EPILOGUE

37 1 0
                                    

Tentang kita, tentang takdir yang begitu kejam.
-Gastra.

Semua orang terdekat dan orang-orang yang menyayangi Astra berdiri di depan gundukan tanah yang bertabur banyak bunga.

Galaksi berjongkok mengusap nisan yang tertulis nama kekasihnya, ia mencium nisan itu sangat lama, tidak pernah terfikir olehnya Astra akan meninggalkannya seperti ini, kenapa takdir begitu kejam kepadanya.

Astra lovania chandrawinata
Bin
Gunaldi chandrawinata
________________________
Lahir: 18 February 2001
Wafat: 31 Oktober 2025
_________________________

Semua orang satu persatu pergi, menyisakan teman teman Astra yang masih setia berdiri menatap gundukan tanah itu.

“Gal, gue tau ini sulit buat lo, tapi lo harus bisa ikhlasin Astra.” ucap Zila dengan suara seraknya.

“Nek, ayo pulang nenek dari kemarin ga tidur, nenek harus istirahat juga.” ucap Awan membantu Neneknya berdiri.

“Pa, ayo.” panggil Awan kepada papanya

“Ya, ayo. Semuanya om pamit duluan ya.” ucap Gunaldi di anggukki oleh teman-teman Astra

“Kita semua pamit duluan Gal, kita tunggu dirumah duka ya.” ucap Bima yang hanya di anggukki oleh Galaksi.

Sekarang sisa dirinya, Galaksi membuka kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, mengusap airmata yang sedari tadi tidak berhenti menetes.

“Ra, kamu wanita satu-satunya yang akan aku cintai seumur hidupku."

“Jika semesta menolak kisah kita, semoga diakhirat nanti kita bisa bersama, tunggu aku Ra.”

Ada satu hal yang manusia tidak bisa ubah, yaitu kematian, antara siap dan tidak kita harus menerima kenyataan yang sudah tuhan gariskan, semesta memang punya banyak cara untuk membuat manusia patah.

Setiap yang hilang akan terganti, namun bagi Galaksi Astra-nya tidak akan terganti. Sebab ia tidak hilang Astra tetap ada untuk menunggu Galaksi.

Begitupun dengan Galaksi, Galaksi ada hanya untuk Astra. Cintanya habis untuk Astra semua perasaannya sudah dimiliki oleh Astra, berapa tahun lamanya Galaksi akan menunggu, sampai Allah memanggilnya untuk Astra.

“Sayang, aku janji tiap hari bakalan selalu kerumah baru kamu, aku janji, Ra.” ucap Galaksi mengusap batu nisan Astra.

“Aku gak tau harus ngejalanin hidup seperti apa setelah ini, tapi demi kamu aku akan tetap melanjutkan hidup.” lirih Galaksi.

Ia beranjak berdiri, menatap gundukan tanah dengan batu nisan yang tertulis nama kekasihnya disana. Galaksi menatap ke atas langit yang berwarna abu-abu seraya semesta ikut merayakan patah hatinya.

••••

Gina memasuki kamar Astra, memandangi bingkai foto yang menampilkan gambaran Astra yang sedang tersenyum dengan cantik.

”Sayang, kenapa harus secepat ini. Nenek tidak menyangka kamu meninggalkan semua orang dengan tiba-tiba.”

“Astra ku!!!” teriak Gina histeris membuat orang yang berada diruang tengah berlari menghampirinya.

“Nek, sadar! Kak Astra gak bakalan balik, walaupun nenek nyakitin diri nenek sendiri!” seru Awan mengambil potongan kaca dari tangan neneknya.

“Awan, bawa nenek ke kamarnya. Jangan lupa obatnya.” ucap Gunaldi membantu Gina untuk berdiri.

GASTRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang