Sudahkah kamu menyapa dunia?
dan berterimakasih karna
masih bisa menghirup udara,
masih bisa melihat indahnya langit.Hallo para pembaca, apa kabar? 👋🏿
Gue kembali lanjutin cerita ini karna dukungan dari teman-teman gue dan kalian semua.
Makasih, seneng banget akhirnya ada juga yang support story gue.
Bersiap untuk mengikuti kisah Galaksi dan Astra. Oke ayo scroll!
_________________
Satu tahun kemudian...
Seorang gadis sedang berjalan memasuki sebuah Cafe yang tampak ramai. Perempuan dengan stelan yang rapi dan formal tersenyum menyapa beberapa pekerja di Cafe itu.
“Selamat datang Bu Astra.” ucap waitress yang berdiri di samping perempuan yang tidak lain adalah Astra.
Astra tersenyum. “La, udah berapa kali aku bilang, jangan panggil Bu, ih!”
“Maaf, Gak enak atuh kalo aku manggilnya nama kamu.”
“Yaudah, Kakak aja, jangan Ibu, ya?”
Waitress itu tersenyum lalu mengangguk. “Oke Kak.”
“Lala, tolong panggilkan Awan.” ucap Astra di patuhi oleh Lala.
“Manggil aku, Ra?” tanya seorang perempuan berdiri di belakang Astra.
Astra menoleh. “Ya, gimana kamu gak kesulitan kan?”
“Nggak kok, aku suka jadi manajer di Cafe kamu.” ucap Awan dengan senyum yang mengembang.
“Alhamdulillah, kalo kamu suka”
“Jadi ada apa nih, Kak Astra ke Cafe siang-siang begini?” timpal salah satu karyawan yang melangkah ke arah Astra dan Awan.
“Ini Dit, aku kebetulan habis lihat-lihat kampus.”
“Kamu beneran jadi kuliah? Di Universitas yang sama aku aja Ra.” ucap Awan membuat Astra tersenyum.
“Iya An, yaudah aku masih ada urusan.” ucap Astra lalu melangkah meninggalkan Cafe.
Cafe Mentari. Cafe yang dibangun oleh Astra enam bulan yang lalu. Dengan hasil tabungan Astra. Perempuan bertubuh mungil itu memilih untuk membuka usaha terlebih dahulu.
Menyibukkan dirinya untuk melupakan.
“Hallo, Li?”
“Jangan panggil Li! Astra.” ujar seseorang di sebrang sana dengan suara kesal.