Kehidupan manusia memang rumit.
Siap untuk kisah Galaksi dan Astra?
Sebelum itu, gimana hari ini, baik?
Semangat ya kita.
________________________Seorang wanita yang sudah lanjut usia, sedang menasehati cucunya yang terlihat tidak baik-baik saja.
“Sayang, kita gak berhak marah kalau tahu kebenaran hanya setengah.”
“Nek! Astra gak marah, cuma kecewa sama semuanya.”
“Sedikitpun, gak ada yang sesuai ekspektasi aku, ini nyakitin, Nenek.” ucap Astra dengan suara lirih.
Gina merendahkan tubuhnya, memeluk Astra yang sedang menangis dalam diam.
Ia tidak tahu apa masalah yang dihadapi cucunya. Yang Gina tahu Astra begitu kecewa dengan Galaksi.
Astra beranjak dari kursi yang ia duduki. “Astra keluar dulu Nek, ada urusan sama Lian.” ujar Astra, mengusap kedua pipinya menghilangkan bekas air matanya.
“Hati-hati, sayang.”
Astra mengangguk lalu menyalami Gina, dan berjalan keluar dari rumahnya.
Astra sampai ditempat tujuannya, ia melangkah untuk lebih dekat ke danau.
Astra menatap air danau yang menenangkan, ia menghela nafas pelan.
Ingatan enam bulan yang lalu masih terus menyakiti Astra jika tidak sengaja mengingatnya.
“Gue, udah berjalan jauh dari diri gue sendiri.” lirih Astra.
Semenjak kejadian enam bulan yang lalu. Astra berubah menjadi lebih pendiam berbicara dengan orang yang ia kenal saja, bahkan gaya dan cara bicaranya ikut berubah.
Astra yang galak? Bukan lagi.
Astra yang urakan? Bukan lagi.
“Harusnya gue bisa, hilangin perasaan ini!” lirihnya kepada dirinya sendiri.
Hanya di saat sendiri Astra bisa menjadi dirinya sendiri.
Sebuah tangan menyentuh pundak Astra yang langsung membuat ia menoleh siapa orang itu.
“Hai, Astra!” seru orang itu dengan senyum yang lebar.