PROLOGUE

2.2K 70 17
                                    

Tentang kita, tentang rasa yang tidak di sadari.
–Gastra

BUGH...

Sebuah bola basket mengenai kepala seorang perempuan yang sedang berdiri di pinggir lapangan.

“Woy tolongin dia pingsan!” seru salah satu siswi yang ada di dekatnya.

Siswa maupun siswi berlari menghampiri perempuan yang sedang pingsan, mereka hanya mengerumuni tidak ada yang berniat untuk membantunya.

“Minggir, bodoh!” ujar seorang Laki-laki yang langsung menggendong perempuan itu dengan ala bridal style.

“Gal, mau kemana lo woy!” teriak salah satu siswa dengan baju olahraganya.

Tidak ada respon, Laki-laki itu fokus berjalan membawa perempuan yang ia gendong ke UKS.

Aksi yang dilakukan oleh cowok itu membuat para siswi tidak percaya dengan apa yang di lakukan oleh Laki-laki yang terkenal sangat dingin dan galak itu.

“Lo mau lanjut atau nyusul Galaksi?” tanya cowok yang sedang memegang bola basket.

“Nyusul aja, tumben banget Galaksi nolongin cewek.”

Galaksi menidurkan perempuan yang masih pingsan itu ke atas brankar yang ada di UKS.

Galaksi berdecak saat melihat ke sekitarnya tidak ada penjaga UKS ataupun siswi yang biasa bertugas.

Dengan inisatif sendiri Galaksi menelusuri rak  mencari sesuatu yang bisa membuat perempuan itu sadar.

Tangan Galaksi terulur untuk mengambil minyak kayu putih yang tersedia di rak tengah.

“Woy, Ngapain Gal?” ucap seseorang membuat Galaksi tersentak.

Galaksi menoleh menatap orang yang membuatnya terkejut, “lo ngapain kesini?”

“Gue nanya lo malah nanya balik.” decak perempuan itu menatap Galaksi dengan kesal

“Cewek baru lo?”

Galaksi mendengus sepupunya ini selalu saja bertanya seperti itu jika melihat Galaksi sedang bersama perempuan.

“Bukan.” ucap Galaksi datar.

Perempuan yang berdiri di samping Galaksi tertawa kecil melihat sepupunya yang kebingungan bagaimana cara membuat perempuan yang ada di atas brankar agar siuman.

“Minggir, sini biar gue yang ngurus dia.” ucapnya yang langsung membuat Galaksi mundur kebelakang.

“Sini minyak kayu putihnya,”

Galaksi memberikan minyak kayu putih yang ia pegang kepada sepupunya, “ok, gue pergi ya.”

Setelah sepupu Galaksi membantu untuk memberikan perempuan itu minyak kayu putih, ia pun segera pergi meninggalkan Galaksi yang mendengus kesal.

“Gak! Lo harus tetap disini, tungguin sampai dia bangun.” ucap sepupu Galaksi

“Gue masih ada kelas, bye!” ucapnya lalu meninggalkan Galaksi dengan cepat sebelum Galaksi memaksanya untuk tinggal

••••

“Eunghh...” suara dengkuran halus membuat Laki-laki yang sedang bermain ponsel mengalihkan pandangannya ke arah brankar UKS.

Galaksi menghampiri perempuan yang masih sesekali memejamkan matanya “udah sadar?”

Perempuan itu mengernyitkan dahinya “lo? Lo yang bikin gue pingsan kan, gara-gara bola basket sialan lo itu!” ucapnya yang langsung  duduk menatap Galaksi.

Galaksi menatap perempuan itu dengan datar, tanpa mengatakan sepatah katapun ia membalikkan badannya dan melangkah keluar UKS.

Sedangkan perempuan itu masih menggerutu, menyumpah serapahi Galaksi dengan berbagai jenis umpatan.

“Gila tuh cowok, gak ada minta maafnya.” ucapnya sambil memijat keningnya.

Perempuan itu menatap sepucuk surat yang ingin ia berikan kepada Bima yang sedang bermain basket bersama Galaksi.

Namun lihat yang terjadi ia malah terkena bola basket dan sialnya bukan Bima yang menolongnya.

“Gagal mulu kalo gue mau pdkt sama Bima, ihs” gumamnya menatap sayu kepada surat yang ia pegang.

“Perlu bantuan buat deketin Bima?” suara khas cowok itu membuat perempuan yang masih duduk di atas brankar terkejut hingga mengelus dadanya.

“Gak sopan banget si lo, menguping ucapan orang!” sinis nya membuat Laki-laki itu hanya tersenyum jahil.

“Mau gak? Lo tau gue siapa kan? Gue salah satu temen dekatnya Bima.” ucap Laki-laki berwajah bule itu membuat perempuan itu menatapnya dengan kesal.

“Gak usah, gue gak butuh.” ucapnya lalu meninggalkan Laki-laki itu yang menatapnya tak percaya.

Baru kali ini ia merasakan penolakan dari seorang perempuan.

“Astra!” teriak seorang perempuan yang sedang berlari kecil menghampiri perempuan yang sedang berjalan di koridor.

Perempuan yang bernama Astra itu menoleh kebelakang melihat sahabatnya yang sedang berlari ke arahnya dengan raut wajah yang khawatir.

Astra mengerutkan keningnya memandang sahabatnya yang sudah ada di hadapannya dengan nafas yang ngos-ngosan.

“As, lo gakpapa kan?” tanya sahabat Astra setelah nafasnya sudah kembali teratur.

Astra tertawa kecil, Perempuan dihadapannya ini sudah seperti nenek Astra yang begitu khawatir dengannya.

“Gakpapa, buktinya gue sekarang ada didepan lo kan, gak usah khawatir gitu, i'm okay.”

Perempuan yang ada di depan Astra berubah menjadi kesal, sahabatnya ini selalu saja menyepelekan keselamatannya.

“Lo kena bola! Gimana gue gak khawatir?” ucapnya dengan nada kesal

Astra terkikik melihat wajah sahabatnya yang begitu lucu dimatanya “udah Lyra, gue gakpapa anjir!” ucap Astra

“Eh, tapi yang gendong lo katanya si Galaksi? Mos wanted sekolah kita, aaah! Astra, lo beruntung banget.” ujar Sahabat Astra yang terlalu berlebihan itu.

Astra menggelengkan kepalanya, “sinting lo.” setelah mengatai sahabatnya. Astra melanjutkan langkahnya.

“Ih Astra tungguin gue!” pekik Lyra yang dihiraukan oleh Astra.

Sahabat Astra itu sangat heboh jika menyangkut Laki-laki yang dibilang dekat dengan Astra, ya karna Astra adalah tipikal cewek yang sangat susah dekat dengan lawan jenisnya. Sekalipun dekat hanya sebentar saja.

~••Thank you••~

Vote jangan lupa!<3


See u next🌑.

GASTRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang