman sekarang tiba-tiba berpikir di sekitar mereka ada pasangan gay.

Terlebih ini Jay dan Jungwon. Terlalu manly untuk dikatai.

Jay tidak terlalu memiliki banyak teman dekat. Ya, mungkin ada beberapa saja. Tapi teman-temannya tak sampai dalam fase menjadi tempatnya bercurah keluh kesah apalagi masalah percintaan.

Apalagi percintaan sesama jenisnya itu.

Sejauh ini, mereka berdua menjalin kasih tanpa ada satupun yang mengetahui. Jay tidak pernah mempermasalahkan saat Jungwon tiba-tiba menempel padanya saat duduk bersebelahan. Ia akan berkamuflase menjadi kakak tingkat yang akrab karena hubungan sepernongkrongan dan seperfutsalan.

Tidak ada yang curiga, pada awalnya.

Sampai suatu saat terjadi insiden yang membuat Jay harus mengatakan beberapa penjelasan pada sosok ini. Sosok yang bisa dikatakan paling dekat daripada temannya yang lain.

Jake Shim.

Malam itu seperti biasanya, Jay mengemong Jungwon di pangkuan empuk pahanya. Mereka sedang bersantai di kamar si pria Park ditemani layar TV yang menampilkan series booming netflix kesukaan Jay, judulnya Money Heist.

"Aku suka banget sama Berlin. He's cool. Oh—wait. He was cool, I mean.."
Jay menggoyangkan pahanya sesekali, benar-benar dalam artian "mengemong" pria di pangkuannya.

Jungwon menoleh ke belakang, menatap layar TV, "Aku suka tuh sama Tokyo, walaupun kalau pas emosi ngebucin kadang gobloknya keluar. Tapi dia badass banget."

Obrolan berlangsung hingga beberapa episode terlalui. Paha Jay mulai keram, "Yang, bentar ini kakiku capek hehehe.."

Jungwon terkekeh, mengangkat bokongnya kemudian melempar diri di samping Jay. "Makan yuk, aku laper, Bang.." ucap Jungwon sambil memainkan ponselnya, mengecek aplikasi pemesan makanan secara online.

Jay mengangguk, "Pesen aja deh."

Panggilan "Bang" ternyata masih melekat tiap Jungwon berbicara dengan Jay. Awalnya Jay ingin Jungwon membiasakan untuk memanggil namanya saja, atau dalih dapat memanggil menggunakan panggilan sayang seperti yang ia lakukan.

Tapi sulit, Jungwon merasa memanggil "Bang" sudahlah sangat tepat.

Jay sendiri sudah dari beberapa waktu lalu mengganti "Won" dengan "Yang". Bukan maksud memanggil marga milik si pria manis, tapi Yang disini adalah kependekan dari Sayang.

Genap dua bulan mereka menjalin hubungan yang entah harus disebut apa. Dua bulan pula keduanya makin lengket satu sama lain.

Makan bersama. Berangkat bersama. Pulang kuliah bersama. Hingga tidur berdua pun sudah biasa.

"Nginep ya?" tanya Jay tiba-tiba, seolah biasanya Jungwon tak tinggal saja.

Jungwon mengangguk. Ia kemudian menyodorkan layar ponselnya pada Jay, "Aku pesen ini ya? Kamu samaan, Bang?"

"Iya, pesenin thai-tea dong, Yang. Kok tiba-tiba pengen nih aku."

"Okay."

20 menit berlalu, Jungwon sudah mulai merasakan lapar berkali lipat. Wajahnya tertekuk lesu sementara Jay asik bermain game online seperti biasa.

bromance : jaywon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang