Bisakah kita memastikan perasaan kita masing-masing.
“Karna hari itu kelas saya lagi jam kosong Bu.”
“Mata pelajaran siapa?”
“Ibu Dayang, mata pelajaran Sejarah.”
Bu Ningrat terlihat mengangguk kecil ia lalu mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang.
Jari telunjuk Bu Ningrat bergerak lincah mengetikkan sebuah pesan.
“Tapi tidak seharusnya kamu berkeliaran di luar kelas.”
“Iya Bu, saya gak tahu.”
“Dan kamu Galaksi jangan mengajak Astra bolos!”
“Kalian berdua ini sudah berkali-kali melanggar peraturan sekolah, jika sekali lagi kalian bermasalah Ibu akan panggil orang tua kalian.”
“Iya Bu.” ucap Galaksi dan Astra dengan kompak.
“Walaupun kamu cucu dari pemilik sekolah ini Galaksi, bukan berarti kamu bisa seenaknya melanggar peraturan sekolah.”
“Bu! Gak usah bawa-bawa keluarga saya, saya melanggar karna pure kemauan saya, bukan karna saya cucu dari pemilik sekolah ini!” ucap Galaksi dengan suara dinginnya.
Setelah mengatakan hal itu Galaksi meninggalkan ruangan BK, Galaksi pergi dengan emosi yang tertahan ia hingga membanting pintu membuat Astra dan Bu Ningrat terkejut.
“Bu, saya sudah boleh keluar?”
“Silahkan, tolong bantu tenangkan Galaksi juga.” ucap Bu Ningrat dengan raut khawatirnya.
Astra Ke kantin terlebih dulu, membeli sebuah minuman kaleng dingin, setelah itu ia baru mencari Galaksi.
“Ra, minumannya buat gue kan?” ucap seseorang yang sengaja menghalangi langkah Astra.
“Bukan! Jadi tolong minggir.”
Orang itu adalah Bima yang sengaja menghalangi langkah Astra.
“Gue tau Ra, lo masih suka gue kan?”
Astra mendorong Bima hingga mundur beberapa langkah dari hadapannya.
“Berapa kali harus gue perjelas Bim? Biar lo ngerti!”
“Gue akui, dulu gue emang segila itu sama lo! Tapi semenjak hari itu gue udah bertekad menjauh dari lo!”
“Ngerti lo?!” ucap Astra lalu melanjutkan langkahnya berjalan meninggalkan Bima yang terdiam di tempatnya.