Ternyata pada akhirnya aku yang harus ikhlas.
Astra menatap pantulan dirinya di cermin, hari ini ia mengajak Bima Ke taman menepati janjinya kepada perempuan yang beberapa hari yang lalu meminta bantuan kepadanya.
“Hari ini, semoga aja gue bisa.” gumam Astra lalu melangkah keluar dari kamarnya.
“Kamu mau kemana? Sore-sore begini?” tanya Gina menatap cucunya.
“Aku ada janjian sama teman aku, Nek.”
Gina mengangguk lalu berjalan menuju dapur “pulang sebelum maghrib.” ujar Gina yang mendapat anggukan dari Astra.
Astra menutup pintu rumahnya, berjalan keluar menunggu Bima yang katanya sebentar lagi akan tiba.
Astra mengeluarkan ponselnya membuka aplikasi Chatting mencari nama Awan.
Awan
Awan?
Lo siap-siap, gue udah mau otw Ke tamanAku udah di taman, Astra.
Mata Astra membulat, seantusias itukah perempuan itu menunggu Bima.
Selang beberapa menit menunggu, motor Ninja yang dikendarai oleh Bima berhenti tepat didepan Astra.
“Ayo.” ujar Bima lalu diangguki Astra yang langsung menaiki jok motor Bima.
Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan kedua manusia yang berbeda jenis kelamin itu fokus dengan pikirannya masing.
“Kita Ke taman yang mana, Ra?” ujar Bima sedikit berteriak.
“Dekat Cafe Merpati.” jawab Astra.
Bima memarkirkan motornya di parkiran taman yang tersedia, taman di dekat cafe Astra berkerja selalu ramai dikunjungi oleh para remaja maupun orang tua.
“Ayo ikut gue dulu.” ucap Astra lalu meraih tangan Bima.
Astra mengajak Bima berkeliling terlebih dulu, keduanya tidak lepas dari topik candaan yang di timbulkan oleh Astra dan Bima yang sesekali tertawa lalu mengusap kepala Astra.
Langkah Astra berhenti begitupun dengan Bima yang masih menggenggam tangan Astra yang belum ia sadari.
“Kenapa?” Bima menunduk menatap Astra yang juga sedang menatapnya.
“Bim, gue tau kalo lo sadar dengan perasaan gue selama ini.” ucap Astra.
“Ra....”