“Ra! Tunggu!”
Astra dan Lyra yang sedang berjalan di koridor berhenti lalu menoleh ke arah sumber suara yang menghentikan langkah mereka.
Orang itu adalah Bima, dengan langkah cepat Bima menghampiri Astra yang menatapnya bingung.
“Gue mau bicara sama lo, berdua.” ucap Bima saat sudah berada di hadapan Astra.
Astra tersenyum sedangkan Lyra menatap keduanya bingung.
“Kita gak perlu bicara.”
“Tapi Ra, lo sayang gue kan? Kenapa sikap lo gini?!” ucap Bima menatap wajah Astra.
Astra tidak menjawab, ia berbalik lalu melangkah meninggalkan Bima.
“Astra! Jangan bikin gue bingung.” teriak Bima.
Astra menghentikan langkahnya “bingung? Bukannya udah jelas, gue gak akan ganggu lo lagi Bim!”
“Tap—”
BUGH!
Satu pukulan yang tiba-tiba dilayangkan di rahang Bima, membuat ketua basket itu tersungkur.
“Jadi cowok jangan brengsek!”
“Maksud lo apa Gal, hah? Main pukul gini?”
Galaksi berdecih “lo udah sama Awan, kenapa lo gak biarin Astra bahagia, hah?”
Bima menatap Astra yang tampak terkejut “gue juga mau, Astra.” ucap Bima membuat Galaksi semakin emosi.
“Kenapa? Lo gak ada hak ikut campur sama semua ini, Galaksi.”
“Ada! Apapun tentang Astra itu urusan gue juga!” ucap Galaksi membuat beberapa murid yang ada di sana terkejut lalu menatap Astra yang masih berdiri di tempatnya.
“Ra lo mau kemana.” ucap Lyra namun dihiraukan oleh Astra yang melangkah menghampiri Galaksi dan Bima.
Astra membuang tatapan tidak sukanya kepada Bima, lalu menggapai tangan Galaksi menariknya agar ikut dengannya.
Di sinilah mereka duduk dibawah pohon yang teduh.
“Harusnya lo gak usah ikut campur, Gal.”
Galaksi mendengus “Bima sesekali harus dikasih pelajaran biar gak ganggu lo lagi.”
“Tapi, dengan lo mukul itu gak bagus.”
“Apalagi Bima sahabat lo.”
“Karna dia sahabat gue, makanya gue pukul dia.”
“As, mau gue kasih tau sesuatu gak?”
“Sesuatu apa?”
“Gue gak bisa kalo gak dekat sama lo.”
Astra menatap Galaksi bingung “apa sih, Galak! Gak jelas lo.”
Galaksi berdiri “lo gak paham?”