Beri ruang untuk perasaan kamu, jangan memaksa lupa jika itu sulit.
Siap untuk kisah Galaksi dan Astra?
Sebelum itu, gimana hari ini, baik?
Semangat ya kita.
________________________“Lo semua harus bantuin gue!” suara berat itu membuat keempat orang yang sedang duduk menatapnya dengan bingung.
“Kenapa lo?” tanya Zila menatap Laki-laki yang berdiri dengan ekspresi serius.
“Duduk dulu, Gal.” ucap Leo menarik kursi agar Galaksi duduk.
Galaksi duduk di samping Leo, menatap sahabatnya yang juga sedang menatapnya.
“Astra salah paham.” ucap Galaksi, lalu mengeluarkan benda api, menyalakan dan menghisapnya dengan tenang.
“Sejak kapan lo gini, Gal?” Zila bertanya menatap Galaksi dengan galak.
“Berantakan lo Gal.” timpal Bima, menatap Galaksi yang berubah.
Galaksi menghiraukan ucapan sahabatnya, ia menatap keempat orang yang menatapnya dengan kasihan.
“Berhenti liatin gue, kayak gitu!” ujar Galaksi.
“Prihatin Gal.” jawab Leo.
Galaksi membalas dengan tatapan tajam, ia lalu kembali menatap sahabatnya. “Jadi mau bantu atau nggak?”
“Bantuin apa anjir!”
“Gue pengen baikan sama Astra, ngomong sama dia.”
“Ya, lo tinggal kerumahnya.” ucap Leo
“Enteng lo ngomong.” Galaksi menatap Leo dengan kesal.
Zila terlihat berfikir. “Gampang, serahin sama gue dan Lian.” ucap Zila dengan senyum lebar.
“Gak ikutan gue, besok gue udah mau pulang.” ucap Lian.
“Tunda.”
“Lo gak boleh pulang, kalo gue belum baikan sama Astra.” lanjut Galaksi membuat Lian menatapnya kesal.
“Gue liat juga, lo dekat banget sama Astra.” timpal Zila.
“Hm.” Lian hanya berdehem.
“Kenapa Astra bisa sebenci ini sama lo?” tanya Bima.
Galaksi menggeleng. “Gue juga gak tau, udah enam bulan gue lost contact sama dia.”
“Satu tahun yang lalu, waktu gue balik, harusnya gue udah lamar Astra, gue udah bikin kejutan di rumah, tapi Astra malah gak datang.” lanjut Galaksi.
“Harusnya gue yang marah sama dia.”
“Gue rasa, Astra beneran salah paham, dan kita gak ada yang tau, apa yang buat dia salah paham.” ucap Zila diangguk ki oleh Bima.